Pariwisata/BudayaPendidikanSungai Penuh

Pemberdayaan SAD tanggung Jawab bersama

budaya kerinci123
Aditya Maha Putra dan Nurul Anggraini Pratiwi

Kerinci time,-Berdasarkan pengamatan dilapangan bersama direktur eksekutif Kopsad  menunjukkan pola kehidupan masyarakat tradisional suku anak dalam  atau orang rimba. masih hidup dengan pola  sangat tradisional, umumnya suku anak dalam  tradisional terutama yang masih hidup mengembara di sisa sisa belantara hutan Jambi masih jauh dari standart hidup normal masyarakat di luar suku anak dalam, komunitas yang tergolong uniek dan spesifik ini pola kehidupan keseharian bagaikan hidup pada masa lampau.

Pemuda Suku Anak Dalam TNB 12 Tanah Garo- Besudut alias Irman Djalil Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Jambi  menyebutkan, suku anak dalam pada umumnya hidup mengelompok dalam kelompok kelompok  kecil, mereka    tinggal  di pondok  pondok “ Sudung ” sungguh sangat sederhana, ” Sudung” terbuat dari rangkaian  anak anak kayu, tanpa dinding, atap  terbuat  dari dedaunan ukuran tidak lebih dari 2,5 Meter,tinggi lantai sudung  sekitar  0,50  meter dari tanah,  disudung  sedehana inilah mereka hidup bersama keluarga dan hewan peliharaan seperti anjing yang mereka gunakan sebagai alat untuk mengejar dan menangkap   hewan buruan, beberapa satwa yang telah  mereka jinakkan  terkadang ikut  tidur  dan bermain bersama di sudung.  warga   tidur “hanya”  berbantal lengan,berselimut embun beratap langit

Menurut  Besudut alias Irman Djalil  Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Jambi  menyebutkan bagi warga suku anak dalam tradisional  makanan pokok  mereka adalah  jenis umbian  umbian  yang hidup tumbuh di hutan seperti ubi kayu, umbi  banar, keladi,gadung,  buah tampoi, buah  duku ,  durian hutan,cempedak merupakan  buah buahan yang paling mereka sukai

Hewan  buruan   yang dijadikan sebagai makanan paling digemari adalah labi labi yang mereka sebut ikan bulan, kura kura, babi,  tenuk,  kancil, biawak, ular, kijang, napuh, landak, dan hewan melata lainnya, binatang buas seperti   Harimau,  Beruang    nyaris    tidak   pernah mereka konsumsi

Baca juga:  Bukit keramat Bisu

Unieknya, bagi    suku    anak  dalam tradisional mereka   berpantang memakan  semua hewan    ternak    yang  di  pelihara oleh  masyarakat luar, ternak kerbau,Sapi,kambing,biri biri ,ayam kampung, bebek, kucing haram bagi mereka untuk dikonsumsikan, beberapa jenis  burung burung  mereka keramatkan  seperti  Burung pungguk burung elang, Hewan Ungko dan Siamang   termasuk   jenis   Primata yang dibiarkan hidup bebas dan tidak dikonsumsi dan mereka sakralkan.

Masyarakat primitif suku anak dalam terutama pria nyaris tidak berpakaian,  mereka   hanya  menggunakan cawat  dari kain hanya untuk sekedar  menutup   organ   vital   tubuh ,   pada  dekade  tahun  1950 an  hingga 1970 an mereka  masih   menggunakan  kulit kayu terap yang telah diolah  untuk menjadi cawat.

Bagi  wanita suku anak dalam, umumnya hanya menggunakan kain pendek   yang   hanya menutupi   antara   perut  ( Pusar )  dan atas lutut tanpa CD dan Bra ,bahagian atas  (Dada ) dibiarkan  terbuka

Pengaruh  dan tantangan alam membuat ketahanan pisik warga Suku anak dalam dewasa   menjadi  tangguh  dan  teruji, setiap hari mereka tidak pernah memakai busana  lengkap, berjalan dalam hutan  dan  perkampungan   tanpa menggunakan    alas kaki,  diakui oleh warga suku anak dalam angka kematian    balita   dan   wanita    dewasa   cukup   tinggi,   kebanyakkan warga SAD    dapat    bertahan    hidup   setelah    mengalami    seleksi   ketat alam.   kaum    wanita  mengalami kematian karena proses persalinan yang tidak wajar.

