opini

KEDAUALATAN PANGAN DAN EKOLOGI (2)

KEDAUALATAN PANGAN DAN EKOLOGI (2)

(Kesejahteraan Petani Propinsi Jambi menjadi taruhan)

By Syamsul Bahri, SE dan Saryono, SP (Conservationist di Jambi)

Provinsi Jambi dengan luas 53.435 km2, yang terletak secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0°45’-2°45’ Lintang Selatan dan 101°10’-104°55’ Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera, merupakan Propinsi yang memiliki typologi ekosistem hutan hujan tropis terlengkap mulai dari hutan pantai (beach forest), hutan gambut,  Hutan Dataran Rendah (lowland forest); Hutan Pegunungan Rendah (sub-mountaine forest) Hutan Pegunungan Atas (mountaine forest),dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu potensial sebagai modal pembangunan di Propinsi jambi, topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 meter dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 3.805 meter dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat.

Sebagai Provinsi yang memiliki posisi cukup strategis, karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle), dan kaya akan sumber daya alam pertambangan baik golongan A maupun B, pertanian, perkebunan, dan kehutanan, pariwisata dll

Menurut BPS 2012 Penduduk Provinsi Jambi tahun 2012 berjumlah 3.260.511 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata sebesar 64.41 jiwa/km2 kecuali Kota Jambi sebesar 2.712.95 jiwa/km2 dan Kota Sungai Penuh sebesar 216,03 jiwa/km2, dengan komposisi mata pencaharian hampir lebih 50% mata pencaharian bergerak dibidang Pertanian, seperti petani sawah/holtikultura, perkebunan, nelayan, 21,58% pada sektor perdagangan dan 12,58% pada sektor jasa.

Dengan kondisi ketenagakerjaan yang sebagian besar masyarakat di provinsi ini sangat tergantung pada hasil pertanian,nperkebunan sehingga menjadikan upaya pemerintah daerah maupun pusat untuk mensejahterakan masyarakat adalah melalui pengembangan sektor pertanian.

Provinsi Jambi dengan luas wilayah 53,435 km2 di antaranya sekitar 60% lahan merupakan kawasan perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini merupakan salah satu penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di wilayah Sumatera.

Provinsi yang kaya akan sumber daya alam, baik perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan, begitu juga hampir lebih 80% tingkat ketergantungan pada sektor pertianian dan perkebunan, namun marilah kita coba lihat beberapa indek kesejahteraan penduduk dalam provinsi Jambi, berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antara lain seperti Indek Nilai Tukar Petani yang menggambarkan tingkat hubungan antara hasil pertanian yang dihasilkan petani dengan barang dan jasa yang dikonsumsi dan dibeli petani.

Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan Provinsi jambi masa kini dan yang akan datang, Kelapa sawit dan Karet menjadi tanaman perkebunan primadona dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 400.168 hektar serta karet mencapai 595.473 hektar dan Kulit Manis mencapai sekitar 41.825 hektar, dan beberapa komodity unggulan lainnya termasuk komodity pangan.

Nari Nilai Tukar Petani (NTP) rata-rata dari ahir tahun 2014 (November-desember) sampai menjelang semester I tahun 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) berada pada rata-rata 95,45%, yang menggambarkan tingkat kesejahteraan petani belum baik yaitu berarti petani mengalami defisit, karena harga barang produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang/jasa konsumsi dan biaya produksi.

Rendahnya tingkat kesejahteraan itu terlihat dari nilai tukar petani (NTP) yang selalu berada di bawah indeks 100. Indeks di bawah 100 berarti biaya yang dikeluarkan petani lebih rendah dibandingkan dengan nilai yang diperolehnya. NTP menunjukkan daya tukar produk pertanian dengan konsumsi barang dan jasa untuk biaya produksi. NTP di bawah 100 juga menandakan makin rendahnya daya beli petani. Begitu pula dari kajian Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

Secara nasional IPM Propinsi Jambi semenjak tahun 2009 yaitu 72,61 sampai tahun 2013 menjadi 74,36, menunjukan kenaikan yang cukup signifikan, rata-rata /tahun kenaikan dari 0,34 sampai 054, namun untuk propinsi lingkup pulau Sumatera, sesuai data dari BPS, Propinsi Jambi dengan IPM 74,35 meruakan urutan ke 7 setelah Propinsi Sumatera Selatan yaitu 74,36, dan IPM tertinggi di Pulau Sumatera adalah Provinsi Riau yaitu 77,25 (data diolah sumber http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1516).

Dan jika kita cermati IPM dalam Kabupaten/Kota Propinsi Jambi tahun 2013, adalah secara berturut-turut Kota Sungai Penuh dengan IPM tertinggi adalah 77,63, disusul oleh Kota Jambi adalah 77,08 dan seterusnya adalah Kerinci adalah 75,11. Sedangkan daerah dengan kekuatan SDA yang melimpah seperti Tanjabtim adalah 72,52 merupkan IPM terendah (data dioah bersumber HYPERLINK “http://jambi.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/7” http://jambi.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/7)

Dari uraian data dan analisa tersebut diatas, secara umum kekayaan sumber daya alam baik dikaji dan dianalisa dari aspek Indek Nilai Tukar Petani (NPK) maupun dari Indek Pembangunan Manusua (IPM) belum memberikan kesejahteraan yang optimal bagi masyarakat terutama masyarakat petani yang menggantung hidupnya dari kegiatan Petanian dan Perkebunan Propinsi Jambi, walaupun disadari proses dan kenaikan tingkat kesejahteraan tersebut mengalami peningkatan setiap tahun, karena banyak faktor yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal, namun infrastruktur di tingkat Kabupaten/Kota berkaitan dengan akses transportasi dari dan ke lokasi, serta tata Kelola, Tata distribusi dan tata niaga mungkin menjadi persoalan yang cukup membuat nilai-nilai tersebut belum maksimal.

Dengan pembangunan aksesibilitas ke sentra produksi yang lebih baik dan lancar transportasi lintas propinsi, diperkuat dengan penguatan tata kelola, tata distribusi dan tata niaga, serta penguatan nilai tambah yang merupakan kewenangan Pemerintahan kabupaten/kota, serta pembangunan Pelabuhan Ujung Jabung dalam proses Ranperda akan segera terrealisir pembangunan secara bertahap, akan memperkuat NTP dan IPM Propinsi Jambi, menjadi petani yang sejahtera dengan Sumber daya Alam yang kaya.

Kedaulatan pangan ini akan terwujud apabila diperkuat dengan adanya political will dari pemerintah untuk tidak mengizinkan perubahan atau konversi lahan pangan menjadi kebun Sawit termasuk menunda pemberian izin atau “moratorium” untuk pembukaan hutan/lahan dan gambut untuk kebun Sawit dan HTI, yang cenderung terjadi di Propinsi Jambi, HYPERLINK “mailto:syamsulbahri1605@gmail.com” syamsulbahri1605@gmail.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button