Tokoh Sungai Penuh di Purwakarta himbau Depati Nan Bertujuh Bersatu Laporan Budhi Vrihaspathi Jauhari
Jelang Pesta Demokrasi Pemilihan Walikota Sungai Penuh yang akan di gelar 9 Desember 2015 mendatang, suhu politik di Kota Kecil tertinggi di Puncak Andalas Sumatera itu sejak sepekan terakhir semakin menghangat, kota yang hanya memiliki mata pilih tidak lebih dari 70.000 mata pilih itu dikenal sebagai salah satu kota/Kabupaten di Propinsi Jambi yang memiliki temperatur politik yang cukup tinggi, hingga saat ini sudah 8 Balon Kandidat yang telah memasang Baliho di dalam Kota Sungai Penuh, dari 8 Kecamatan yang ada di Kota Sungai Penuh tercatat 4 Balon Kandidat, di Kecamatan Hamparan Rawang baru muncul 1 balon kandidat, di Kecamatan Koto Baru tercatat 1 Balon Kandidat, di Kecamatan Sungai Bungkal 1 balon Kandidat. Di Kecamatan Kumun Debai belum muncul kandidat balon, Kecamatan Pesisir Bukit di duga akan bergabung dengan balon kandidat dari Sungai Bungkal, sedangkan Incumben berasal dari Kecamatan Tanah Kampung.
Eva Yeddi gelar Depati Santiudo Pertamo Alam Tokoh perantauan asal Sungai Penuh di Purwakarta-Propinsi Jawa Barat menilai semangat untuk berdemokrasi dan tingkat kesadaran berpolitik di Kota Sungai Penuh cukup tinggi dbandingkan dengan daerah/kota lain di Propinsi Jambi.
Menjawab pertanyaan tentang banyaknya balon kandidat dari wilayah tengah Kota Sungai Penuh atau Balon kandidat dari wilayah adat Depati Nan Bertujuh , Eva Yeddi menilai adalah hal yang wajar wajar saja, Sungai Penuh dari dulu memang sudah dikenal sebagai gudangnya atau pabrik penghasil Intelektual dan cendekiawan di Propinsi Jambi, akan tetapi mesti di wilayah ini muncul banyak balon balon kandidat Eva Yeddi optimis jumlah balon akan mengerucut dengan sendirinya sepanjang para elite elite adat dan masyarakat adat di daerah ini mau untuk lebih mengedepankan semangat kebersamaan dan membuang jauh jauh sifat ego masing masing balon balon kandidat dan lebih mengedepankan akal sehati dan lebih mementingkan kepentingan bersama
Menurut Eva Yedi Depati Santiudo Pertama alam itu , masyarakat Depati Nan Bertujuh harus membuang mimpi untuk menjadi orang nomor 1 jika masing masing balon tetap mempertahankan prinsip masing masing, saya kira Incumben (AJB) merupakan lawan tanding yang tangguh yang sulit untuk terkalahkan,beliau sudah punya pengalaman dan telah lebih dulu memasang kuda kuda dan membangun benteng pertahanan
Menjawab kekhawatiran tentang terbagi baginya suara diwilayah depati nan bertujuh, mantan Pemain IPPOS era akhir tahun 1970 an itu dengan nada diplomasi mengemukkan bahwa semestinya para elite adat mesti memahami sifat pemangku adat sebagaimana di sebut dalam pepatah adat yakni para Depati/pemangku adat hendaknya harus “ :“Seiyo sekato, serunding seinok, serentak datang, saayun saribe tangan, selangkah dan sapijek, kok mudik samo kahulu, kahilir samo kalaut, kok berat samo dipikul, kok ringan samo dijinjing, saciok bak ayam, sedenting bak besi, satu adat satu lembaga
Dan Para Pemangku adat mesti tahu pantangan /perangai yang harus di hindari yakni setiap pemangku adat adalah adalah sebagai mana pepatah adat mengatakan :Burung kecik ciriling mato, yaitu orang yang tak lain kerjanya mencari kesalahan orang lain dan menceritakannya kemana-mana.
