Mejalankan tugas organisasi harus memiliki kemampuan individu, tapi bukan kepentingan individu atau kelompok, parahnya kepentingan politik, mencermati Organiasi KONI di Kabupaten Kerinci.
Miris memang, sejak beberapa tahun belakangan Kerinci Nol Prestasi di ajang pesta Olah Raga Provinsi Jambi.
Saya ingin menceritakan bagaimana ketika atlet Kerinci disegani di tingkat Provinasi Jambi, berawal saat bergabung degan salah satu cabor tahun 2008, altel Kerinci begitu disegani di cabang olahraga pun, itu seingat kita ketika Ketua Letkol Purn TNI Ilyas Adnan (Alm).
Atlet olahraga kerinci sangat diperhitungkan oleh Kabupaten lainnya, sayang akhir-akhir ini olahraga Kerinci terutama di Porprov Jambi tidak diperhitungkan lagi.
Harapkan kita kedepan Olahraga Kerinci kembali menoreh prestasi, sebab generasi muda Kerinci punya kelebihan dari daerah lain di Provinasi Jambi, Kerinci punya unggulan rasa juang dan keberanian tinggi, dan itu sudah tertanam dari nenek moyang dulu, bahkan Fisik, intelektual dan mental pun sangat mendukung.
Kini tinggal pengelolaan Olahraga dibawah naungan KONI, generasi muda sebagai atletharus di kelola dengan profesional.
Kita ingin orang-orang yang duduk dalam kepengurusan olahraga adalah orang-orang PENGABDI, tanpa kepentingan lain, memiliki keinginan dan ketulasan tinggi memajukan olahraga kerinci, yang tidak kalah pentingnya adalah olahraga dapat membina mental generasi muda k depan yakni menjadi sarana mengantisipasi kenakalan remaja.
Kedepan KONI Kerinci diharapkan dapat memilah-milah antara kepentingan politik dan kepentingan pribadi serta kepentingan kelompok tertentu, parahnya lagi ada kepentingan politik.
Perlu dicatat bagaimana olahraga mampu meraih prestasi, kemudian mendorong generasi muda untuk berolahraga, diharapkan mampu mengurangi kenakalan remaja seperti Narkoba, seks bebas dan sebagainya.
Intinya Ketua KONI Kerinci harus orang yang mampu, menguasai olahraga, yang lebih penting menguasai karakteristik masyarakat kerinci yang berbeda beda, masuk dlm jiwa generasi dn orangnya bergaul dalam setiap elemen masyarakat.
Terpilihnya Ketua KONI secara aklamasi tidak harus berbangga. Seharusnya kita bangga ada beberapa orang calon dalam pemilihan, berarti kita membuat suatu organisasi itu menjadi besar.
Sejak awal sudah terkondisi, dengan memunculkan persyaratan calon harus didukung 12 cabor dan menyiapkan dana, sedangkan jumlah cabor 35.
Jika tiga calon yang mendaftar berarti dukungan cabor kurang, itu pun kalau cabor mendukung, dan Ketua cabor banyak dari mudik dan ASN bahkan Kadis, yang maju sebagai calon keluarga istana.
Artinya organiasi ini bukan untuk dikembangkan, tempat berkumpulnya sekelompok orang yang punya kepentingan tertentu.