KerinciPolitik

BIAYA POLITIK DAN ARUS PERUBAHAN DALAM PILBUP KERINCI

(Cost Politik berbanding terbalik dengan Aspirasi masyarakat serta Pasangan melalui Koalisi Semu)

 By Syamsul Bahri, SE (Conservationist dan Dosen STIE-SAK) 

PILBUP Kabupatan Kerinci yang kemungkinan besar tetap dilaksanakan tanggal 8 September 2013, Insya Allah merupakan PILBUP yang ke tiga kali untuk “Bumi Sakti Alam Kerinci”, sebuah pesta demokrasi, jika dilihat  berdasarkan pengalaman 2 kali PILBUP  Tahun 2004 dan 2008 dan beberapa Pilbup di wilayah lain.

Dengan fakta politik saat ini dalam dinamika politik terutama dalam PILBUP tahun 2013, telah memunculkan beberapa Calon Bupati sebanyak 6 (enam) pasanga, baik  yang berasal dari Incumbent, seperti Pasangan No 3 Murasman (Bupati aktif) – Zubir Dahlan (DPRD aktif), Pasangan No 5 M.Rahman (Wakil Bupati aktif) -Nopantri (DPRD aktif),  Pasangan No 6 Iramanto (Wk Ketua DPRD Aktif)- Idrus, Pasangan No 1 Dasra (Mantan setda)- Mardin, dan pasangan Non 4 Sukman-Sartoni (DPRD aktif) dan pasangan Non Icumbent pasangan No 2 Adi Rozal-Zainal Abidin

Diantara 6 Pasangan tersebut 5 pasangan merupakan jalur Partai Politik atau pasangan memakai Perahu ada perahu Nelayan, perahu/Kapal Pesiar dll, dan hanya pasangan No 1 DASRA-Madin adalah pasangan dengan “biduk/Perahu rakyat” atau Pasangan Independent

Pemilihan Perahu santer dan bergema dengan berbagai trik dan startegi, tanpa memperhatikan apa yang diinginkan masyarakat, bahkan membentur mekanisme  dan komitmen etika dan pengkaderan yang disepakati dan dibuat sendiri oleh masing-masing parpol, dan terkesan Kader Partai tidak menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan, beberapa contoh Kader Demokrat seperti Murasman didukung oleh Partai PAN, Kader PAN justru didukung oleh Demokrat seperti ADi Rozal.

Terkesan apa yang terjadi, untuk menyeleksi pasangan serta berkoalisi antar Parpol, justru mengabaikan azas dan flat form partai yang selama ini menjadi roh dan jiwa gerakan parpol secara nasional, jika dimungkin untuk berkoalisi, tentunya terjadi “koalisi semu”, yang kompak dalam rangka PILBUPAT saja, namun diyakinkan akan bercerai berai bahkan terpecah belah setelah masa bulan madu nantinya.

Baca juga:  Berkah Ramadhan! Polsek Danau Kerinci Berbagi

Dengan melihat proses dan fakta sementara yang terjadi, pemilihan Pasangan Cabup oleh parpol memiliki kecenderungan adalah (1). Take and give, baik financial maupun non financial; (2).komitmen kesepakatan untuk parpol bersakala 5 tahun  kedepan; (3). Mengabaikan flat form dan jiwa serta roh partai; (4). Menghianati komitmen dan kesepakatan yang dibuat sendiri, koalisi semu dan hanya terbatas pada proses untuk pemenangan, sehingga akan terpecah setelah itu, karena azas dan flat form yang sangat berbeda, bahkan visi dan misi sang “bacagub” tidak begitu menjadi bagian persyaratan seleksi, namun lebih diutamakan transkasi untuk Parpol untuk jangka waktu 5 tahun, sunggu ironis

Kondisi ini diperparah tarik ulur calon pedamping, kecenderungan apa yang terjadi di tingkat seleksi untuk bacabup, akan lebih diperluas dalam kontek penentuan bacawabup, sehingga penggabungan 2 personal dengan jiwa yang berbeda dalam sebuah visi dan misi dalam satu pasangan terkesan terpaksa dan dipaksakan nantinya, walaupun visi dan misi merupakan visi dan misi Cabup, namun sebagai cawabup juga harus saling pemahaman dan mengerti dalam aplikasinya, kalaupun bisa menyatu nantinya dalam waktu yang singkat sebuah hal yang sangat istimewa, sehingga tidak terkesan hanya untuk memenuhi kebutuhan administrative saja, secara tahapan proses penentuan bacabup dan bacawabup memberi kesan hanya sebuah ambisius kekuasaan, tidak melalui proses yang komprehensif, kondisi ini menjadi sebuah catatan bagi masyarakat pemilih.

Secara mekanisme pasangan bacabup / bacawabup menjadi cabup / cawabup melalui proses pendaftaran ke KPU, tentunya dengan dukungan Partai Politik sesuai ketentuan kursi yang dimiliki atau melalui jalur perorangan dengan prosentase dukungan yang telah ditetapkan, mesin politik yang diserahkan ke calon melalui mekanisme dan prosedur yang telah ditentukan oleh Parpol, untuk melakukan konsolidasi dan sosialisasi dan kampanye pemenangan, namun pendayung perahu tsb masih berada di Kekuatan elit Parpol atau pengurus partai.

