HOT NEWSopini

Pilwako bentuk kedaulatan Rakyat Kota Sungai Penuh

Pilwako bentuk kedaulatan Rakyat Kota Sungai Penuh

Oleh:Budhi Vrihaspathi Jauhari

Kedaulatan Rakyat selalu menjad isu yang menarik dan aktual,Tema Kedaulatan Rakyat merupakan sebuah tema tua yang sama tuanya dengan peradaban umat manusia,Kedaulatan rakyat disamping merupakan sebuah isu yang menarik dan aktual, namun dalam perjalanan prakteknya juga sering kontroversial,hampir semua komunitas, entitas dan negara negara mengakui, menghormati dan merasa mempraktekkan prinsip prinsip kedalaulatan rakyat ini, akan tetapi dalam kenyatan yang kerap kita simak dilapangan dan yang kita pahami ternyata banyak ragam dan varian implementasi dan aktualitas kedaulatan rakyat tersebut.

Di Kota Sungai Penuh khususnya dalam perjalanan sejarah kehadirannya yang memasuki usia ke 7 tahun,- kedaulatan rakyat hadir dalam bermacam bentuk aktualisasi, Saat ini aktualisasi kedaulatan rakyat antara lain dilandasi oleh UUD 1945 yang telah mengalami amandemen beserta seluruh peraturan perundang undangan yang berlaku, Disamping Pemilihan Legeslatif dan Pemilihan Presiden, Pemilihan Kepala Daerah/Pilwako juga merupakan bentuk wujud dari Kedaulatan Rakyat.

Yang perlu kita bahas dan menjadi bahan pertanyaan kita saat ini adalah bagaimana rakyat di Kota Sungai Penuh untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapapun yang ikut bertarung diatas pentas Pemilihan Walikota (Pilwako) Sungai Penuh yang akan berlansung Desembe tahun 2015.

Seharusnya rakyat di kota Sungai Penuh yang dinyatakan telah berhak untuk ikut memilih calon pemimpinnya sebelum menjatuhkan plihannya di dalam bilik suara terlebih dahulu secara jujur dan menggunakan logika akal sehat mesti menilai dan mempertimbangkan Komitmen, kapabilitas,dan catatan prestasi yang telah dicapai oleh setiap calon kandidat yang akan bertarung.

Sebagaimana amanat Undang Undang tujuan penyelenggaraan pemerintahan di daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,meningkatkan pelayanan umum, dan meningkatkan daya saing daerah, Oleh sebab itu sudah sangat jelas bahwa ketika kita selaku pemilih yang memiliki kedaulatan untuk menentukan pemimpin yang kelak akan memimpin Kota Sungai Penuh yang kita pilih melalui Pilwako Desember 2015, sebelum kita menjatuhkan pilihan atas calon calon Walikota yang akan bertarung pada Pilwako sebaiknya kita harus memberikan kriteria kriteria dan memberikan penilaian dan pertimbangan dengan hati nurani apakah para calon Walikota itu memiliki komitmen,kapabilitas dan catatan prestasi yang pernah mereka capai untuk menjamin tercapainya tujuan konstitusional yang diamanahkan melalui Undang-undang.

Baca juga:  Toke Rokok Illegal Diduga Oknum Aparat “BS", APH Tutup Mata, Biaya Pengamaan pun Mengalir

Sesungguhnya tugas konstitusional para penyelenggara negara termasuk Walikota sudah sangat jelas di dalam Undang-Undang dan juga sangat mulia dan terhormat, Kepala Daerah dalam hal ini Walikota yang kita pilih secara bersama sama bukan untuk membuat kepala daerah semakin berkuasa,semakin kaya atau semakin terhormat, para pemimpin mulai dari Presiden sampai beliau beliau yang dipilih melalui pemilu dan Pilkada tersebut semata mata dipilih untuk menjamin dan mengawasi perwujudan tugas tugas konstitusional sebagai mana yang telah di amanatkan oleh Undang –undang.

Semestinya proses Pemilihan,Penetapan dan saat melaksanakan tugas konstitusional hendaknya dilakukan dengan cara cara damai,santun,menyejukkan bahkan cerdas yang mencerminkan sikap kedewasaan,kematangan serta tingkat peradaban segenap masyarakat di negeri yang sama sama kita cintai.

Tetapi dalam kenyataan sehari hari,seperti yang sempat kita saksikan atau kita lihat melalui layar layar kaca seringkali kita menyaksikan berbagai ragam dinamika yang sesungguhnya justrus jauh dari semangat dan tujuan konstitusional yang mulia tersebut,Kampanye negatif,intimidasi,kekasaran,manipulasi bahkan adu kuat politik uang sering kali mewarnai proses demokrasi diberbagai tempat tidak terkecuali di negeri kita, dalam situasi seperti inilah setiap individu diri pribadi di uji,apakah kita sebagai warga dapat melaksanakan demokrasi yang dapat menjadi tolok ukur perkembangan dan kematangan peradaban masyarakat Kota Sungai penuh.

