JambiNasionalPolitik

Catat!! Suara Parpol Dibawah 4 Persen Nasional, Caleg RI Terancam Gagal

Parliamentary Threshold
Parliamentary Threshold

Kerincitime.co.id, Berita Kerinci – Penentuan caleg DPR RI yang lolos ke senayan pada Pemilihan Umum 2019 kali ini, berbeda dengan tahun 2014 silam. Jika tahun 2014 menggunakan Metoda Kuota Hare atau peringkat jumlah suara parpol untuk kursi di parlemen.

Namun pada tahun 2019 ini, sistem yang digunakan adalah Parliamentary Threshold, dimana caleg yang akan lolos ke senayan tergantung dari capaian ambang batas suara nasional suara parpol yakni 4 persen.

Dengan sistem terbaru tersebut, tampaknya tidak semua caleg akan mulus melaju ke senayan, meski perolehan suaranya di daerah pemilihan lebih banyak dari caleg lainnya. Caleg bisa dipastikan lolos ke senayan, jika ambang batas suara parpol tercapai minimal 4 persen secara nasional.

Terhadap sistem yang diterapkan tersebut, tentu masyarakat harus lebih jeli dalam menentukan pilihan. Dengan kata lain, pilihlah caleg yang memiliki peluang untuk lolos ke senayan, berdasarkan ambang batas suara parpol.

Untuk saat ini, sejumlah media nasional melansir hanya bebera parpol yang lolos ke senayan berdasar, berdasarkan hasil survey beberapa lembaga, PDI Perjuangan selalu menempati peringkat teratas dengan perolehan 24 sampai 26 persen. Posisi PDI-P diikuti Partai Gerindra dan Golkar di posisi dua dan tiga besar. Sementara di posisi papan tengah ada Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sementara itu, empat parpol pendatang baru, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Perindo, Garuda, dan Berkarya, dinilai masih kesulitan melawan dominasi partai-partai lama.

Demikian pula parpol lama yang pada 2014 tak lolos ke parlemen, seperti PKPI dan PBB, juga diprediksi mendapatkan suara di bawah satu persen. Adapun Partai Hanura menjadi satu-satunya parpol lama di parlemen yang diprediksi berada di deretan bawah.

Seperti hasil Survei Litbang Kompas (22 Februari-5 Maret 2019) PDI-P: 26,9 persen Gerindra: 17 persen Golkar: 9,4 persen PKB: 6,8 persen Demokrat: 4,6 persen PKS: 4,5 persen PAN: 2,9 persen PPP: 2,7 persen Nasdem: 2,6 persen Perindo: 1,5 persen PSI: 0,9 persen Hanura: 0,9 persen PBB: 0,4 persen PKPI: 0,2 persen Berkarya 0,5 persen Garuda: 0,2 persen Belum menentukan pilihan: 18,2 persen.

Survei Charta Politika (1-9 Maret 2019) PDI-P: 24,8 persen Gerindra: 15,7 persen Golkar: 9,8 persen PKB: 7,2 persen Demokrat: 5,1 persen Nasdem: 4,9 persen PKS: 4,1 persen PPP: 3,6 persen PAN: 3,2 persen PSI: 1,4 persen Perindo: 1,3 persen Hanura: 0,8 persen PBB: 0,4 persen Berkarya: 0,4 persen PKPI: 0,3 persen Garuda: 0,2 persen Tidak tahu/tidak menjawab: 17,1 persen.

Survei Vox Populi (5-15 Maret 2019) PDI-P: 26,8 persen Gerindra: 15,1 persen Golkar: 10,2 persen PKB: 7,1 persen Demokrat: 5,3 persen NasDem: 4,3 persen PAN: 3,9 persen PSI: 3,7 persen PKS: 3,4 persen PPP: 2,9 persen Perindo: 1,8 persen Hanura: 1,1 persen Berkarya: 0,9 persen PBB: 0,6 persen PKPI: 0,3 persen Garuda: 0,2 persen Tidak tahu/tidak jawab: 12,4 persen.

Untuk di Provinsi Jambi, terdapat sejumlah caleg DPR RI yang maju di Pemilu 2019 ini. Tentu ini menjadi pertaruhan bagi masyarakat Provinsi Jambi untuk menentukan pilihan yang tepat dan berpeluang lolos ke senayan. Dari nama-nama caleg RI tersebut, sebagian juga berasal dari Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh, sejumlah nama penting maju untuk senayan, seperti Tafyani Kasim dari PDIP, Muradi dari Gerindra, Dipo dari PAN, Faisal Kadni dari PSI, Ella dari PSI dan beberapa nama lainnya.

Kondisi tersebut tentu menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat Kerinci dan Sungaipenuh, karena jika menginginkan adanya keterwakilan di senayan, masyarakat harus jeli menentukan pilihan, yakni caleg yang memiliki peluang besar lolos ke senayan berdasar persentase ambang batas suara partai nasional.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Prof Dr Firwan Tan, tokoh masyarakat Provinsi Jambi, putra Kerinci yang juga akademisi. Menurut dia, untuk Pemilu tahun 2019 ini, tidak semua caleg dan parpol bisa lolos ke senayan. Itu tergantung dari perolehan suara nasional dengan ambang batas 4 persen.

“Ya, kalau kita lihat sistem sekarang, jika parpol tidak berhasil memperoleh ambang batas nasional 4 persen, maka calegnya akan gagal lolos ke senayan, meski di daerah pemilihannya meraih suara banyak,” ungkapnya.

“Misalkan, ada caleg kita yang memperoleh suara yang banyak, namun ambang batas parpolnya secara nasional tidak tercapai, tentu caleg tersebut tidak bisa lolos ke DPR RI,” terangnya.

Namun, lanjut dia, lain halnya dengan caleg yang diusung parpol yang berhasil memperoleh ambang batas, maka dipastikan caleg tersebut akan mulus ke senayan. “Kalau ada caleg lain yang memiliki suara lebih, maka kalaupun dia bisa lolos, itu masuk ke gerbong parpol yang lolos ambang batas,” ungkpanya.

Ditambahkannya, kalau dilihat dari hasil survey saat ini hanya ada beberapa parpol yang memperoleh ambang batas, yang jelas ada PDIP, Gerindra, Golkar, PKB dan beberapa partai lain. “Jika demikian, beruntung kita Provinsi Jambi memiliki caleg potensial dari partai-partai tersebut, khususnya untuk Kerinci dan Sungaipenuh, ada Tafyani Kasim dari PDIP,” ungkapnya.

Untuk itu, lanjut dia, jika memang ada caleg putra dari Kerinci dan Sungaipenuh yang memiliki peluang untuk lolos dan partainya juga lolos secara nasional, maka tidak ada alasan masyarakat untuk tidak mendukung, jika ingin memiliki keterwakilan di senayan.

“Ini kesempatan emas bagi kita Kerinci dan Sungaipenuh, jika menginginkan ada keterwakilan di senayan. Karena jika kita punya wakil di pusat, maka akan sangat membantu proses kepentingan daerah di pusat. Untuk itu, saya mengajak masyarakat untuk menentukan pilihan yang tepat pada Pemilu 2019 ini khsusunya untuk DPR RI,” terangnya. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button