FESTIVAL MASYARAKAT PEDULI DANAU KERINCI (PENGUATAN LEMBAGA KERAPATAN ADAT ALAM KERINCI)
Oleh Syamsul Bahri, SE (Conservationis di TN Berbak Jambi)
Bahwa FMPDK tahun 2016 ini sebagai sebuah agenda Pariwisata Prop Jambi berskala nasional akan dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2016, atau akan disesuaikan dengan agenda Tour d’Singkarak.
Pelaksanaan FMPDK, seyogyan diawali dengan evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan selama ini, yang dikaitkan dengan tujuan dari promosi Wisata tersebut, evaluasi dilaksanakan secara komprdhensif, agar pelaksanaan selanjutnya lebih bermakna dan memberi manfaat baik ekonomi maupun kepedulian danau Kerinci secara ekologi, dan penguatan dan pelestarian budaya Kerinci.
Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK), adalah festivalnya masyarakat Kerinci (masyarakat Kota Sungai Penuh dan Masyarakat Kabupaten Kerinci, bahkan masyarakat yang masih memiliki hubungan sejarah dan emosional dengan Kerinci, yang dikenal dengan masyarakat Melayu Kerinci), secara prinsip memiliki makna kesatuan budaya, kesatuan ekologi dan ekonomi dan merupakan agenda tahun masyarakat Kerinci sebagai ajang promosi wisata dan ajang budaya masyarakat Kerinci
Jika kita teliti dan kita amati sejarah, bahwasanya keterkaitan masyarakat Kerinci dengan masyarakat Kerinci yang menyebar di wilayah Nusantara seperti di Kabupaten Rejang Lebong, Sarolangun, Merangin, Tebo, Muko-muko, Sumatera Barat, termasuk ke wilayah Riau dan Malaysia dll cukup menjadikan Pesta ini menjadi Pestanya yang monemental sebagai pesta Budaya Melayu Kerinci
Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) memiliki beberapa dimensi seperti, sebagai “dimensi budaya”, yaitu “kepedulian” masyarakat Kerinci untuk melestarikan budaya melayu Kerinci, dimasa modernisasi kecenderungan budaya kerinci ditinggalkan oleh masyarakat yang sekaligus sebagai asset wisata, dan merupakan ajang kegiatan budaya, bahwa Kerinci sebagai satu kesatuan dalam wilayah hystorical dan budaya dari dari Siulak di Mudik (Desa Liter W), sampai ke Tamiai dihilir (Parentak, Muara Imat ), bahkan menyebar di beberapa wilayah di Nusantara dan Malaysia, yang merupakan satu kesatuan komunitas budaya yang bernama “masyarakat melayu Kerinci”, memiliki budaya dan berbagai peningalan sejarah serta atraksi budaya yang kaya dan menjadi satu kesatuan dalam Kebudayaan kerinci yang sangat terkenal se antero dunia, sebagai sebuah aset yang sangat bernilai menyangkut eksitensi dalam tatanan sejarah dan budaya Nusantara.
Apalagi Festival merupakan bentuk dan kepedulian masyarakat akan budaya Melayu Kerinci, sehingga penanganan kepedulaian Danau kerinci dan budaya Melayu Kerinci, seyogyannya tidak melihat wilayah Administratif Kepemerintahan, melainkan kewilayahan adat masyarakat Kerinci yang diakui semenjak zaman dahulu, sesungguhnya kebersatuan dan kesatuan dalam kewilayahan budaya dan adat yaitu ”bumi Sakti Alam kerinci” yang memegang teguh ”adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah-ABS-SBK” dan merupakan sebuah ikatan emosional yang masih sangat kuat, bukan hanya di Kerinci/kota Sungaipenuh, bahkan sampai ke luar Kerinci bahkan ke luar Negeri
Begitu juga Festival dalam “dimensi ekologi”, adalah kepedulian masyarakat Kerinci akan Danau Kerinci sebagai sebagai sebuah bentang alam dan kesatuan ekologis danau yang memiliki peran yang penting masa lalu dan masa yang akan dating. Dan sebagai bagian sejarah dan sebagai potensi ekonomi baik dari aspek wisata maupun Pertanian, bahkan sebagai sumber dari dan dasar dibangunnya Mega Proyek PLTA Kerinci Tirta yang tentunya membawa berkah ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah. Sehingga Festival ini juga diharapkan merupakan gerakan untuk melestarikan hulu air Danau Kerinci dan gerakan untuk melestarikan Taman Nasional Kerinci Seblat dengan gerakan operasional yang implementatif dan gerakan ini akan memberi pengaruh dalam upaya mengelola Banjir dan bencana alam lainnya dimana akhir-akhir ini menjadi agenda rutin menerpa masyarakat Kerinci, jika tidak dikelola tentunya akan sangat merugikan, yang akan menguras anggaran dalam mengevakuasi dan merahablitasi akibat banjir tersebut, bahkan mengancam jiwa manusia.
