Keistimewaan Malam Nisfu Sya’ban
Kerincitime.co.id, Berita Kerinci – Banyak sekali hadis yang meriwayatkan tentang keistimewaan malam Nisfu Sya’ban
Bulan Sya’ban mendekati pertengahan. Ada momen khusus di pertengahan bulan Sya’ban yang disebut malam Nisfu Sya’ban. Nisfu artinya pertengahan atau seperdua.
Malam Nisfu Sya’ban adalah malam pada tanggal 15 Sya’ban. Malam ini bagi sebagian kalangan dianggap spesial karena memiliki keutamaan. Namun, ada perbedaan pendapat soal hadis yang menjadi dasar keutamaan malam Nisfu Sya’ban.
Ustaz Bachtiar Nasir menerangkan, banyak sekali hadis yang meriwayatkan tentang keistimewaan malam Nisfu Sya’ban. Sebagian ulama mengatakan, tidak ada satu pun hadis sahih tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban.
Sedangkan, sebagian ulama hadis mengatakan, ada riwayat yang karena banyaknya sanad hadis tersebut maka ia menjadi sahih atau paling tidak menjadi hasan yang bisa dijadikan sebagai sandaran.
Sebagaimana yang ditegaskan Syekh Albani tentang hadis berikut ini. Mu’adz bin Jabal RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Pada malam Nisfu Sya’ban, Allah SWT memperhatikan seluruh makhluk-Nya, Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Thabrani, Daruquthni, Baihaqi, dan Ibnu Hibban).
Pada malam Nisfu Sya’ban, Allah SWT memperhatikan seluruh makhluk-Nya, Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.
Albani mengatakan, dalam kitab Silsilah al-Shahihah bahwa hadis ini sahih yang diriwayatkan dari beberapa orang sahabat dari sanad yang berbeda-beda yang semuanya saling mendukung, yaitu dari Mu’adz bin Jabal, Abu Tsa’labah, Abdullah bin ‘Amru, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar, Auf bin Malik, dan Aisyah.
Berdasarkan perbedaan penilaian terhadap hadis-hadis tersebut, para ulama juga berbeda pendapat tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban itu. Sebagian mengatakan malam Nisfu Sya’ban tidak memiliki keutamaan dan sama seperti malam-malam lainnya, sedangkan sebagian lain mengatakan malam itu memiliki keutamaan.
Ustaz Bachtiar menambahkan, Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwazi menegaskan bahwa semua hadis-hadis ini secara keseluruhan (hadis tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban) merupakan hujah ke atas mereka, yang beranggapan bahwa tidak ada hadis yang sahih tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban.
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim juga mengatakan banyak sekali diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban ini hadis-hadis Nabi SAW dan atsar-atsar (perkataan sahabat), yang menunjukkan bahwa malam ini memang ada keutamaannya. Sedangkan, amalan khusus atau shalat khusus yang dilakukan pada malam ini maka para ulama mengatakan tidak ada dasar dan dalilnya dalam syara’.
Ulama hadis asal Jakarta, almarhum KH Dr Ahmad Lutfi Fathullah pernah menegaskan hadis soal amalan shalat malam dan puasa khusus Nisfu Sya’ban memiliki derajat dhaif. Meski demikian, yang didasarkan pada hadis dhaif tidak berarti harus dilarang. Yang dilarang adalah ketika kita menjadikan amalan sunah sebagai kewajiban, atau ketika kita melebih-lebihkan pahala ibadah sunah.
Tentang pelandasan terhadap hadis dhaif ini, ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk fadhail al-a’maal (keutamaan amal). Jadi, ketika tidak ada hadis shahih yang membahas amalan tertentu dan itu tidak bertentangan dengan syariat agama, hadis lemah dapat digunakan. Tapi, papar Kiai Lutfi, ketika masih ada hadis shahih, sebaiknya menggunakan yang shahih.
Soal menghidupkan malam dan berpuasa pada Nisfu Sya’ban, tidak ada hadis shahih yang membahasnya. Untuk itu, hadis dhaif di atas dapat digunakan. Namun, tentu saja, dengan catatan-catatan khusus.
Ketua Lembaga Peradaban Luhur (LPL) KH Rakhmad Zailani Kiki menerangkan masyarakat Islam Betawi sudah terbiasa mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai syiar. Menurut dia, masyarakat Muslim di Mesir dan Yaman telah melaksanakan hal tersebut dan menjadi tradisi.
Masyarakat Islam Betawi sudah terbiasa mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai syiar.
Ritual peribadatan Nisfu Sya`ban kemudian masuk ke Indonesia, khususnya ke Betawi, yang menurut perkiraan dibawa oleh para ulama atau habaib dari Yaman. Sehingga wajar jika ritual peribadatan Nishfu Sya`ban di Betawi khususnya, tidak jauh berbeda dengan yang ada di Yaman.
Ustaz Kiki menuturkan, di masyarakat Betawi, peringatan Nisfu Sya’ban seakan telah menjadi acara wajib seperti halnya Maulidan dan Rajaban, yang dilakukan di masjid dan mushala setelah shalat Maghrib.
Urutan peringatan Nisfu Sya’ban secara umum adalah sebagai berikut. Pertama, pemberian kata pengantar dari seorang ustaz atau kiai setempat yang berisi tentang perihal Nisfu Sya’ban.
Kedua, membaca tahlil. Ketiga, membaca surah Yasin tiga kali yang setelah bacaan surat Yasin yang pertama dilanjutkan dengan berdoa meminta kepada Allah SWT agar diberikan kesehatan dan diperpanjangkan umurnya.
Setelah bacaan surah Yasin yang kedua dilanjutkan dengan doa agar Allah memberikan rezeki yang berlimpah dan halal. Setelah bacaan Yasin yang ketiga dilanjutkan dengan doa agar Allah SWT menetapkan iman dan Islam. Keempat, membacakan doa Nisfu Sya’ban sekaligus menutup acara peringatan Nisfu Sya’ban. (Irw)
Sumber: Republika.co.id