Baca juga:  Tercium Praktik Permainan Penjulan LPG 3 Kg di Bumi Sakti Alam Kerinci

Dari semua tahapan dan kegiatan yang dilakukan, baik pra, proses, maupun saat pelaksanaan pemilihan, semuanya dibutuhkan biaya atau cost politik yang mungkin dalam tahap pra (sosialisasi) beberapa bacabup menghabiskan dana milyaran rupiah, apalagi sampai pada saat pemilihan, diperkirakan setiap pasangan cabuyp dengan dukungan parpol setingkat “kapal pesiar” mungkin akan menghabiskan lebih lebih 20 milyar, apakah dana tersebut merupakan uang hilang atau uang habis, dan justru sangat tidak benar bahwa uang tersebut apakah cost politik dan/atau money politik merupakan uang habis, dari kajian ekonomi itu merupakan investasi jangka pendek selama 5 tahun yang spekulatif.

Dengan cost politik dan/atau money politik sebesar tersebut, yang secara hukum ekonomi tidak mungkin merupakan capital lose atau capital fligt, namun merupakan Capital Investation, sehingga disadari, bahwa masyarakat dan para individu masih memiliki hati nurani serta memiliki tanggung jawab moral untuk memperbaiki dan membangun Kerinci  yang akan datang, yang terakumulasi dalam “arus perubahan”, secara hitungan matematika ekonomi, keinginan calon untuk membangun dan membawa arus perubahan berbanding terbalik dengan cost politik. Hal ini disadari oleh masyarakat bahwa dibanyak daerah, semakin besar biaya yang dikeluarkan calon dalam proses PILBUP semakin kecil perubahan positif yang didapat oleh masyarakat. Disadari atau tidak disadari bahwa cost politik adalah investasi bagi calon, setiap investasi tentu sudah memperhitungkan rugi laba, walaupun investasi financial dan non financial dalam PILBUP lebih cenderung investasi spekulasi dengan resiko yang cukup tinggi. 

Fakta yang factual bahwa sistim dan mekanisme menggiring untuk jabatan public harus diperebutkan melalui uang yang kadang jumlahnya tidak masuk akal itu, maka konsekuensinya adalah terjadinya penyimpangan-penyimpangan di dalam dunia birokrasi. Hukum bisnis akan berlaku. Uang yang telah dikeluarkan sebelumnya untuk mendapatkan jabatan tersebut harus bisa kembali. Jika untuk menjadi caleg, bupati, wali kota atau gubernur dan seterusnya harus mengeluarkan uang, maka selesai menduduki jabatan itu, sejumlah uang tersebut harus kembali semuanya, dan bahkan harus lebih banyak lagi jumlahnya, agar bisa disebut beruntung. Sebagai akibatnya, sebagaimana yang banyak terjadi akhir-akhir ini, banyak pejabat sepert Gubernur dan wakil gubernur.

Memang berebut itu biayanya sangat mahal, apalagi berebut kekuasaan di zaman sekarang. Tidak sedikit wilayah public, di negeri ini, yang menuntut beaya tinggi bagi calon pejabatnya. Mereka harus menyediakan modal besar. Rakyat pun juga tahu semua itu. Akhirnya jabatan itu di mata public juga tidak terlalu dianggap mulia dan terhormat. Hal itu disebabkan karena, mereka menjadi pejabat bukan karena prestasi yang mulia, semisal lebih pandai, lebih arif dan juga berakhlak mulia, melainkan sebatas karena ditopang oleh uang. Lantas dengan begitu, rakyat akan menganggap bahwa jabatan itu tidak lebih hanya sebatas permainan untuk mendapatkan kekuasaan dan uang belaka.

Masyarakat Kerinci membutuhkan sebuah Perubahan yang merupakan arus yang sangat kuat di tengah-tengah masyarakat, baik di akar rumput maupun di level menengah ke atas, arus ini menjadi sesuatu yang akan dimanfaatkan oleh para Calon, dan isu ini meupakan factor penentu kemenangan dalam proses PILBUP Kerinci nantinya, bahwa pemimpin Kerinci yang akan datang, harus sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Pembangunan globalisasi, maka masyarakat Kerinci mengingin terjadinya perubahan pada tahun kepemimpinan 2013-2018, dengan kriteria antara lain, memilki kemampuan Internasional dan Nasional serta Lokal, Arief dalam ekonomi dan Lingkungan, bisa memahami dan mendengarkan kebutuhan serta memenuhi kebutuhan masyarakat berdasarkan skala prioritas, Bebas KKN dan Berkepribadian sebagai panutan.

Mudahan-mudahan, Kerinci masa depan akan lebih baik, sipapun yang menjadi Pemimpin Kerinci dan mengusung arus perubahan akan membawa Kerinci lebih baik, amin

 

Baca juga:  Toke Rokok Illegal Diduga Oknum Aparat “BS", APH Tutup Mata, Biaya Pengamaan pun Mengalir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button