Dirjen Dayasos dan Direktur KAT Kemensos RI Apresiasi Kopsad berdayakan SAD
Kerinci time ,- Jakarta Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI Drs.Hartono Laras ,M.Si dan Direktur Komunitas Adat Terpencil Kementerian Sosial RI,Marsali,SH memberikan apreasiasi dan dukungan kepada Kelompok Peduli Suku Anak Dalam(kopsad) yang melakukan pemberdayaan terhadap komunitas adat terpencil-suku anak dalam di sejumlah kawasan hutan di Propini Jambi.

Kedepan kita mengharapkan agar masyarakat,dunia usaha dan pemerintah daerah untuk bersama sama melakukan pemberdayaan terhadap sanak saudara kita yang masih hidup nomaden.Kementerian Sosial RI setiap tahun telah menyediakan dana yang cukup untuk kegiatan pembedayaan Komunitas Adat Terpencil di tanah air.
Direktur Kopsad Budhi VJ Rio Temenggung kepada Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Direktur Komunitas Adat Terpencil Kementerian Sosial RI menyampaikan bahwa dengan dukungan dan bantuan Gubernur Jambi Bapak H Hasan Basri Agus,Menteri Sosial dan Menteri PDT.RI Dinas Sosial Propinsi Jambi para Bupati dan PT.Kresna Duta Agro Indo (PT.SMART.Tbk) saat ini puluhan Kepala Keluarga warga pedalaman mulai hidup menetap dan belajar hidup layak.
Dan sejak 3 tahun terakhir dengan bantuan Gubernur Jambi sudah 2 orang mantan Temenggung(pimpinan SAD) yang diberangkatkan ke tanah suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji, dan dengan bantuan Gubernur ,Bupati dan PT Kresna Duta Agro Indo kita telah membangun 2 Mushalla, 3 unit Paud dan melakukan berbagai upaya pencerahan terhadap warga suku anak dalam muslim.
Direktur Kopsad dan Budayawan Jambi Budhi VJ Rio Temenggung kepada Dirjen dan Direktur KAT melapokan bahwa seorang pemuda SAD bernama ,Besudut adalah salah satu dari anak rimba (suku anak dalam) yang pernah disentuh perberdayaan oleh Kopsad telah diterima menjadi Mahasiswa Universitas Negeri Jambi Pogram Studi PGSD,keberhasilan Besudut memasuki jenjag pendidikan tinggi di Unja tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak termasuk dukungan dan suport yang diberikan oleh salah seorang guru SMA Negeri 14 Kabupaten Tebo Bapak Edwar Keliad,S.Pd,
Edward Keliad Guru SMA Negeri 14 Tebo,Alumni Universitas Negeri Medan yang diangkat tahun 2011 sebagai CPNS di SMA Negeri 14 Tebo selama hampir tiga tahun memberikan dorongan dan motivasi kepada Besudut untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Melalui Telepon Seluler,Edward Keliad yang baru melansungkan pernikahan di Medan Sumatera Utara-jumat malam 20/12 mengemukakan bahwa besudut anak didiknya merupakan seorang warga pedalaman yang supel dan sopan dalam pergaulan, ia sangat mudah memahami dan menghapal pelajaran terutama pengetahuan sosial,daya ingatnya tinggi,tapi untuk berhitung ia agak lemah.”Besudut tergolong siswa yang rajin dan cerdas, sepintas kita tidak menyangka jika ia adalah anak rimba.
Ditempat terpisah beberapa waktu yang lalu CEO.PT.Kresna Duta Agro Indo (PT.SMART ) Antonius Constan dalam pertemuannya dengan Direktur Kopsad berjanji akan mendukung sejumlah program pendidikan yang digagas oleh Kopsad Propinsi Jambi
Direktur Eksekutif Kopsad Budhi VJ Rio Temenggung dalam pertemuan itu secara tegas mengatakan harus diakui bahwa upaya pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan selama ini tidak semata mata dilakukan hanya oleh Kopsad, beberapa LSM lain , Kelompok Swadaya Masyarakat, pemuka pemuka agama juga ikut serta melakukan proses pembelajaran dan pemberdayaan terhadap suku anak dalam, walau dengan beragam corak dan warna kegiatan, namun pada muaranya tetap bertujuan sama menyelamatkan masa depan Suku anak dalam, serta mempertahan nilai nilai budaya Suku Anak Dalam dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indosnesia..
