Ketika saya menghadiri pertemuan di sebuah Desa di daerah Kumpeh, saya mendengar sebuah istilah yang cukup menarik saya. GSL.
Semula istilah GSL saya pikir adalah salah satu vendor ataupun provider sebuah jaringan komunikasi.
Memang dulu ada kata-kata yang agak mirip dengan kata “GSL”.
Namun pelan-pelan kusimak. Cerita malampun mengalir. Sembari dengan tekun saya terus menyimak cerita untuk menangkap ceritanya.
Alangkah kagetnya saya ketika kemudian saya menyusun puzzle cerita yang Tengah didengarkan.
Kisah bermula dengan “upaya perbaikan jalan” sembari menunggu perbaikan ataupun peningkatan jalan.
Cerita GSL dengan upaya perbaikan jalan dengan “Cepat menambal lubang-lubang di jalan” sehingga kerusakan jalan tidak semakin parah.
Lubang-lubang yang menjadi “maut” sepanjang perjalanan ke Kumpeh kemudian langsung ditimbun, discrap”, diberi gorong-gorong agar air cepat mengalir ke tepian jalan. Sehingga dapat ditempuh dengan layak.
Kalaupun lubangnya cukup dalam, maka lubang yang ditimbun tidak menyebabkan kendaraan menjadi tersendat. Ataupun harus terkubur di tengah jalan.
Entah penasaran ataupun sekedar konfirmasi, saya penasaran.
“Pak, apa sih arti kata GSL dengan cerita perbaikan jalan”, tanyaku penasaran.
“Gerakan Sapu Lubang, bang”, kata Pak Kades sembari tersenyum.
Ya ampun. Ternyata GSL adalah Gerakan Sapu Lubang. Upaya dilakukan Pemerintah Provinsi Jambi.
Dengan perintah Al Haris sebagai Gubernur Jambi, sembari menunggu perbaikan jalan menyeluruh, maka lubang-lubang yang ada harus segera ditimbun.
Sehingga perintah yang tegas dikemas dengan gaya unik. Gerakan Sapu Lubang.
Sayapun tertawa. Bukan hanya senang dengan perintah Al Haris sebagai Gubernur Jambi.
Tapi ketika saya malah terjebak dengan istilah GSL.