Kerincitime.co.id, Berita Jambi – Bangunan berkelir kuning-putih itu mulai disergap semak-belukar. Sebagian pintu dan daun jendela belum terpasang. Hanya teras dan sebagian ruangan telah tersusun keramik. Sementara, beberapa sudut ruangan terlihat masih beralas semen kasar dan tanah. Sampah bekas proyek dan potongan kayu terserak di depan gedung. Akses jalan menuju jamban yang berada di ujung bangunan itu masih berjurang, belum di urug tanah.
Tak ada papan informasi proyek terpancang. Tak ada aktivitas pekerjaan ketika Jambi Link media partner Kerincitime.co.id menyambangi lokasi proyek pada Senin 21 Oktober 2019 lalu. Proyek gedung baru Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Kota Jambi yang disebut-sebut bernilai hampir Rp 1,2 Miliar itu, belum beres 100 persen.
“Padahal, katanya Oktober ini sudah finish. Kami gaktau juga masalahnya pak,”ujar salah satu guru di SLB 2 Kota Jambi.
Darweni, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Program Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PPKLK) Dinas Pendidikan Provinsi Jambi di temui di ruang kerjanya, Senin petang pekan lalu, mengungkap alasan terhentinya proyek itu.
“Stop dulu. Dana belum turun,”ujarnya.
Skema proyek ini, menurut Darweni, adalah swakelola dari kementerian pendidikan. Dana yang dikucurkan, lanjut Darweni, memang baru 70 persen atau senilai Rp 800 juta. Mandegnya proyek bukan karena bermasalah. Dia mengklaim fulus tahap kedua terganjal karena beberapa dokumen laporan masih kurang.
“Akhir bulan ini ditransfer lah,”kata Darweni.
Ia berdalih lupa ketika ditanya berapa sebenarnya nilai proyek itu. Ihwal papan proyek yang tak terpasang, Darweni lagi-lagi berkilah.
“Mungkin dicopot. Kemaren adolah,”ujarnya.
Kontraktor Tunggal di Pusaran Proyek Sekolah Luar Biasa
Proyek gedung baru SLB N 2 Kota Jambi ini dikerjakan seorang kontraktor bernama Hardi. Hardi pula yang mengerjakan sejumlah proyek swakelola di beberapa SLB di bawah pernaungan Disdik Provinsi Jambi itu. Seperti SLB 1 Kota Jambi, SLB 2 Kota Jambi, SLB Muaro Jambi, SLB Muaro Bulian, dan SLB Sungai Penuh. Nama Hardi juga terlacak kerap mengerjakan sejumlah proyek di dinas pendidikan Provinsi Jambi.
Seorang sumber di dinas pendidikan menyebut, Hardi merupakan orang kepercayaan Darweni. Hardi kerap mengerjakan proyek swakelola di beberapa SLB, yang entah kebetulan, Kepala Sekolahnya rata-rata kaum hawa itu.
“Sekarang, para kepsek bingung karena harus buat laporan kegiatan proyek. Mereka takut,”ujarnya.
Ihwal kedekatannya dengan Hardi, Darweni buru-buru menyangkal. Ia mengklaim tak kenal Hardi. Tak pernah pula menyorong nama Hardi untuk mengerjakan proyek-proyek di SLB itu.
Hardi, lanjut Darweni, adalah kontraktor lama. Menurutnya, ia kerap mengerjakan proyek-proyek dinas dan hasilnya memuaskan. Ia mencontohkan, proyek gedung baru SLB 2 Kota Jambi itu. Begitu proyek ini meluncur, klaim Darweni, lantas banyak yang menyorong nama Hardi. Salah satunya Nasir, seorang konsultan proyek di dinas pendidikan.
Disokong Nasir, kata Darweni, nama Hardi menyelusup ke meja Kepala Bidang (Kabid) PKLK, yang kala itu masih dijabat A Yani Irwansyah–kini bergeser ke salah satu Kepala Bagian di Biro Aset Pemprov Jambi–. Menjabat Kabid, Yani merangkap pula sebagai ketua komite pembangunan. Dia pula, menurut Darweni, yang menentukan siapa kontraktor proyek. Bukan dirinya. Sebelum pengelola proyek diputuskan, komite terlebih dulu menggelar rapat. Semua masukan dicatat. Termasuk masukan Nasir ihwal Hardi itu.
“Dio ini (Hardi), kito denger banyak kerjokan fisik dan berhasil. Orangnyo bagus. Banyak yang bilang dia profesional. Setujulah pak kabid,”katanya.
“Ayuk jugo dak kenal. Ayuk netral waktu itu. Kabidnyo kan pak Yani. Banyak yang mengusulkan namo Hardi. Kalo ado yang bilang ayuk yang ngatur? Oh ndaklah. Bukan ayuk,”ujarnya.
Triono, Kepala SLB Negeri 2 Kota Jambi pun setuju dengan nama Hardi. Menurut Darweni, Triono masih berkerabat dengan Hardi. Jadi, klop sudah, nama Hardi mengerjakan proyek itu.
