Jambi

Cara Tobo Tanjung Pasir Lestarikan Keunikan Tudung Lingkup Jambi

Cara Tobo Tanjung Pasir Lestarikan Keunikan Tudung Lingkup Jambi
Kearifan lokal Tudung Lingkup untuk anak gadis. (Deni/brito.id)

Kerincitime.co.id, Jambi – Tudung Lingkup Bekerobong yang merupakan kearifan budaya lokal masyarakat Seberang Kota Jambi dizaman dulu. Kala itu, apabila anak gadis ataupun ibu-ibu yang hendak keluar rumah wajib menggunakan Tudung Lingkup (tutup kepala yang hanya memperlihatkan mata).

Namun seiring perjalanan waktu kearifan budaya lokal itu sudah sangat jarang ditemui, bahkan tergolong ditinggalkan oleh anak-anak gadis di zaman milenial kini.

Guna menimbulkan dan memperkenalkan kembali tradisi itu, Tobo (Keturunan) Tanjung Pasir melaksanakan kegiatan jalan santai tudung lingkup bekerobong Minggu (6/10/2019). Dimana untuk peserta wanitanya wajib menggunakan tudung lingkup dan untuk pria wajib menggunakan baju muslim.

Dewan Pembina Tobo Tanjung Pasir, Kombes Pol M Edi Faryadi mengatakan, diadakannya jalan santai tudung lingkup ini bertujuan untuk melestarikan budaya di Tanjung Pasir yang secara turun temurun.

Baca juga:  Politisi Kecam Eks Pejabat Pendukung Paslon HTK yang Lecehkan Profesi Petani

“Kita akan terus melaksanakan kegiatan seperti ini setiap tahunnya. Agar tradisi dan budaya yang ditingglkan oleh nenek moyang dahulu tidak tergerus oleh zaman,” ujarnya.

Sementara itu Ketua Tobo, H Kemas Syahrannizar menjelaskan ciri khas tudung lingkup bekerobong ini dizaman dulu selalu dipakai para wanita yang telah memasuki kategori anak gadis dan ibu-ibu, apabila hendak keluar rumah.

“Dulu dikenal dengan tudung lingkup, kalau sekarang orang menyebutnya jilbab atau hijaber,” katanya.

Lanjutnya, namun seperjalanan waktu dan perkembangan zaman tradisi itu semakin tergerus. Dengan moment inilah pihaknya akan mengangkat kembali kearifan budaya lokal itu, dilansir Brito.id media partner Kerincitime.co.id.

“Sesuai dengan seloko yakni Membangkitkan Batang Terendam,” ucapnya.

Baca juga:  Politisi Kecam Eks Pejabat Pendukung Paslon HTK yang Lecehkan Profesi Petani

Ditambahkannya, untuk kain yang dipakai sendiri tidak mesti harus kain khas Jambi. Namun harus berjumlah dua yang digunakan untuk menutup kepala dan muka. Sehingga para wanita hanya melihatkan matanya saja.

“Kalau dizaman dahulu ada dinamakan kain begigit atau kain dua,” pungkasnya. (Irw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button