opini

Jangkat

Oleh: Musri Nauli

Akhir-akhir ini, pembicaraan Jangkat menarik perhatian masyarakat Jambi. Linimasa maupun berbagai rangkaian kegiatan dilangsungkan di Jangkat.

Sebelum Hari Krida Pertanian  (HKP) Provinsi Jambi ke 50 yang dipusatkan di Lapangan Bola Desa Lubuk Pungguk Kecamatan Jangkat, 15-17 November 2022, dilakukan Festival Jangkat 2022.

Festival Jangkat 2022 merupakan serangkaian acara Kenduri Swarna Bumi Sungai Batanghari.

Menurut Wakil Gubernur Jambi, Festival Jangkat 2022 digelar juga untuk mendukung dalam penilaian UNESCO Global Geopark (UGG) Merangin. Kegiatan ini mengangkat kekayaan budaya dan ragam kuliner kearifan lokal Jangkat.

Sedangkan Bupati Merangin menyebutkan ‘Geopark Merangin sudah tercatat dalam Geopark Internasional. Lebih lanjut Bupati Merangin menyebutkan terdapat Ada bahasa kuno di Merangin yang sudah diteliti oleh Lembaga Bahasa. Belum lagi budaya kuliner yang telah menjadi bagian dari peradaban di Merangin.

Belum lagi “jejak” peradaban Zaman Megalitikum yang menghiasi dan menjadi perhatian arkeologi dunia untuk melihat sejarah panjang masyarakat Jangkat.

Membicarakan Jangkat tidak semata-mata membicarakan alam Jangkat yang subur. Baik karena kesuburan alamnya yang mendukung komoditi pertanian, aspek Wisata alam panorama alam Jangkat.

Tapi sejarah panjang masyarakat Jangkat.

Sejarah panjang Jangkat tidak dapat dilepaskan dari Marga Sungai Tenang. Salah satu Marga didalam kabupaten Merangin yang Masih eksis ditengah masyarakat.

Marga Sungai Tenang terletak di dataran tinggi di Kabupaten Merangin. Ada beberapa versi mengenai arti “Merangin’. Merangin disebutkan dari kisah dari perjalanan pertemuan Batang Tembesi dengan Batang Merangin. Untuk mengukur berat air antara Batang Tembesi dan batang Merangin, maka diambil air dan dilakukan penimbangan. Dari hasil pengukuran, ternyat beratnya hanya sedikit (seperanginan). Maka pertemuan dua sungai kemudian disebutkan sebagai Merangin. Sementara dari versi lain disebutkan, adanya tradisi mengangkat padi dan membersihkan menjadi beras dengan cara mengangkat ke udara sehingga, bulir padi tetap jatuh dan sisanya dibawa angin.

Menurut penuturan masyarakat di Sungai Tenang, Kata “sungai Tenang” menunjukkan nama Sungai didalam Marga Sungai Tenang. Kata “tenang” berasal dari kata “mentenang” yaitu menunjuk sifat Sungai yang airnya tenang. Begitu juga kata “menderas” menunjukkan sifat sungai yang airnya “deras”. Menderas kemudian menjadi nama desa “Muara Madras”.

Muara Madras kemudian ditetapkan sebagai Ibukota Kecamatan Jangkat

Dulu Marga Sungai Tenang berpusat di Jangkat. Jangkat sering juga disebutkan “Koto Tapus”. Jangkat berarti “akar yang besar”.

Dalam catatan berbagai literature kemudian menyebutkan “Sungai Tenang” dengan kata “Soengei Tenang”.

Sebagai “satu rumpun”, Marga Sungai Tenang mempunyai 3 wilayah besar. Pungguk 6, Pungguk 9 dan Koto 10. Secara “imajiner’, pembagian tataruang, hampir praktis tidak saya temukan di Marga/batin lain.

Pembagian wilayah “imajer” ini masih dikenal.

Selain itu keunikan lainnya, mereka adalah satu marga yang “sangat bijaksana’ dalam pembagian tanah. Saya lebih suka menyebutkannya “tanah pemberian”.

Lihatlah. Bagaimana tanah yang diberikan masing-masing dalam satu rumpun Marga Sungai Tenang. Seperti “tanah irung-tanah gunting”. Tanah irung-tanah gunting kemudian dikenal didalam seloko “belalang pungguk 6. Tanah koto 10” untuk Dusun Tanjung Mudo. Atau “belalang pungguk 9. Tanah Koto 10” untuk Dusun Tanjung Alam. Atau seloko seperti “Tanah Pungguk 6, Belalang Lubuk Pungguk” untuk Koto Rawang. Lubuk Pungguk termasuk kedalam Pungguk 9.

Lubuk Pungguk inilah yang kemudian menjadi tuan rumah Festival Jangkat 2022 dan Hari Krida Pertanian 2022.

Selain itu dikenal istilah “4 Tanah lembak”. Yaitu Dusun dibawah dalam Marga Sungai Tenang. Yaitu Dusun Tanjung Dalam, Dusun Muara Pangi, Dusun Muara Langayo Dan dusun Rantau Jering.

Begitu juga “tanah pemberian” untuk Dusun Beringin Tinggi yang dikenal sebagai tanah “ujung Batin”. Yang disebutkan didalam Seloko “belalang batin pengambang. Tanah Koto 10”.

Sedangkan Sungai Lisai merupakan ujung dari wilayah Pungguk 9 yang terletak di Dusun Muara Madras. Sungai Lisai kemudian masuk kedalam wilayah Sungai Lisai Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Lokasi desa yang berada di tengah-tengah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Jarak Desa Sungai Lisai ke Desa Seblat Ulu yang merupakan desa terdekat, hanya 9,5 kilometer.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 5 Tahun 2015, Kecamatan Jangkat mengalami pemekaran. Menjadi Kecamatan Jangkat Timur.

Kecamatan Jangkat Timur kemudian terdiri dari Desa Rantau Suli, Desa Baru, Desa Talang Tembago, Desa Beringin Tinggi, Desa Koto Teguh, Desa Gedang, Desa Tanjung Mudo, Desa Pematang Pauh, Desa Tanjung Benuang, Desa Jangkat, Desa Koto Baru, Desa Tanjung Alam, Desa Simpang Talang Tembago dan Desa Kabu. Berpusat di Rantau Suli.

Hingga kemudian Desa yang terdapat didalam kecamatan Jangkat terdiri Desa Muara Madras, Desa Renah Kemumu, Desa Tanjung Kasri, Desa Lubuk Mentilin, Desa Rantau Kermas, Desa Renah Alai, Desa Pulau Tengah, Desa Lubuk Pungguk, Desa Koto Renah, Desa Renah Pelaan dan Desa Koto Rawang.

Tidak salah kemudian Al Haris sebagai Gubernur Jambi langsung menghadiri Hari Krida Pertanian 2022. Setelah sebelumnya menghadiri Festival Jangkat 2022.

Begitu pentingnya posisi Jangkat baik sebagai “sumber ilmu pengetahuan”, pusat kebudayaan megalitikum hingga sejarah panjang peradaban hingga pusat Festival Jangkat membuat posisi Jangkat tidak mungkin begitu dilewatkan oleh Al Haris sebagai Gubernur Jambi.

Dan kehadiran langsung Al Haris sebagai Gubernur Jambi didalam Hari Krida Pertanian 2022 menjadikan Jangkat begitu istimewa didalam agenda-agenda resmi Pemerintahan.

Sebagai “napak tilas” dan proses panjang yang tidak mungkin dilupakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button