Kesimpulan Kopsad dalam mengangkat nilai nilai kemanusiaan warga Suku suku anak dalam serta untuk mempertahankan nilai nilai kearifan budaya suku anak dalam dan untuk memperbaiki satus sosial dan untuk memperbaiki ekonomi suku anak dalam adalah melalui pendekatan ilmu dan pengetahuan ( Knowledge ) yang relevan yang disesuaikan dengan kondisi habitat keberadaan suku anak dalam itu sendiri”kata Budhi Vrihaspathi Jauhari”
Pola pembinaan dan pendidikan serta pembelajaran yang dilakukan terhadap warga suku anak dalam yang hidup menetap diperkampungan atau kantong pemukiman yang dibangun oleh pemerintah atau masyarakat sangat berbeda dengan pola dan pendekatan yang dilakukan terhadap warga suku anak dalam yang masih Nomaden di belantara hutan. Papar Budhi.VJ”
Dalam pandangan Kelompok Peduli Suku Anak Dalam (Kopsad) ,persoalan sosial yang dihadapi oleh warga suku anak dalam terutama mereka yang sudah mulai keluar hutan merupakan tugas bersama, Pemerintah dan Dunia Usaha harus bertanggung jawab terhadap perobahan yang terjadi dilingkungan suku anak dalam, jangan sampai warga suku anak dalam menjadi duri dalam daging ditengah tengah modernisasi yang melanda dunia, penyelesaian permasalahan sosial suku anak dalam harus dilihat dari hulu dengan mengkaji akar persoalan.
Ada kecenderungan warga suku anak dalam sering dijadikan sebagai objek ,dengan menjual kekubuan kubu ke dunia internasional, dan sering terjadi ada oknum yang membonceng dan mengatas namakan memperjuangkan nasib kubu, ketika perjuangan tidak menuai empati akan melahirkan suku anak dalam yang prustasi dan patah hati.
Sangat bijaksana jika suku anak dalam (kubu ) dibiarkan untuk menentukan apapun bentuk pilihannya dengan tidak melakukan intervensi yang berlebihan, lembaga yang mengaku menjadi pendamping suku anak dalam diharapkan untuk menjadi fasilitator dan mediator dalam menjawab berbagai persoalan suku anak dalam,dan tidak menjadi komporator yang memprovokasi agar suku anak dalam untuk berbuat negatif.”Imbuh Budhi Vrihaspathi Jauhari”
Kekhawatiran dan pengalaman menunjukkan, bahwa warga suku anak dalam memiliki tempramen keras,mereka ibarat rumput rumput kering yang mudah terbakar, pengalaman dan pemahaman yang kita berikan kepada mereka – mereka terima dengan serta merta tanpa filter penyaring.
Kondisi saat ini ada dua kelompok kubu yang berada di persimpangan jalan, satu kelompok ingin memasuki dunia baru, kelompok lain ingin tetap mempertahankan budaya dan kearifan tradisional yang mereka warisi secara turun temurun.
Kedua kelompok ini harus difasilitasi, dan pemerintah wajib untuk membantu mereka menjalani kehidupan di alam masing masing, dengan melakukan pembinaan dan pemberdayaan sesuai dengan pola yang mereka anut.
Kedepan mengingat kondisi warga suku anak dalam berada diwilayah terpencil dan saling berjauhan, sudah selayaknya Pemerintah mempertimbangkan untuk membangun sekolah keliling untuk warga suku anak dalam yang masih Nomaden dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi kehidupan warga suku anak dalam itu sendiri.
Bagi warga suku anak dalam yang sudah beragama Islam misalnya, pemuda dan remaja suku anak dalam usia sekolah dikirim untuk belajar dan magang di Pondok Pesantren, Balai Latihan Kerja, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).Semoga ( Aditya dan Nurul)