Jambi

Siapa HBA Sebenarnya?

Berita Jambi, Kerincitime.co.id – Kombinasi tiga huruf H, B, dan A sudah begitu melekat di telinga masyarakat Jambi. Tiga huruf itu merupakan singkatan dari Hasan Basri Agus, sosok sang Gubernur. Ia anak kampung, ia seorang santri, ia seorang birokrat, ia seorang politikus.

Karir HBA bukan diperoleh secara instan dan tiba-tiba. Kematangan ia peroleh melalui proses panjang. Siapa sebenarnya HBA? Ini!

Lahir di Sungai Abang, Sarolangun 31 Desember 1953, beristrikan Yusniana seorang mantan perawat Rumah Sakit Umum Daerah Jambi.

Mantan Bupati Sarolangun dan Sekda Kota Jambi ini adalah anak sulung dari pasangan H. Agus. D dan Hj Mo’ah beliau dikaruniai dua orang anak yakni Erwin Afriyanti dan Diah Agusrin.

Dalam mengenyam pendidikan dasar (SD) tahun 1969, Hasan panggilan akrabnya di kampung adalah anak pertama dari 10 bersaudara, dengan kopiah kesayangannya Hasan Basri Agus kecil selalu rajin membantu orang tuanya bahkan menjaga adik-adiknya. Sepulang sekolah beliau memasak nasi, mengangkat air sampai ketika Ayah dan Ibunya pulang dari kebun.

Sikap kepemimpinan sudah beliau tampakan sejak kecil dan ini memberi arti tersendiri pada keluarganya, tidak cukup sampai disitu, diam-diam Hasan berkeinginan kuat untuk melanjutkan sekolahnya di Kota Jambi, keinginannya untuk maju itu cukup jarang dimiliki oleh anak- anak sebayanya di kampung halaman. Keinginannnya untuk mendalami ilmu agama, sehingga tahun 1975 HBA masuk ke Madrasah Tsanawiyah As’ad Olak Kemang seberang Kota Jambi, Pagi Siang Sore dan malam ia habiskan menuntut ilmu agama. Dengan menempati pondok dari bambu yang berukuran 3x3m yang berada di pulau kecil (daratan kecil pinggir sungai batanghari) dimana sekolah As’ad dan posisi pondok dipisahkan oleh sungai kecil, namun Hasan tetap bersemangat belajar bahkan menjadi ketua kelas.

Dengan sifatnya yang bersahabat, sabar, rajin HBA remaja justru mendapat tempat di hati para sahabat-sahabat dan Gurunya. Disamping belajar untuk menambah uang makan, HBA juga bekerja menjadi pengemudi Ketek/Sampan dalam aktivitas masyarakat yang sering menyebrang sungai Batanghari, pengalaman pahitnyapun ia rasakan ketika banyak pengguna jasanya tidak membayar, akan tetapi HBA tetap sabar dan tidak pernah emosi.

Di awal tahun 1977, HBA menyadari bahwa Ijazah madrasah sewaktu di As’ad dirasa kurang mencukupi untuk mencari pekerjaan tetap sehingga ketika ada satu sekolah SMA Muhammadiyah yang berada di dekat Masjid Agung Al-Fallah Jambi dan mendaftar menjadi siswa kelas 3, ia belajar di sana tidak lebih dari 1 tahun saja, kemudian dalam ujian akhirnya, HBA dan 2 orang rekannya lulus dari 70 siswa yang ikut ujian.

Keinginan kuatnya untuk sekolah membuat HBA melanjutkan ke IKIP Broni sekarang Universitas Batanghari (UNBARI), walau keinginannya kuat akan tetapi dengan kondisi ekonomi keluarganya HBA tidak dapat meneruskan sekolahnya di IKIP karena masalah biaya sehingga memaksanya mencari biaya hidup dengan bekerja sebagai tukang ketik di kantor Dinas Kesehatan, sebagai pegawai honorer yang digaji sangat kecil dan terkadang gajinya turun 4 bulan sekali, maka HBA mencari tambahan hidup mencari ikan seluang dengan cara menyauk (seser ikan berbentuk kecil), ia melakukan itu sepanjang sungai batanghari bahkan dari malam hingga pagi menjelang, kemudian hasil tangkapanya itu ia jual ke pasar angso duo.

Dari keikhlasanya berjuang untuk sekolah, akhirnya Hasan Basri Agus diangkat sebagai Pegawai Negeri di Dinas Kesehatan tempat ia menjadi Tukang Ketik.

Tidak berselang lama, ada dua pilihan tawaran menarik untuk HBA, yang pertama ditawarkan posisi di bagian bendahara Dinas Kesehatan tempat Ia bekerja atau dibiayai untuk melanjutkan sekolahnya di APDN. Tahun 1980 di APDN inilah HBA merasa bersyukur dan bersungguh- sungguh meraih cita-citanya, dimasa itu juga ia menikah dengan pujaan hatinya Yusniana.

Selesai di APDN tahun 1988 ia di percaya menjabat sebagai Sekwilcam Kecamatan Muara Bulian, kemudian pada bulan Agustus 1988, HBA diangkat menjadi kasubag Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi Jambi dan ditahun yang sama beliau kembali di percaya menjadi Camat Perwakilan Muaro Sebo Kabupaten Batanghari, hebatnya disela-sela waktu itu pula dia melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU).

Sebagai Pegawai Negeri Sipil, dengan kemampuan dan leadership yang dimiliki, tahun 1989 HBA dilantik menjadi camat Mersam Kabupaten Batanghari dan setahun berikutnya 1990 dia diminta menjadi camat Muara Tembesi Kabupaten Batanghari. Semakin tahun karir Hasan Basri Agus semakin meningkat, di tahun 1994 Kabupaten Tingkat II Bungo Tebo meminta beliau menjadi kepala kantor Catatan Sipil, dan di tahun 1996 Kabupaten TK II Batang hari kembali meminta beliau menjabat sebagai Pj.Asisten II Sekwilda dan pada tahun 1997 pemerintah Provinsi Jambi meminta beliau untuk menjadi kepala biro Kepegawaian Sekwilda Provinsi Jambi dan pada akhirnya di tahun 1999-2006 HBA menduduki jabatan tertinggi dijajaran PNS Kota Jambi sebagai Sekretaris Daerah.

Pada tahun 2006 Hasan basri Agus terjun kedunia politik , tepatnya pada bulan juli 2006 beliau terpilih dan dilantik menjadi Bupati Kabupaten Sarolangun periode 2006-2011, melihat kharismatiknya, pada PILGUB 2010 masyarakat Jambi menginginkan beliau untuk menjadi Gubernur dan pada tanggal 19 Juni 2010 Hasan Basri Agus (HBA) terpilih menjadi Gubernur Jambi dan tepatnya pada hari selasa 03 Agustus 2010 beliau dilantik menjadi Gubernur Jambi ke-10 dan satu-satunya Gubernur Jambi yang menerima tanda Bintang Mahaputera Utama , sebagai tanda Penganugerahan Tanda Kehormatan Republik Indonesia atas jasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan serta kemakmuran bangsa dan negara. [men]

Sumber: hasanbasriagus.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button