Burung gedang duo suaro, yaitu Pimpinan atau orang yang dituakan, Ninik Mamak atau Tengganai lainnya, disuatu tempat ia bicara, tetapi di tempat lain sudah lain lagi katanya, padahal masalahnya sama, atau lain kata lain perbuatan atau bermuka dua. Titian gilling (Bulek) dalam negeri, yaitu orang yang tidak mempunyai pendirian, sering mungkir janji, kalau terpojok mengatakan lupa atau kilap.Cincin tembago bersuaso, terletak dijari kiri, yaitu yang biaso hendak binaso, keris dipinggang mengamuk diri, orang yang dipercaya membuka rahasia.
Pagar makan tanaman, yaitu orang yang dipercaya, yang sebenarnya harus menjaga dan memelihara malahan sebaliknya merusak.Piawang memecah timbo, yaitu orang yang seharusnya memelihara malah merusak.Teluk pengusut rantau, yaitu Ninik Mamak di desa membiarkan persoalan kecil menjadi besar.Orang tua berlaku kecik, yaitu orang tua tetapi perangainya seperti anak-anak tidak bermalu.Malin tidak sekitab, yaitu kaum ulama tidak sependapat
Jika belakangan ini ada perbedaaan pendapat diantara Depati/Pemangku adat atau jika ada yang merasa tersinggung maka marilah duduk bersama di umouh gdeang Depati Nan Bertujuh dan jangan mudah untuk berpaling ke lain hati, bukankah selama ini yang menobatkan para Pemangku adat itu adalah Ngabi Teh Santiobawo? Jangan biarkan air ada air mata anak betino kandung Depati Nan Bertujuh mengalir di Tanah Mendapo, Kita i(Sungai Penuh )ini suluh bindang alam Kerinci,kalau suluh itu dibiarkan padam, lalu siapa lagi yang memberikan cahaya penerang! Tanya Eva Yeddi
Sumber yang layakdipercaya menyebutkan bahwa hingga saat ini secara resmi Depati Sebelas Perut wilayah Depati Payung Pondok Tinggi belum pernah memberikan dukungan kepada siapapun balon kandidat termasuk balon dari Incumben. Depati Sebelas perut belum melaksanakan sidang paripurna untuk memberikan dukungan , kalau pun ada itu hanya sinyal individu pribadi bukan atas nama Depati Sebelas Perut.
Sumber itu juga menyebutkan Bagi pendatang yang telah syah menjadi warga dusun atau anak kemenakan, dengan syarat sudah mengisi cupak penuh gantang melilih, adat diisi lembago di tuang, artinya orang yang bersangkutan mengadakan perjanjian, permohonan dengan syarat adat yang telah ditentukan menurut hukum adat yang berlaku di dusun maka mereka akan mendapatkan perlakuan yang sama termasuk untuk mendapatkan restu, akan tetapi memberikan restu tidak lah pula memberikan dukungan, sebab untuk dukung mendukung harus terlebih dahulu dilakukan musyawarah Depati Sebelas Perut, jika Depati sebelas perut telah bulek air di pembuluh dan telah bulek kato dek mufakat barulah dukungan itu di putuskan secara bersama sama oleh Depati Sebelas perut’Kata sumber itu”
Sejumlah tokoh Sungai Penuh di Perantauan mengharapkan agar masyaraat di wilayah tengah Sungai Penuh untuk se iya sekata, kalau ada perbedaaan atau salah tafsir sebaiknya diselesaikan dan di musyawarahkan di Umouh deh umouh patlay tempat Ngabi teh santiobawo,janganlah perbedaan itu membuat kita merajuk dan meninggalkan kapal dan beralih haluan dengan kemudi lain”kata sumber itu.