HOT NEWSPariwisata/Budaya

Budhi: Depati Parbo Tidak Hanya Pahlawan Kerinci

Kerincitime.co.id, Sungai Penuh  – Perjuangan para hulubalang dan  perjuangan pemuda sepanjang perjalanan bangsa Indonesia memang  telah tercatat dengan tinta emas dalam memori  kolektif  bangsa Indonesia, pada saat bangsa Indonesia masih berada dalam cengkraman kolonialisme fisik, para pemuda telah  tampil dengan watak  progresif  dan  revolusioner  guna mengobarkan  perlawanan terhadap kaum Kolonial, Begitu puladi era kemerdekaan, para pemuda selalu mengambil posisi sebagai pembaharu dalam menggerakkan perubahan.

Dalam  kontek  perjuangan di  alam Kerinci,  para  para hulubalang pada masanya telah  menunjukkan semangat  kejuangan yang tinggi untuk melepaskan negerinya dari cengkraman Kolonial Belanda,  para hulubalang dan para pejuang di alam Kerinci telah mengorban darah air mata dan nyawa untuk memerdekakan rakyat dari belenggu penjajahan.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa  pertempuran yang terjadi adalah rentetan dan jalinan sejarah perlawanan melawan kolonial Belanda, pada awal kedatangannya di Indonesia Belanda hanya bermaksud untuk berdagang, dan pada akhirnya berubah ingin menguasai  alam dan hasil bumi nya yang  memiliki potensi besar, gelagat  dan niat  licik  kolonial  untuk menguasai  tidaklah  dibiarkan oleh bangsa Indonesia,pada masa itu terjadi perlawanan dan pertempuran melawan Belanda yang bersifat lokal dan kedaerahan dengan satu tujuan tidak ingin di jajah.

Pertempuran yang terjadi di alam Kerinci yang dimulai sejak tahun 1901 merupakan peperangan  rakyat Kerinci dalam mempertahankan  Agama, Adat dan Negeri, rakyat Kerinci bersama para pejuang/ hulubalang  hulubalang  telah  rela  mengorbankan jiwa dan raga untuk membela hak dan Kemerdekannya  yang dirampas oleh Kolonial Belanda.

E.J.De Sturler dalam tesisnya (et Grend Gebied van Nerderlansch Oost Indie ini Perband met Tractaten met Spanje,Englend en Portugal (1861) dan terakhir disitir oleh Prof.DR.Utreht SH, dalam bukunya “Sejarah Hukum Internasional di Bali dan Lombok” menyebutkan jIka kita melihat kilas balik kebelakang sebelum Belanda  menjajah  rakyat alam Kerinci,( daerah  alam Kerinci yang saat ini terdiri dari dua daerah  otonum Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci)

Baca juga:  Dugaan ASN Terlibat Kampanye AL-AZHAR di Sungai Penuh

Daerah yang berada di kawasan puncak Andalas Pulau Sumatera merupakan sebuah kerajaan yang berdiri sendiri seperti Aceh dan Kwantan di Pulau Sumetara. Kerajaan Kerinci berbatas  disebelah  Utara dengan Kerajaan Minangkabau.di  Sebelah Timur  dengan Kerajaan Jambi dan disebelah Selatan,  dengan kerajaan  Sriwijaya. Pada masa itu Pemerintahan di alam Kerinci dipegang  oleh  Depati Empat Delapan Helai Kain, Pegawai Rajo Pegawai Jenang,Suluh Bindang Alam Kerinci yang berpusat di Sanggaran Agung dan tempat pertemuan ( Musyawarahnya) di Hamparan Besar Tanah Rawang. Dalam sistim Pemerintahan di AlamKerinci – Para Depati inilah yang memenggal putus,memakan habis didalam setiap permalasahan,dalam menjalankan tugasnya Depati di bantu oleh Ninik Mamak atau para Pemangku Adat.

Dalam  catatan  sejarah dan perjuangan  rakyat alam  Kerinci  juga  disebutkan  bahwa  pertempuran  pertama dikawasan  “ Renah Menjuto ”  merupakan  pertempuran  hebat yang tidak seimbang,  serdadu   Belanda dengan kekuatan personil   120  orang   dengan didukung  persenjataan lengkap  berhasil  dipukul mundur  oleh  para hulubalang  dipimpin ” Kasib Gelar Depati Parbo”  dengan hanya berkuatan  12 orang . Pada  pertempuran di  Renah  Menjuto  tercatat   50 orang serdadu Belanda  dan beberapa orang  opsir  dan perwira  tewas, dipihak  pejuang tercatat 2 orang gugur sebagai suhada dan pahlawan  Kusuma Bangsa.Bagi pihak Belanda kekalahan tersebut merupakan sebuah tamparan keras yang memalukan, Kasib Gelar Depati Parbo  dan para hulubalang hulubalang  sebagai sosok  pejuang tangguh  dengan gagah dan berani mampu memukul mundur serdadu Belanda.

