Bedak Johnson & Johnson Ditarik dari Pasaran Terkait Mengandung Asbes
Kerincitime.co.id, Berita Jakarta – Ditemukan mengandung asbes, bedak Johnson & Johnson ditarik dari pasaran.
Johnson & Johnson akui pada Jumat (18/10/19) lalu, pihaknya menarik 33 ribu botol bedak bayi dari pasar Amerika Serikat setelah regulator menemukan sisa-sisa asbestos dalam sampel-sampel bedak yang dibeli secara online.
Dilansir Suara.com jaringan Jambiseru.com media partner Kerincitime.co.id dari Reuters, langkah itu menandai untuk pertama kali perusahaan itu menarik bedak bayi yang ikonik karena kemungkinan terkontaminasi asbes. Hal itu juga menjadi pertama kalinya regulator AS menemukan asbes dalam produk itu.
Asbes adalah zat karsinogen yang dikaitkan dengan mesothelioma, kanker langka yang mematikan.
Penarikan produk itu juga menjadi tamparan bagi produk-produk kesehatan AS yang sudah menghadapi ribuan gugatan hukum terhadap berbagai produknya. Antara lain, bedak bayi, opioid atau obat Pereda nyeri, alat-alat kesehatan, dan obat antipsikotik, Risperdal.
J&J menghadapi lebih dari 15.000 gugatan dari para konsumen yang mengeluhkan produk-produk talknya, termasuk bedak bayi, menyebabkan mereka menderita kanker.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan pengujian sampel terbaru terjadi saat menguji kandungan asbes pada kosmetik-komestik yang mengandung talk. Pengujian itu dilakukan saat laporan-laporan mulai bermunculan tahun ini. Pengujian pada sampel bedak Johnson’s Baby Powder dari kelompok yang berbeda menunjukkan hasil negatif mengandung asbes, kata FDA seperti dikutip oleh Reuters.
FDA mengatakan pihaknya tetap berpegang pada kualitas pengujian dan hasilnya. Badan itu merekomendasikan para konsumen untuk berhenti menggunakan produk yang terkontaminasi.
Penarikan produk secara sukarela itu pada Jumat terbatas hanya pada produk Johnson & Johnson Baby Powder yang diproduksi dan dikirim ke AS pada 2018, kata perusahaan itu.
Dalam pernyataan resmi kepada media, J&J mengatakan pengujian oleh FBDA setidaknya sebulan yang lalu, tidak menemukan asbes dalam talk mereka.
Dalam telekonferensi, J&J mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan dari FDA pada 17 Oktober, yang memberitahu tentang temuan asbes. Perusahaan itu mengatakan sudah memulai penyelidikan dan mengkaji catatan-catatan pembuatan dan mengumpulkan data mengenai distribusi untuk menentukan ke mana saja barang itu dikirim.
J&J mengatakan pihaknya bekerja bersama FDA untuk menentukan integritas dari sampel-sampel yang diuji dan validitas hasil tes.
Dalam telekonferensi dengan para wartawan pada Jumat (18/10/19) lalu, dr. Susan Nicholson, kepala Kesehatan Perempuan pada organisasi keselamatan medis di perusahaan itu, mengatakan penemuan kandungan asbes tersebut, “sangat tidak biasa.” Dia menambahkan hasil itu “tidak konsisten dengan pengujian kami hingga saat ini.”
Jenis asbes yang ditemukan dalam pengujian FDA tidak ditemukan di tambang di mana perusahaan itu mendapatkan pasokan bedak, kata Nicholson. Dia menggambarkannya sebagai pencemaran lingkungan yang umum ditemukan pada material-material gedung dan alat-alat industri.
J&J mengatakan masih terlalu dini untuk memastikan apakah kontaminasi silang pada sampel menimbulkan hasil positif yang salah, apakah sampel itu diambil dari botol dengan segel yang masih tertutup atau apakah diproduksi di lingkungan yang terkontrol. Pihak J&J juga menambahkan pihaknya tidak bisa menentukan apakah produk yang diuji adalah produk asli atau palsu.
“Sangat penting bagi kami untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dari sampel untuk menentukan sumber kontaminasi,” kata Nicholson seperti mengutip VOAIndonesia, Senin 21 Oktober 2019 kemaren. (Irw)