Bagi  warga  suku anak dalam yang masih mengembara di kawasan Hutan  Taman Nasional Bukit –  12  mereka merasa nyaman dan bahagia, alam dan   isi  alam  di  dalam  hutan    telah   menyediakan segala galanya untuk mereka  hidup , belakangan persoalan menjadi lain,  hutan kian lama kian binasa,   sangat sedikit hutan yang dapat mereka selamatkan hewan buruan semakin sulit diperoleh

Direktur Eksekutif Kopsad Jambi, Budhi VJ Rio Temenggung Tuo kepada media ini mengemukakan akibat degradasi hutan ,illegal loging, pembangunan sub sektor perkebunan   dan  pemukiman membuat hutan semakin tak nyaman bahkan mengancam masa  masa depan  dan kehidupan anak cucu mereka, dilain pihak upaya pembinaan dan pemberdayaan  masih dilakukan belum dengan setulus hati, pembinaan  kebanyakkan    hanya    bersifat mencapai  target dan pencapaian  pisik program, pembinaan dilakukan sepotong potong

Baca juga:  SELAMAT MILAD ISTRIKU

Contoh   nyata  perumahan suku anak dalam dikawasan sesap kubu  desa Tanjung Kecamatan Bathin VIII Sarolangun ,perumahan     dibangun   ditengah  areal  kebun  karet  /   kebun  sawit  milik  pengusaha  dan  masyarakat , jaminan  hidup  diberikan  untuk  paling  lama  9  bulan,   Pemerintah  dimasa itu    tidak    menyediakan  lahan  untuk  sumber ekonomi, akibatnya   setelah  masa pembinan habis,  warga  kembali mengembara mencari  suasana  dan   kehidupan yang baru , tahun  tahun selanjutnya  ada yang kembali dibina  dan diberdayakan    akhirnya  hal serupa kembali terjadi,  rumah berpindah    tangan atau ditingggal   pergi    penghuni,  selama ini kita  hanya  memberikan   ikan, tetapi kita lupa memberikan kail.

Persoalan lain  adalah etos kerja dan sifat pemalas suku anak dalam merupakan kendala yang tidak dapat diabaikan,  sebagai  masyarakat priinitif mereka tidak terbiasa bekerja keras,mereka bekerja hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok, jika hewan buruan sudah berhasil diburu mereka mengkonsumsi sampai habis, jika sudah habis baru mereka kembali bekerja,kehidupan sehari hari bagi  sebagian warga suku anak dalam berlansung tanpa beban,kebutuhan mereka hanya  bertahan untuk  hidup

Melihat  kondisi objektif yang dialami oleh  warga suku anak dalam  maka  pada tahun 1998-1999  Kopsad mencoba  membuat  strategi  baru,  pembinaan  diawali    dengan  pendekatan  budaya,  warga  suku anak dalam diajak untuk  melihat peradaban dan dunia baru yang belum mereka hadapi, Pembinaan  spiritual  dan  pendekatan moral agama  merupakan landasan untuk berpijak,  sepanjang suku anak dalam menganut budaya animisme  dengan kebiasaan  Melangun yang dilakukan secara turun temurun,maka jangan pernah  berharap   mereka akan hidup meneta

Baca juga:  Engkaulah Nafas Nafas

Pendekatan kerohanian dengan memasuki kebudayaan  baru diyakini akan mampu membuka mata hati dan merobah  cakrawala berpikir warga SAD, hanya dengan Iman dan Amal lah yang dapat mengugah kesadaran warga Pedalaman untuk hidup secara wajar adil dan pantas.

Melalui berbagai  kegiatan dan upaya  Pembinaan dan Pemberdayaan yang dilakukan  oleh Kopsad  dengan bantuan dan  kerja sama dengan Perusahaan   Perkebunan    Kelapa Sawit PT.   Kresna    Duta     Agro Indo ( PT.SMART.Tbk  )   Region Jambi ,PT.Sari Aditya Loka , Yayasan   BAMUIS.  PT.BNI   46   Persero Jakarta    dan  Bantuan sejumlah  Donatur   serta perhatian yang diberikan oleh Gubernur   Jambi,    Bupati    Merangin  dan  Bupati  Sarolangun  telah dilakukan berbagai upaya , kegiatan dan memfasilitasi warga Suku Anak dalam dengan dunia luar.

Ratusan  Jiwa Warga SAD telah di  khitan, menjadi Mu’alaf dan dinikah ulang,  sekitar 15-20  pasangan muda SAD melakukan pernikahan dengan warga di luar komunitas Suku Anak Dalam,  percampuran budaya ini telah membawa dampak  perobahan cukup besar bagi perkembangan kemajuan Suku Anak Dalam.

Contoh nyata pernikahan  campuran warga Suku Anak Dalam  antara lain dapat di lihat pada  rumah tangga Naim (SAD) menikah dengan Romiati (asal Banjar Negara  Jawa Tengah )  Mandum    alias   A.  Kodir  ( SAD ) dengan Rudiana (  warga desa Semurung )  Siti Aminah  (SAD) dengan  Andy  (Pria Jawa)    Efendi  (Warga SAD ) dengan wanita  asal Sunda ,  Abdurahman (Pria Madura) dengan  Siti Penato (wanita SAD ) Alia Jusak (SAD) dengan  Juniawati ( wanita desa Tanjung-Sarolangun )  ,Megawati  janda Helmi menikah dengan pria desa, Mandum SAD dengan  Rudiana  ((wanita Desa ) Abdul Malik (SAD) dengan Neti (Wanita assal Jawa) ,Rasyid (SAD) dengan wanita desa   dll. (Aditya-Nurul Bj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button