HOT NEWSInternasional

Sejarah Konflik Palestina Vs Israel yang Tak Pernah Selesai Hingga Sekarang

Kerincitime.co.id – Konflik Palestina vs Israel kembali pecah setelah Hamas melancarkan serangan mendadak ke kota-kota Israel pada Sabtu, 8 Oktober 2023. Serangan itu menewaskan lebih dari 200 warga sipil Israel. Tak hanya itu, lebih dari 230 warga Palestina tewas ketika Israel membalas dengan serangan balasan paling menghancurkan.

Serangan mendadak Hamas ke Israel dikecam keras oleh negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, Mereka berjanji bakal memberikan dukungan kepada Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan Israel sedang berperang dan bersumpah bahwa Hamas, penguasa Gaza, akan membayar “harga” yang belum pernah diketahui.

“Pagi ini Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap negara Israel dan warganya. Kami akan melakukan pembalasan besar atas hari kelam ini,” kata Netanyahu dalam pidatonya.

Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel sebenarnya sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Namun, serangan Hamas Sabtu kemarin disebut sebagai salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina. Sebenarnya, bagaimana sejarah konflik Palestina vs Israel? Berikut penjelasannya.

Konflik yang tak berkesudahan antara Palestina dan Israel sebenarnya bukan hanya masalah agama semata. Namun konflik Palestina Israel juga tak bisa dikatakan bukan sebagai konflik agama.

Pengamat politik Timur Tengah Siti Mutiah Setiawati menjelaskan permasalahan yang berlangsung selama berpuluh tahun ini bermula dari keinginan bangsa Yahudi yang menganut agama Yahudi untuk kembali ke wilayah Palestina yang telah dikuasai oleh bangsa Arab-Palestina selama beribu-ribu tahun.

Baca juga:  Ogah Ngaku Kalah, 3 Paslon Bupati Kerinci Ajukan Gugatan ke MK

Dosen dari Departemen Hubungan Internasional di UGM menjelaskan, sejarah mencatat orang Yahudi pernah berdiam di wilayah Palestina, namun kemudian mereka diusir oleh bangsa Romawi di bawah pemerintahan Nebukadnezar dengan cara menghancurkan Yerusalem.

Menurutnya, terdapat berbagai versi mengenai peristiwa ini. Namun, yang umum diterima adalah bahwa pengusiran orang Yahudi oleh bangsa Romawi terjadi setelah munculnya agama Kristen, karena mereka dituduh terlibat dalam penyaliban Yesus.

“Orang Yahudi itu menolak ajaran Nabi Isa atau Yesus Kristus dan mereka menyalibkan. Jadi, di sini ada konflik antara Yahudi dan Nasrani. Sehingga, itu berarti konflik agama to?” ujar Siti Mutiah, dikutip Tempo dari laman UGM pada Sabtu, 9 Oktober 2023.

Setelah diusir dari Palestina, mereka menjadi bangsa yang tersebar di beberapa negara di Eropa, Amerika, Amerika Latin hingga Asia. Namun, di Eropa Timur, mereka menghadapi perlakuan diskriminatif dari penduduk setempat. Begitu juga di Jerman, mereka menjadi sasaran diskriminasi oleh rezim Nazi. Oleh karena itu, akhirnya mereka berencana untuk kembali ke tanah Palestina.

Campur Tangan Inggris

Saat Perang Dunia Pertama, Penguasa sebagian wilayah Timur Tengah, Kesultanan Utsmaniyah mengalami kekalahan perang. Inggris kemudian mengambil alih kawasan yang dikenal sebagai Palestina sejak 1922. Saat itu juga bangsa Yahudi mengajukan kepada Inggris untuk memberikan tanah Palestina kepada mereka.

Ketegangan antara Palestina dan bangsa Yahudi mulai terjadi pada 1917 ketika terjadi Deklarasi Balfour dari James Arthur Balfour yang intinya berisi Inggris menyetujui tanah Palestina sebagai national home atau “rumah nasional” bangsa Yahudi, padahal disana sudah ada orang Arab-Palestina. Bagi orang Yahudi, wilayah itu adalah tanah air leluhur mereka, tetapi warga Arab Palestina juga.

Baca juga:  13 Tahun Kerinci Time, Momen Sejarah Media Online Tertua di Bumi Sakti Alam Kerinci

Sebelum Inggris membolehkan tanah Palestina sebagai national home untuk orang Yahudi, mereka telah menawarkan tanah lain seperti di Sinai,  tetapi itu gurun pasir. Alasan orang Yahudi memilih untuk tinggal di tanah Palestina karena dalam keyakinan orang Yahudi itu tanah yang dijanjikan oleh Tuhan dan tanah Palestina hanya untuk orang Yahudi.

Israel Terus Menerus Melanggar Resolusi PBB

Setelah mendapatkan izin dari pemerintah Inggris, bangsa Yahudi merasa memiliki legalitas dan berkuasa di tanah Palestina. Sekitar tahun 1920-an hingga 1940-an, jumlah orang Yahudi yang datang ke wilayah itu bertambah. Banyak di antara mereka adalah orang Yahudi yang menyelamatkan diri dari persekusi Eropa dan mencari tanah air sesudah Holokaus Perang Dunia Kedua.

Kemudian pada tahun 1947, terjadi penggusuran besar-besaran masyarakat Palestina. Saat itu pula, Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan sebuah Resolusi 181 yang memutuskan wilayah Palestina dibagi menjadi dua negara terpisah bagi bangsa Yahudi dan bangsa Arab Palestina.

Dalam resolusi tersebut, Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional. Pengaturan itu diterima oleh kalangan pemimpin Yahudi tetapi ditolak oleh bangsa Arab dan kemudian tidak pernah diterapkan. Hingga akhirnya PBB mengeluarkan kembali Resolusi 194 Right to Return yakni hak untuk kembali. Tapi, resolusi tersebut hingga kini tidak pernah dilaksanakan.

Baca juga:  Kerincitime.co.id 13 Tahun Membangun Jembatan Hati

Sejak awal, hukum internasional yang dibuat PBB terus menerus dilanggar oleh Israel mulai dari terjadinya penggusuran besar-besaran terhadap Warga Palestina, penempatan illegal secara sepihak pada wilayah yang diperuntukkan untuk Palestina.

Padahal, di tanah Palestina itu sudah ada penduduk yang lebih lama berada di sana, yakni 1.800 tahun sejak Israel mendeklarasikan kemerdekaan. Sementara menurut kesepakatan internasional negara bangsa, Palestina juga mempunyai hak untuk memiliki negara.

Israel Deklarasikan Kemerdekaan

Karena tidak bisa menyelesaikan masalah, pada 1948 penguasa Inggris angkat kaki dari Palestina. Dalam hal ini, nampaknya Pemerintah Inggris mengabaikan pendudukan Arab–Palestina. Para pemuka Yahudi pun mendeklarasikan pembentukan negara Israel. Kemudian perlahan-lahan bangsa Yahudi kembali ke Palestina dan Israel mendeklarasikan kemerdekaan pada 14 Mei 1948.

Setelah itu, mulai terjadi kekerasan antara Yahudi dan Arab. Banyak warga Palestina menolaknya dan kemudian pecah perang. Tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga melakukan penyerbuan. Ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba atau “Malapetaka”.

Sejak saat itu, karena tidak pernah ada perjanjian perdamaian antar kedua belah pihak, Palestina dan Israel pun saling menyalahkan. Hingga terjadilah perang dan pertempuran selama puluhan tahun berikutnya.

Sumber : tempo.co

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button