Kehadiran Belanda yang berniat menjajah alam Kerinci dan merusak tatanan yang telah terbangun sejak  ratusan tahun mendapat tantangan dari segenap lapisan masyarakat dan para pemangku adat, perlawanan dan pertempuran terjadi hampir disetiap dusun di alam Kerinci, dan dalam catatan  sejarah perjuangan rakyat alam Kerinci, pertempuran di Pulau Tengah merupakan pertempuran  terbesar dan memakan waktu yang cukup lama – dengan merenggut  korban jiwa   paling banyak  dari kedua belah pihak

Baca juga:  Puluhan Ribu Warga Memadati Kampanye Akbar AZ-FER di Lapangan Merdeka

Pada pertempuran di Renah Menjuto,  seorang  hulubalang dari Sungai Penuh ikut bergabung berperan bersama Depati Parbo dalam menghadapi serdadu Belanda, Hulubalang   bernama M. JUDAH GELAR DEPATI SANTIUDO PAMUNCAK ALAM, sehari hari dipanggil “Apouk Gulun” ( Bapak Gulun),  tokoh ini merupakan  sahabat kental  Kasib Gelar Depati Parbo,sebuah catatan  menyebutkan bahwa   “ Kasib ”  memperdalam ilmu pengajian ( Tauhid) dan ilmu kebatinan pada M.Judah , kedua pendekar dari Alam Kerinci  sempat  merantau  bersama ke Batang Asai Kabupaten Sarolangun dan akhirnya  berjuang bersama sama menghadapi kolonial Belanda pada pertempuran di “Renah Menjuto”

Pasca pertempuran di Pulau Tengah dan mundurnya pejuang H.Umar seorang tokoh pejuang dari Jambi yang bergerilya di alam Kerinci, otomatis perjuangan rakyat Kerinci terhadap Belanda berangsur surut, Belanda  dengan  kekuatan  personil yang besar ,persenjataan lengkap dan /modern menanamkan kukunya di bumi alam Kerinci,  sejak tahun  1906  hingga   tahun 1914 nyaris tidak terjadi perlawanan berarti,  dan baru pada tahun 1914 terjadi insiden antara Pemerintah Belanda (Kontler) dengan  H.Bakri  Depati Simpan Negeri yang secara kesatria menantang kebijakkan pemerintah  Belanda yang memungut pajak yang mencekik rakyat,memang pada  awalnya H.Bakri  Gelar Depati Simpan Negeri terpaksa mengikuti perintah perintah kontler Belanda yang “Keterlaluan”  dalam menjajah rakyat Kerinci, puncak dari kesabarannya H.Bakri  Depati Simpan Negeri dengan semangat perang jihad Fisabilillah rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mempertahankan prinsip anti dijajah dan untuk membela rakyat Kerinci yang di zalimi penjajah Belanda.

Jika kita melihat sepak terjang  Depati Parbo dalam menghadapi Kolonial Belanda  dan pergaulannya yang luas dengan berbagai kalangan  termasuk ketakutan pihak Belanda terhadap sepak terjang dan keberaniannya dalam menentang Kolonial membuat Belanda memutuskan  Depati Parbo harus di asingkan  ke Ternate –Sulawawei yang saat itu  sangat sulit untuk dicapai. Maka  sudah sepantasnya Depati Parbo tidak hanya diakui sebagai pahlawan Lokal milik Kabupaten Kerinci saja, akan tetapi  Kepahlawanan Depati Parbo adalah  kisah heroik Pahlwan Rakyat Semesta  Pucuk Jambi Sembilan Lurah dalam menentang  penjajah

Baca juga:  Politisi Kecam Eks Pejabat Pendukung Paslon HTK yang Lecehkan Profesi Petani

Adalah sangat tidak bijak jika   Propinsi Jambi yang begitu luas dan memiliki andil yang besar dalam  menghadapi kolonial Belanda dan Jepang hanya memiliki 1 orang Pejuang Pahlawan Nasional, semestinya  di wilayah Pucuk Jambi Sembilan Lurah  minimal mesti diakui 5 -7 Pahlawan nasional  termasuk Raden Mattaher, Depati Parbo,Pangeran H.Umar, dan  H.Bakri Depati Simpan Negeri,M.Judah depati Santiduo pertamo alam

Khusus untuk kekinian Depati Parbo  tidak hanya  pahlwan Kabupaten Kerinci saja, Depati Parbo adalah pahlawan  se alam Kerinci yang meliputi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, dan untuk diingat bahwa  salah seorang sahabat kental Depati Parbo adalah  apouk Gulun  dari luhah Rio djayo.dan pada saat pertama kali baku hantam dengan Belanda di Renah Menjuto  M.Judah(apouk Gulun) merupakan salah satu dari 12 orang hulubalang yang bertempur hidup mati di Renah Menjuto, dan hingga akhir hayat kedua  Hulubalang ini tetap menjalin persaudaraan.

Oleh karena itu, kita semua terutama  Generasi Muda Indonesia  wajib  untuk  melestarikan  Kesatuan dan persatuan Bangsa, dengan menggali kembali fundamen  Negara kita sebagai  Negara kebangsaan dan Negara Pesatuan dan pesan yang harus digelorakan kepada Generasi penerus masa sekarang untuk peran kesejarahannya adalah bagaimana  mempererat  persatuan dan kesatuan Bangsa dalam “bingkai”  Negara Kesatuan Republik Indonesia.(budi)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button