Kerincitime.co.id, Berita Kerinci – Sebanyak 51 pendaki gunung Kerinci terjebak saat gunung Kerinci erupsi. Petugas R10 pendakian Gunung Kerinci, mengatakan para pendaki tengah di atas gunung saat, erupsi, Rabu (31/7/2019) kemarin.
Data terakhir, sebanyak 21 orang sudah turun. Sisanya turun hari ini.
“Sebanyak 21 orang sudah turun pada Rabu, sementara sisanya turun hari ini,” kata Evaraizal Mirza, petugas R10 pendakian Gunung Kerinci, saat dihubungi, Kamis (1/8/2019).
Pasca gunung Kerinci erupsi Rabu siang, gunung api yang berada di jajaran Bukit Barisan itu masih aman untuk pendakian.
“Sampai sekarang Gunung Kerinci masih aman untuk didaki karena erupsi itu hanya sedikit tetapi kemarin siang ada perintah secara lisan dari pimpinan kalau ada pendaki stop dulu,” katanya.
Kendati masih aman untuk pendakian, imbuhnya, pihaknya belum menerima informasi lebih lanjut apakah pendakian sudah diperbolehkan atau belum.
“Kami masih menunggu perintah selanjutnya” katanya.
Untuk erupsi Rabu siang, katanya, tidak terlihat karena tertutup awan tetapi sebagai gunung api aktif itu merupakan hal lumrah.
Berdasarkan data KESDM, Badan Geologi, PVMBGPos Pengamatan Gunungapi Kerinci telah terjadi erupsi Gunung Kerinci, Jambi, Sumatera Barat pada tanggal 31 Juli 2019 pukul 12:48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 800 meter di atas puncak.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah timur laut dan timur.
Saat ini gunung api aktif dengan ketinggian 3.805 meter diatas permukaan laut itu berada pada Status Level II (Waspada) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar gunungapi kerinci dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki kawah yang ada di puncak gunungapi kerinci dalam radius tiga kilometer dari kawah aktif atau masyarakat dilarang beraktivitas radius bahaya/KRB III.
Sebaiknya jalur penerbangan di sekitar gunungapi kerinci dihindari karena sewaktu-waktu masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan.
Rabu Mulai Erupsi
Hari sebelumnya, Gunung Kerinci, Jambi sekira pukul 12.48 WIB mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati ± 800 m di atas puncak dengan ketinggian ± 4.605 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah timur laut dan timur.
Informasi yang dihimpun dari situs Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Pos Pengamatan Gunung Kerinci Rabu (31/7/2019), saat ini Gunung Kerinci berada pada status Level II (Waspada).
Maka, masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki kawah yang ada di puncak Gunung Kerinci radius 3 km dari kawah aktif. Selain itu, masyarakat dilarang beraktivitas di dalam radius bahaya/KRB III.
Jalur penerbangan di sekitar gunung api tersebut juga harus dihindari karena sewaktu-waktu masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan.
Fadel, salah satu warga Kerinci mengatakan, saat ini masyarakat masih beraktivitas seperti biasa.
“Saya belum lihat langsung adanya erupsi, dan saat ini masyarakat di Kerinci atau di sekitar Gunung Kerinci juga masih beraktivitas normal. Rencana saya mau mendaki pas hari kemerdekaan besok, namun kalau ada erupsi mungkin tidak jadi,” ujar Fadel.
Pernah Erupsi di September 2018
Data yang dirangkum, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menyatakan sempat terjadi gempa vulkanik dangkal di sekitar Gunung Kerinci di tahun 2018 lalu.
Gunung Kerinci, disebut mengalami erupsi sejak Sabtu 29 September 2018 dini hari dengan mengeluarkan abu vulkanik. Itu berdasar informasi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Thaha BMKG Jambi. Abu vulkanik terlihat sejak Sabtu (29/9/2018) pukul 01.30 WIB.
“Berdasarkan Sigmet dan VAAC, teramati erupsi abu vulkanik Gunung Kerinci pada lapisan permukaan dengan ketinggian mencapai 1.400 m disertai kecepatan 5 knot. RGB Citra Satelit cuaca Himawari diperbarui sekitar pukul 10.30 WIB hingga siang ini abu vulkanik tidak terdeteksi karena wilayah gunung Kerinci tertutup awan,” tulis BMKG dalam keterangan tertulis.(antara/dok)