HOT NEWSJambiNasional

Seberapa Bahaya Varian Delta Plus yang Sudah Masuk ke Provinsi Jambi

Kerincitime.co.id, Berita Jakarta – Menyusul varian Delta, varian Delta Plus kini mulai mengancam dan teridentifikasi di Indonesia. 3 kasus ditemukan di Mamuju dan Jambi.

Varian ini tengah diwaspadai karena memiliki mutasi yang juga ditemukan dalam varian baru corona yang lebih ganas lainnya seperti Beta (B.1351 asal Afrika Selatan).

Istilah Delta Plus muncul dari Kementerian Kesehatan India. Varian Delta Plus pertama kali terdeteksi di Eropa pada Maret lalu, sebelum merebak di India dan diumumkan di sana pada akhir Juni 2021.

Varian Delta (B.1617.2 asal India) sudah banyak ditemukan dan dilaporkan para ahli mulai mendominasi di RI. Varian ini pun disebut sebagai salah satu dalang lonjakan kasus di Indonesia dalam 2 bulan terakhir.

Sementara itu, tiga kasus varian baru Delta Plus belum lama ini dilaporkan ditemukan di Indonesia. Namun, nyatanya varian ini sudah lama teridentifikasi.

Satu kasus varian Delta Plus yang ditemukan di Mamuju,Sulawesi Barat sudah ditemukan pada Februari 2021. Sementara dua kasus lainnya ditemukan di Jambi pada April lalu, namun baru disubmit ke Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID) Juli ini.

Baca juga:  Tercium Praktik Permainan Penjulan LPG 3 Kg di Bumi Sakti Alam Kerinci

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang karakteristik varian Delta Plus, kumparan telah melakukan wawancara dengan Peneliti Bioinformatika Independen, Sahal Sabilil Muttaqin. Berikut penjelasan Sahal terkait karakteristik varian Delta Plus, Kamis (29/7):

Varian Delta Plus sudah mulai masuk, sebetulnya bagaimana, sih, karakteristik varian baru ini? Seberapa bahaya?

Peneliti mengklasifikasikan Delta Plus (AY.1) karena memiliki mutasi spike K417N yang membantu virus menempel lebih kuat di sel manusia. Mutasi ini juga ditemukan di varian Beta (B.1.351 asal Afrika).

Namun, jika dilihat di genom AY.1 di Indonesia tidak memiliki mutasi spike tersebut. Mutasi-mutasi protein spike di AY.1 yang ditemukan di Indonesia adalah D614G, P618R, dan N439K.

Mutasi D614G membuat SARS-CoV-2 mudah masuk ke sel dan bereplikasi. Sementara, mutasi P618R pada furin cleveage site meningkatkan kemampuan virus masuk ke sel.

Baca juga:  Dibatasi Israel, 50.000 Warga Palestina Berhasil Tarawih di Masjid Al Aqsa

Adapun N439K di receptor binding motif dianggap meningkatkan infektivitas dan resistensi terhadap netralisasi antibodi.

Kenapa dinamakan Delta Plus, apa varian ini turunan langsung dari varian Delta?

Secara general varian Delta Plus ini memiliki mutasi yang hampir sama dengan Delta. Namun, varian ini memiliki tambahan mutasi unik seperti spike K417N dan spike W258L. Perlu riset lebih lanjut mengenai karakteristik penularan, namun prevalensinya cukup tinggi di Amerika Serikat saat ini.

Tadi disebut varian Delta Plus (AY.1) yang ditemukan di Indonesia tidak mengandung mutasi Beta. Kok, tetap digolongkan sebagai Delta Plus?

Dinamakan Delta Plus bukan karena sama dengan Beta. Namun karena karakteristik varian ini memiliki mutasi unik seperti K417N yang tidak ada pada Delta (B.1617.2). Kebetulan genom Indonesia memiliki salah satu mutasi penanda unik lain W258L.

Baca juga:  Toke Rokok Illegal Diduga Oknum Aparat “BS", APH Tutup Mata, Biaya Pengamaan pun Mengalir

Nah, umumnya Delta Plus itu mengandung spike apa saja?

Pada umumnya delta plus (AY.1) memiliki mutasi Spike T19R, W258L, K417N, L452R, T478K, D614G, P681R, dan D950N.

Dari kasus Delta Plus yang sudah ditemukan di dunia, apa ada gejala khusus/baru yang ditunjukkan pasien terpapar?

Untuk masalah gejala, perlu analisa data klinis dan genomik. Lebih lanjutnya bisa ditanyakan ke klinisi.

Lantas, apa antisipasi yang harus dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk melawan varian ini?

Tentu, antisipasi yang dilakukan adalah menegakkan disiplin 5M sebagai budaya yang terintegrasi di masa pandemi. Karakteristik virus adalah menginfeksi, mereka secara natural bereplikasi untuk menginfeksi, dan menginfeksi untuk bereplikasi.

Sehingga untuk menghindari adanya varian baru, masyarakat harus berusaha memutuskan mata rantai penularan. Semakin banyak penduduk yang terinfeksi, semakin besar peluang munculnya varian baru.

Sebab, virus akan bermutasi untuk beradaptasi di inang barunya dan ini terjadi secara random. (Irw)

Sumber: Kumparan.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button