Diketahui bahwa Kerinci merupakan “surganya pariwisata alam” Propinsi Jambi dan merupakan Daerah Tujuan Wisata atau Obyek dan daya Tarik Wisata Alam dan Budaya Utama (DTW/ODTWA/B) utama di Propinsi Jambi, tentunya dengan tujuan akhir adalah ekonomi kerakyatan dan perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditengah kekurangan PAD yang selama ini menjadi masalah bagi Kerinci, disamping persoalan akses dari dan ke Kerinci melalui Padang dan Jambi, yang menjadi bagian dari Program Jambi Emas tahun 2015 dari Gubernur terpilih Hasan Basri Agus (HBA) dan Fachrori (Fa) yang memiliki keutan politik cukup besar untuk memimpin Jambi.
Festival dalam “dimensi ekonomi”, adalah bermuara dari dimensi budaya yang berupaya mempertahankan dan melestarikan budaya dan peninggalan sejarah di ranah “sakti alam Kerinci” dan dimensi bentang alam ekologis dalam upaya mepertahankan kelestarian dan kesinambungan debet air danau kerinci, adalah bermuara pada dimensi ekonomi. Melalui kegiatan Festival diharapkan dimensi ekonomi dalam kontek pertumbuhan dan peningkatan pendapatan ekonomi dan peningkatan PAD dapat diraih dengan tetap memperhatikan dimensi budaya dan dimkensi ekologis.
FMPDK yang telah menjadi agenda Pariwisata Nasional, merupakan bentuk untuk memaksimalkan dimensi-dimensi budaya, ekologis yang dimaknai bahwa dimensi tersebut merupakan potensi ekonomi baik langsung ataupun tidak langsung yang harus dioptimalkan melalui kegiatan Festival untuk mendapatkan nilai dimensi ekonomi secara berkesinambungan yang baik untuk masyarakat dan Pemerintah
Festival ini untuk mewujudkan dan mengoptimalkan tingkat kepedulian masyarakat dalam dimensi budaya dan ekologis dan mengoptimlkan dimensi ekonomi, seharusnya direncanakan dengan matang dan terencana melalui sebuh kajian yang benar dan baik, tentunya melalui kajian survey pasar untuk memahami dan menghubungkan antara potensi ekonomi yang ada dengan kelayakan pasar baik lokal maupun mancanegara, serta kajian kelayakan bisnis. Sebuah langkah startegis untuk menuju langkah selanjutnya adalah melakukan kajian ilmiah secara independent untuk menentukan keberhasilan dari Festival ini, kita sangat menyadari bahwa promosi dan kepedulian itu memerlukan proses yang panjang, agar pestival selanjutnya lebih bermakna dan bermanfaat, sehinga memerlukan evaluasi melalui parameter yang terukur baik promosi, maupun bentuk kepedulian dalam dimensi ekonomi dan dimensi lingkungan, yang akan memberikan rekomendasi untuk Festival selanjutnya. Harapan kita festival ini harus meraih minimal 2 sukses, sukses pelaksanaan, dan sukses manfaat terutama manfaat ekonomi (multiflier efek) dari Festival
Sebagai sebuah wilayah yang bangga dengan potensi wisata alam yang kaya dan sebagai surga wisata alam, namun potensi tersebut baru sebatas potensi yang belum memberikan nilai positif bagi Kabupaten Kerinci, terutama dari aspek nilai ekonomi, padahal Kerinci yang dianugrah segumpal tanah surga yang tercampak ke bumi, seharusnya bukan hanya punya kebanggan akan potensinya, namun lebih jauh bisa bangga akan peluang-peluang ekonomi yang akan mendatangkan PAD dan kesejahteraan masyarakat dengan tanpa merusak bentang alamnya, namun kebanggaan semu tersebut belum bisa memberikan harapan ekonomi bagi masyarakat apalagi PAD.
