JambiMuara Bulianopini

Cerita Isra Mi’raj di Kampung, Dari Nasi Bungkus Hingga Keseruan Anak-anak

Ilustrasi: Isra Mi'raj
Ilustrasi: Isra Mi’raj

Kerincitime.co.id, Berita Batanghari – Banyak cerita indah di tengah masyarakat pada saat acara Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap tahun itu.

Seperti di Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Jambi. Sudah menjadi sejak puluhan tahun lalu, setiap akan diadakan acara Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW maupun Maulid Nabi Muhammad SAW masyakarat bersama pejabat desa dan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) pun mengelar musyawarah.

Semua elemen masyarakat wajib hadir, antara lain, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh adat, ulama ‘ dan masyarakat guna membahas persiapan acara yang akan digelar.

Biasanya kalau hasil dari kesepakatan tersebut ada dua opsi yang akan jadi pokok pembahasan, yaitu apakah acara dalam porsi besar atau secara sederhana. Jika acaranya besar , panitia bersama masyakarat akan mengeluarkan biaya komsumsi yang cukup tinggi untuk memasak makanan pada hari H.

Seperti biasa jika acaranya  mau lebih  besar, masyarakat harus memasak lauk ayam atau kambing untuk menu masyakarat yang ikut pada acara tersebut. Untuk biaya, masyarakat melakukan patungan untuk biaya komsumsi. Namun ada juga bagi warga yang ekonominya yang mapan akan membantu lebih dari warga biasa.

Baca juga:  Zarman Pembina ABK Desak APH dan Bea Cukai Tindak Tegas Rokok Illegal

Sementara satu jelang H masyakarat mulai sibuk, terutama para ibu-ibu mereka pun mulai memasak makanan untuk menu acara malam Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW/ Maulid Nabi Muhammad SAW kalau acaranya malam.

Tapi biasanya, masyakarat lebih suka acara digelar pada malam ba’dah Isya. Karena kalau siang masyarakat sibuk beraktivitas, baik dari kalangan petani, nelayan, swata main PNS.

Adapun jika acaranya dilakukan secara sederhana, masyarakat dan panitia penyelengara cukup memilih nasi bungkus yang dibawa dari rumah masing-masing.

Tradisi nasi bungkus ini banyak terdapat cerita menarik dan indah untuk di kenang, yang mana tradisi warga membawa nasi bungkus ini sudah berlangsung sejak lama sekali.

Cerita yang patut dikenang oleh masyarakat. Namun sorenya para ibu-ibu di rumah masing-masing memasak lauk dan nasi untuk dibawa ke Masjid ataupun Surau . Untuk bungkus nasi dan lauk sudah disediakan oleh panitia penyelengara plastik khusus bungkus nasi yang dibagikan setiap rumah warga untuk 5 bungkus nasi.

Baca juga:  Zarman Pembina ABK Desak APH dan Bea Cukai Tindak Tegas Rokok Illegal

Sementara pada waktu puluhan tahun lalu, kita sering menemukan nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang sudah di layukan. Untuk saat ini bungkus daun sudah jarang dipakai warga, karna sudah diganti oleh bungkus khusus.

Terlihat indah saat melihat warga berbandong-bondong dengan membawa plastik asoy yang berisikan nasi bungus yang terbungkus dengan daun pisang maupun plastik khusus bungkus nasi menghiasi tangan warga menuju ke Masjid ataupun Surau.

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun tidak ketinggalan untuk ikut meramaikan acara tersebut dengan menambah suasa menjadi hidup dan berwarna.

Hal yang lebih asyik. Namun terkadang bikin hati terkagum sambil mengingat pada masa kita kecil dahulu. Pada saat panitia membagi nasi bungkus setelah usai do’a bersama, aksi anak-anak pun mulai terlihat.

Mereka (red-anak-anak) mulai berebut mengambil nasi bungkus yang bawa oleh panitia. Padahal jatah untuk mereka sudah disediakan. Tapi tetap saja dengan keseruan mereka untuk merebut nasi bungkus di wadah yang dibawa oleh panitia.

Baca juga:  Zarman Pembina ABK Desak APH dan Bea Cukai Tindak Tegas Rokok Illegal

Tapi itulah anak-anak sebagai warna dalam kehidupan kita, orang tua pun tidak bisa memarahi, karena memang masih masanya mereka. Akan tetapi itulah jadi kenangan terindah sendiri bagi mereka setelah sudah menginjak dewasa. Sama hal seperti kita hahulu ketika masa anak-anak, hanya saja tugas orang tua membimbing dan mengawasi aktivitas mereka.

Namun ada juga anak-anak yang tertidur di Masjid atau Surau karna memang anak usia 3 hingga 10 tahun memang gampang terlelap. Apalagi pada saat siangnya aktif bermain. Saat acara usai, sang ayah yang sabar pun mulai menggendong putra-putri mereka sambil membawa nasi bungkus yang tadinya di bawa dari rumah. Akan tetapi entah nasi bungkus dari siapa yang dibawa. Karena pada saat di kumpul ditempat panitia, nasi bungkus sudah diacak sebelum dibagikan. (nuansajambi)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button