KerinciopiniPariwisata/Budaya

TERMINOLOGI GENEOLOGIS ASAL LELUHUR SUKU KERINCI ULAYAT DEPATI RENCONG TELANG

Oleh : Gettar Crista Prahara, S.Sos.

PROLOG:

Menelusuri lebih dalam ke zaman prasejarah.
Nenek moyang kerinci paling tua adalah manusia “kecik wok gedang wok” atau manusia purba Homo Sapiens Kerinciensis. Jauh lebih tua dari kedatangan ras mongoloid dari Cina Selatan atau dikenal dengan melayu tua/Proto Malay (40.000 SM) dan ras Melayu Muda/Deutro Malay (15.000 SM) yang datang ke Kerinci.

Terdapat juga jejak sejarah kedatangan Orang Tamil (India belakang) sekitar 1.000 SM.

Peradaban Koying dan Sigindo di dataran Tinggi Kerinci jauh lbh dulu dr Peradaban lain di Sumatera seperti Sriwijaya, Dhamasraya, Pagaruyung, dll.

Pada zaman Sigindo terjadi asimilasi (pernikahan) putri kerajaan Pagarayung ke alam kerinci. Banyak sekali keluarga/keturunan kerajaan yang dinikahkan dengan penguasa Ranah Kerinci Saat itu. Sebagai Contoh Pernikahan Sigindo Batinting atau Sigindo Sri Sigerinting penguasa Jerangkang Tinggi (Kerinci Hilir) dengan Puti Sarunduk Pinang Masak putri Pagaruyung.

Baca juga:  Tercium Praktik Permainan Penjulan LPG 3 Kg di Bumi Sakti Alam Kerinci

Kita mengenal seperti Tan Siah Sigindo Rao, Datuk Parpateh Nan Sabatang, Syiak Lengih, dll.

Tokoh-tokoh Minangkabau yang mewarnai peradaban Kerinci. Tapi tidak serta merta Kerinci Tunduk pada Minangkabau.

Kemudian datang Ekspedisi Pamelayu oleh kerajaan Singosari dari Jawa ke Svarnabhumi (Sumatra) untuk melanjutkan konsep penyatuan Nusantara.

Akhir dari Ekspedisi ini ditandai dengan dibawanya Dara Jingga (Ibu Adityawarman) dan Dara Petak (Ibu Jaya Negara) putri Dhamasraya ke Jawa.

Lalu selanjutnya terjadi ekspedisi Majapahit ke Sumatera pada Zaman Raja Jayanegara (Sepupu Aditywarman) Para Prajurit dan Mahapatih (Adipati) ini tidak semuanya pulang ke jawa. Mereka lah yang datang ke Kerinci dan membawa peradaban Jawa ke Pedalaman Sumatra (Kerinci).

Baca juga:  Lukisan Terakhir

Bahkan berhasil mengubah sistem Pemerintahan Sigindo ke Sistem Pemerintahan Depati. Yang bersifat Akulturasi Sistem pemerintahan. Lagi-lagi Kerinci juga tidak serta merta tunduk pada Majapahit.

Kita bisa lihat Istilah-istilah jawa yang dipakai.

Depati dari kata Adipati.
Rio dari kata Aryo.
Menggung dari kata Tumenggung
Pateh dari kata Patih.
Dll.

Kita bisa lihat juga gelar-gelar Depati :
Tago
Agung
Anggo
Belinggo
Nanggalo
Anum
Cahayo Negoro
Sukobarajo
Dll.

Ini semua bahasa jawa.

Justru saat ini tugas kita Waris Depati-depati Awal di Kerinci mengecek Babat Tanah Jawi (Tambo Jawa) untuk tahu siapa leluhur kita di jawa.

Saya sudah beberapa kali ke Trowulan, Kediri, Malang, dll. Untuk diskusi dengan sejarawan dan budayawan dsana untuk mengetahui siapa para adipati/patih/arya/kasatria Singosari yang tidak pulang ke Jawa ketika berakhir ekspedisi Pamelayu.

Baca juga:  SELAMAT MILAD ISTRIKU

Kajian dan penelitian ini masih panjang dan tentu membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yg tidak sedikit.

Sebagai generasi Muda penerus Suku Kerinci tentu lah menjadi tekad kita untuk selalu mengkaji dan menguak tabir sejarah leluhur Kerinci.

Bumi Rencong Telang
Pulau Sangkar, Kerinci – Jambi
14 September 2017.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button