“Pak Tri juga setuju karena mereka masih berkeluarga,”tuturnya.
DARWENI lagi-lagi menepis ihwal kedekatannya dengan Hardi. Munculnya nama Hardi di sejumlah proyek SLB, klaim Darweni, bukan sekonyong-konyong. Ia berdalih, itu karena Hardi berkerabat dekat dengan sejumlah Kepala Sekolah. Hardi misalnya, kerap dipromosikan dari mulut ke mulut oleh para kepala sekolah itu. Darweni, lagi-lagi mengklaim tak terlibat dalam pengaturan proyek.
“Dengan Kepsek SLB 1 Kota Jambi, dia masih ada hubungan keluarga. Kalo dak salah iparan. Di Muaro Jambi, ia dipromosikan oleh beberapa kepsek jugo. Mereka cerita dari mulut ke mulut. Hardi tu bagus kerjonyo. Jadi antar mereka saling merekomendasikan,”katanya.
Tapi, Darweni mengaku, sejumlah kepsek memang kerap datang menemuinya. Mereka minta dicarikan tukang untuk mengerjakan proyek swakelola di SLB-SLB itu.
“Kalo rehab-rehab yo kepsek yang nunjuk. Kadang, mereka ngadap sayo. Curhat dak ngerti. Minta carikan tukang. Kebetulan orangnyo (Hardi) ado disini, ya sayo kenalkan,”ujarnya.
Sumber di dinas pendidikan membocorkan, kualitas proyek yang dikerjakan Hardi sebenarnya kerap tak beres. Ia mencontohkan rehab gedung dan jamban di SLB 1 Kota Jambi. Sejumlah guru datang dan sempat curhat ke dinas pendidikan ihwal proyek rehab yang banyak meleset itu.
“Di SLB 1 Kota Jambi ada rehab atap sekolah. Sesuai RAB mestinya pakai rangka baja. Tapi, cuma dipasang kayu,”ujarnya.
Darweni lagi-lagi berdalih belum mengecek informasi itu.
“Ayuk belum keliling,”katanya.
Di bawah satu atap, kegiatan belajar 45 siswa SLB Negeri 2 Kota Jambi itu menumpang di gedung Pusat Layanan Autis (PLA). Sejak didirikan dua tahun silam, sekolah ini memang belum punya gedung sendiri. Listrik sekolah pun kedap-kedip karena arusnya kecil sementara bebannya terlalu besar.
Sejak Mei tahun 2019, proyek gedung baru mulai diluncurkan. Ditarget beres Oktober ini, rencana pindah ke gedung baru ibarat jauh panggang dari api. Gedung baru itu belum layak huni.
Triono, Kepala SLB N 2 Kota Jambi sempat mengulik progres gedung baru itu. Pihak Disdik bilang,
“Belum pak Tri, dananya belum turun semuanya. Jadi belum selesai,”kata Triono ditemui Jambi Link di ruang kerjanya, Senin pekan lalu.
Ia mengklaim tak tahu persis hal ihwal proyek tersebut. Yang dia tahu, bangunan gedung ini di desain untuk ruang kelas, perpustakaan, ruang asesmen, ruang UKS, ruang guru dan ruang OSIS. Adapula lima ruang kekhususan untuk tuna grahita, tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara.
Triono membenarkan proyek tersebut dikerjakan oleh Hardi. Menurutnya, Hardi adalah anggota komite pembangunan. Tapi, ia tak tahu detail proyek itu.
“Saya mengurusi kegiatan belajar. Tidak mengurusi proyek. Itu ranah dinas pendidikan,”katanya.
Setahu Triono, proyek mulai dikerjakan pada Mei atau menjelang puasa tempo lalu. Papan informasi proyek, kata Triono, memang tidak dipasang dalam bentuk papan kayu, seperti lazimnya. Melainkan dalam bentuk spanduk yang ditempel di dinding pembatas proyek.
Padahal, pemasangan papan informasi proyek merupakan bentuk transparansi anggaran, dimulai sejak awal sampai akhir sebuah proyek. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan tender, sampai pelaksanaan proyek hingga selesai.
Aturan tersebut tertera dalam UU Nomor 14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Selain UU KIP, ada beberapa aturan lain yang mempertegas tentang transparansi pelaksanaan program pemerintah. Seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung (Permen PU 29/2006) dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan (Permen PU 12/2014).
Secara khusus, pemasangan papan nama proyek diatur kembali oleh gubernur dalam bentuk peraturan gubernur. Yang diatur antara lain berisi informasi tentang nomor dan tanggal IMB, lokasi kegiatan pembangunan, jenis kegiatan, data teknis bangunan, identitas pemilik, perencana, pengawas dan pelaksana pembangunan.
Jika di lapangan terdapat sebuah proyek yang tidak menyertakan papan pengumuman proyek hingga berakhir, sudah jelas menabrak aturan.
“Kemaren ada. Sekarang ndaktau kemana,”kata Triono. (Irw)