Puisi Bang Asro Almurtawi Untuk Bang Firdaus
TLEGU, NGAPO KAU PERGI BEGITU CEPAT DAN AKU TAK BISA MENANGIS SAAT ITU
:: Firdaus Al Khatami
Tlegu nian, ngapo kau pergi begitu cepat, padahal baru beberapa menit kau telepon aku : aku pingin ketemu kau, Ro. Aku di tempat makan yang banyak tendanya.Sama istriku, Leni. Kita bicarakan rencana launching bukumu itu. Dan tlegu nian, aku tak mengiyakan ajakanmu. Hari itu, Selasa 29 Desember, waktu sudah menunjukkan jam 17. 55 WIB. Tanggung sebentar lagi maghrib. Lagipula aku masih capek, baru pulang dari Padang. Kusuruh kau menunggu di situ, atau ke rumahku. Biasanya rumahkulah persinggahan utamamu jika ke Bangko saat kunjungan resmi atau tidak. Nggak ah, kami mau langsung ke Sarolangun. Itulah ucapan terakhir yang kudengar darimu.
Malamnya, lewat pukul 10, istriku membangunkanku. Belasan dering telpon dan SMS menyerbu hpku. Isinya sama: Benarkah Bang Firdaus meninggal karena kecelakaan Kang? Dan tlegu nianlah, aku tak bisa menjawab.Karena memang benar-benar tak tahu dan karena keterkejutanku. Detak jantungku kurasa lebih cepat dari biasa . Aku masih tak percaya. Limbung. Dengan otak kosong, kuhidupkan motor menuju rumah sakit.
Dan aku tak bisa menangis melihat tubuhmu terbujur kaku tertutup kain berwarna coklat. Aku masih tak bisa menangis melihat wajahmu. Aku juga tak bisa menangis saat mengangkatmu ke ambulan. Dalam mobil kita rebahan bersama, dengan jarak yang amat dekat. Aneh, kali ini keringatmu tak lagi bau Dan tak seperti biasa, kau terlihat kaku, tapi kita tetap asyik berdialog, tentang kesenian jambi, tentang DKJ, tentang tlegu. Teringat aku saat kau gemetar menjelang launching buku pertamamu, Istana Bunga. Dan aku membully mu beserta Kang Acep Syahril. Aku bisa mengangkat namaku sendiri,. Aku cuma kekurangan huruf R, katamu Aku juga tak bisa menangis, melihatmu memasuki lahat, lalu urugan tanah menutupimu. Tlegu nianlah, aku tak bisa menangis.
Firdaus al Khatami, nama yang kau bubuhkan terakhir itu, menandai bahwa diam-diam kau mengangumiku.Tlegu nianlah, kau pakai Al karena iri dengan Al Murthawy ku kan? Eh, ini pemberisan Kang Acep Zamzam Noor. Dan akupun diam-diam membubuhkan namamu tertera atas nama anakku Ahmad Gibran Firdausi, mungkin aku mengagumimu. Tlegu.
Dan pagi ini, ijinkan aku menangis. Bukan meratapimu kepergianmu, tapi menangisi hilangnya semangatmu, hilangnya gagasan-gagasanmu, hilangnya sosok yang bisa diambil ilmunya dengan membully nya.Selamat jalan, luruslah, Tuhan telah menyediakan tempat atas namamu: Firdaus.