Masyarakat Kota Sungai Penuh merupakan bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Suku Kerinci yang telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang agung dan luhur,bahkan setiap hendak mengangkat dan menobatkan para pemimpin (pemangku adat) wajib dilakukan sumpah karang setio, persoalan sekarang masih adakah para calon pemimpin dinegeri ini yang mengedepankan adat dan adab dalam meraih puncak pimpinan di Kota Sungai Penuh?.

Baca juga:  Dibatasi Israel, 50.000 Warga Palestina Berhasil Tarawih di Masjid Al Aqsa

Dalam Pilkada atau Pilwako dimanapun Kampanye dan Duit seakan akan bagaikan air dan ikan yang tidak bisa dipisahkan, masalah duit(dana) memang tidak bisa dipungkiri sangat dibutuhkan untuk meraup suara dengan sebanyak banyaknya untuk menduduki jabatan politis baik sebagai Gubernur,maupun Walikota termasuk untuk menjadi anggota Legeslatif dan untuk menjadi Kepala Desa sekalipun,umumnya masyarakat memahami bahwa tanpa duit yang buanyak mustahil jabatan itu dapat diraih.

Seindah apapun janji yang diumbar pada saat kampanye dan seberapa bagusya visi dan misi yang ditawar kan kepada pemilih tak akan ada artinya ketika semua itu tidak dibarengi dengan pitih atau duit (dana) yang cukup.

Sebagai perumpamaan dibanyak tempat misalnya untuk hanya menjadi seorang Kepala Desa dibutuhkan dana setidaknya Rp 50 Juta sampai Rp75 Juta, dana itu untu biaya konsumsi rapat rapat tatap muka,pembelian cinderamata atau sumbangan sembako, cetak spanduk,dll.

Jadi Caleg pun kalau dak ado duit bisa gigit jari, dengan uang yang banyakpun belum tentu dipilih,demikian juga menjadi kepala daerah semisalnya menjadi Calon Walikota rata rata tak ada yang kurang Rp 1 Milyard menghabiskan modal, dana sebesar itu digunakan untuk kebutuhan kampanye,membuat brosus,spanduk baliho,kaus,biaya pelaksanaan kampanye termasuk biaya artis untuk diajak tampil bergoyang pada saat kampanye, dan ini belum di hitung jika ada kandidat yang bermain money politik jumlah dana yang dibutuhkan akan menaikkan termasuk untuk menyulap suara.

Masyarakat kita dan calon pemimpin kita mungkin saat ini sudah banyak yang cerdas dan memiliki urat malu yang kokoh yang tidak mudah untuk di suapin,jika masih ada yang bermain maka tingkat peradaban kita berada dianak tangga paling bawah,dan kita perlu belajar lagi pada suku primitif atau suku pedalaman jambi yang akrab disebut suku kubu.

Suku Kubu walaupun sebagian banyak memiliki duit dari hasil berburu dan menjual hasil hasil hutan,akan tetapi tingkat kesadaran mereka dalam berpolitik(ala mereka) untuk memilih pemimpin mereka yang disebut “Temenggung” mereka benar benar melakukan secara fair dan terbuka dan tidak asal pilih

Baca juga:  Tercium Praktik Permainan Penjulan LPG 3 Kg di Bumi Sakti Alam Kerinci

Tak jarang kita lihat ada seorang anak atau kemenakan termasuk orang tua sendiri yang tidak mau memilih calon temenggung, walaupun dari keluarga dekat sendiri, warga kubu sangat selektif dalam memilih pemimpin, Temenggung yang dipilih tidak hanya menguasai adat dan sistim kepemimpinan tradisional suku anak dalam, lebih dari itu calon temenggung harus memiliki adab dan moral yang melebihi rakyat yang bakal ia pimpin, pelaku atau siapa saja yang melanggar hukum seperti menikam bumi, mencerak telur,melebung dalam mendapat hukuman berat termasuk bagi temenggung yang melanggar hukum tersebut, hukuman hanya 1 yakni hukum mati dicampak ke sungai dengan tekalak unak.

Andaikan cara kita memilih pemimpin masih money politik dan kicuh mengicuh dalam menghitung suara rakyat ,maka dipastikan tingkat peradaban kita lebih rendah dari sanak saudara kita suku pedalaman yang masih hidup primitif dibelantara hutan yang kian tak rimbun lagi.

Kita berharap kedepan siapapun yang telah berani untuk mencalonkan diri sebagai Kandidat Walikota Sungai Penuh harus memiliki kesadaran bahwa untuk merebut empati dan dukungan rakyat alangkah lebih indah jika siapapun calon yang akan tampil lebih mengedepan rasa,dan adab, Hanya orang yang kurang” beradablah”yang rela membeli suara rakyat hanya untuk memperoleh sebuah kekuasaan

Penyair terkemuka indonsia Chairil Anwar pernah menulis sebuah kata mutiara”Sekali berarti dan setelah itu mati” Kalimat kata mutiara itu sungguh mengingatkan kita semua agar kita mampu mengisi hidup ini dengan sesuatu yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,Sebab pada dasarnya manusia termasuk kita kita rakyat dan calon calon yang kelak jika terpilih akan memimpin Kota Sungai Penuh pada dasarnya hanyalah kumpulan ”debu debu” yang mencapai puncak kekuasaan, dan akhirnya akan menjadi debu kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button