opini

Opini : Koalisi Partai Atau Koalisi Rakyat Pada Pilwako Sungai Penuh Tahun 2020

Oleh : Syamsul Bahri

Dinamika Politik Pemilihan Wali kota Sungai Penuh, semakin hari semakin memanas, walaupun sangat disadari semua bacawako baik yang menjadi pengurus partai maupun yang bukan pengurus partai sama-sama berjuang untuk mendapatkan dan mencari partai pengusung sebagai calon wali kota Sungai Penuh pada Pilwako 23 September 2020, yang diperkirakan akan rampung sampai akhir maret 2020.

Untuk mengawali mendapatkan Partai pengusung utama minimal 5 kursi DPRD kota Sungai Penuh, diperkirakan masing-masing bacawako berjuang dengan segenap tenaga untuk mendapatkan bentuk “surat tugas” atau “Rekomendasi” yang diberikan oleh Partai secara umum meminta kepada masing-masing Bacawako terpilih dan terseleksi iuntuk mencari koalisi serta memilih dan memilih kebersamaan dengan Bacawawako sebagai pendamping yang diharapkan bisa mendukung baik elektabilitas dalam bentuk kontribusi suara, begitu juga dukungan bersifat logistik dan financial yang diharapkan dari seorang pendamping atau Bacawawako, dan itu merupakan sesuatu yang wajar dalam berkolaborasi dan berkoalisi dalam berpolitik untuk menuju wali Kota Sungai Penuh.

Baca juga:  WIM Berbagi Paket Takjil di Jembatan Kerinduan

Dari pengamatan penulis, untuk pendamping atau bacawawako masing-masing Bacawako saat ini muncul bentuk bentuk simulasi yang dicoba oleh tim sukses atau relawan atau pengamat untuk memadukan Bacawako yang dunggulkan dengan tokoh yang menjadi pendamping atau bacawawako, dengan harapan simulasi tersebut mendapat respon postif dalam hal penguatan elektabilitas sang Bacawako yang diunggulkan tersebut.

Dari data lapangan dan pengamatan secara langsung, kecenderungan simulasi itu dirancang oleh pengamat, tim relawan atau tim sukses, memilih tokoh yang berasal dari wilayah tengah dalam hal ini tokoh dari Basis Bacowako Zulhelmi, seperti Bacawako Ahmadi Zubir, dipasangkan dengan antara lain dengan Mardizal (Am Gao) ketua DPC PDI-P Kota Sungai Penuh, dan/atau kemungkinan Satmar Lendan Ketua DPD PAN Kota Sungai Penuh, begitu pula dengan Bacawako Fikar Azmi disimulasikan dengan Yos Adrino yang merupakan elite dan Pengurus DPW PAN Jambi, bahkan mungkin dengan Syafriadi, SH DPC Partai Hanura Sungai Penuh.

Baca juga:  Tercium Praktik Permainan Penjulan LPG 3 Kg di Bumi Sakti Alam Kerinci

Sedangkan Zulhelmi sebagai bacawako melakukan simulasi dan seleksi melalui proses pendekatan koalisi dan coloborasi dengan masyarakat pemilih dan pendukung tokoh yang terpilih sebagai pendamping, bukan personal secara langsung, sehingga pendamping untuk Bacawako Zulhelmi lebih banyak mempertimbangkan suara dan keinginan serta kebutuhan masyarakat pemilih secara administrative kewilayahan ataupun kewilayah adat.

Tim relawan Zulhelmi sangat menyadari bahwa tokoh dan ketokohan dari wilayah basis Zulhelmi memiliki magnet tersendiri untuk dipinang oleh Bacawako lainnya, tentunya jika simulasi tersebut akan menjadi sebuah keputusan dari masing-masing bacawako, dengan konsekwensi keterpecahan suara basis akan terjadi, namun demikian sesuai dengan pemahaman yang sudah disampaikan ke tingkat akar rumput, bahwa basis Zulhelmi hanya mendukung sebagai Calon Wali Kota dan itu merupakan suatu tekad dan perjuangan yang harus diperjuangkan.

Baca juga:  WIM Berbagi Paket Takjil di Jembatan Kerinduan

Dari uraian tersebut jelas koalisi partai menjadi sesuatu keharusan secara administrative, namun yang lebih utama adalah koalisi rakyat yang mencerminkan kebutuhan dan keinginan rakyat dalam mendukung bacawako sebagai pendamping atau bacacawako pada Pilwako 23 September 2020. ***

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button