Kekayaan potensi wisata Kerinci masih sedikit yang sudah menjadi Obyek dan daya tarik Wisata Alam/Budaya (ODTWA/B) serta atraksi yang akan dijual, dilokasi daerah Tujuan Wisata (DTW), dan terkesan belum maksimal memberikan dan memenuhi aspek ”Apa yang dilihat (something to see)”, ”Apa yang dilakukan (something to do)”,”Apa yang akan dibeli (something to buy)”, pada hal fakta mengatakan bahwa pariwisata merupakan sebuah industri terbesar dunia ( the world’s largest industry ), yang memiliki Prospek sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar.
Pengelolaan wisata Kerinci harus dikelola dengan profesional agar bisa memberikan pengaruh positif terhadap PAD dan peningkatan pendapatan masyarakat, karena memang pengelolaan wisata saat ini lebih menitik beratkan pada pelibatan masyarakat secara aktif melalui Community based Tourism Development (CBTD), karena memasuki milenium ketiga ini ditandai dengan berkembangnya isu “4Ts” (transfortation, telecommunication, tourism and technologi) yang mendorong pariwisata berkembang menjadi salah satu industri yang tumbuh dengan dominan di berbagai belahan dunia.
Namun potensi dan kekayaan wisata alam tersebut tidak akan memberikan manfaat bagi PAD dan peningkatan Pendapatan masyarakat dan peluang lapangan kerja baru, apabila pengelolaan tidak berorientasi pada pengelolaan profesional, dan Kerinci sekedar bangga dengan Kekayaan Potensi Wisata Alam saja.
Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang tidak haus eksploitasi sumber daya alam dan merupakan kegiatan yang hemat SDA dan mendatangkan devisa yang cukup tinggi, sehingga pengambangan Pariwisata merupakan suatu program prioritas di Indonesia, tentunya menjadi program prioritas bagi Pemerintahan Kabupaten Kerinci, Kota Sungaipenuh dan Propinsi Jambi, bahkan pariwisata disebut sebagai katalisator pembangunan dapat mendukung perekonomian Negara dengan efek negative yang sangat kecil
“Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995)
Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.
Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai ‘resep’ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain Partisipasi masyarakat, Keikut sertaan para pelaku (stakeholder), Kepemilikan local, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, Pelatihan serta promosi.
Dalam memaksimalkan dimensi-dimensi tersebut, sesuatu yang sangat penting dalam kontek Negeri sepucuk Jambi sembilan lurah, adalah akses jalan ke dan menuju Kerinci menjadi faktor utama untuk memaksimalkan nilai-nilai ekonomi masyarakat Kerinci (masyarakat Kota Sungai Penuh dan Masyarakat Kabupaten Kerinci), yang menjadi bagian utama dari Program “Jambi emas” adalah sarana transportasi berupa perbaikan dan renovasi jalan menuju Kerinci yang selama ini menjadi bagian utama dari keinginan masyarakat Kerinci untuk memaksimalkan potensi ekonomi menjadi nilai ekonomi yang bernilai dalam mendukung pertumbuhan dan perolehan PAD.
Harapan kepada Gubernur Jambi di hari jadi Propinsi Jambi, kiranya akses jalan menuju dan ke kerinci agar dapat menjadi prioritas pada tahun 2014, serta peningkatan status jalan tersebut menjadi jalan nasional hendaknya menjadi prioritas, dan sekaligus menghimbau kepada wakil rakyat yang duduk di DPR Prop Jambi, kiranya jalan Kerinci hendaknya juga menjadi bagian dari prioritas pengontrolan dan pengawasan terutama Dapil Kerinci.
Kebersatuan secara budaya dan adat Kerinci yang saat ini terdiri dari 2 (dua) wilayah Administratif, sebagai pusat budaya melayu Kerinci, hendaknya dapat dipersatukan dalam satu kesatuan lembaga, yaitu membentuk atau menyempurnakan fungsi dan peran Lembaga adat yaitu Lembaga Kerapatan Adat Alam Kerinci (LKAAK) yang pernah ada sewaktu wilayah Administratif yang namanya Kabupaten Kerinci.
Ada baiknya dalam agenda FMPDK yang akan dilaksanakan nantinya, agenda mengkaji dan membahas pembentukan lembaga pemersatu secara budaya dan Adat, yaitu kajian tentang peran dan fungsi pemersatu budaya melayu Kerinci adalah Lembaga Kerapatan Adat Alam Kerinci (LKAAK), ( HYPERLINK “mailto:syamsulbahri1605@gmail.com” syamsulbahri1605@gmail.com)