HOT NEWSPariwisata/BudayaPendidikanSungai Penuh

H.Bakri Depati Simpan Negeri Tewaskan Pemimpin Belanda di Alam Kerinci

Oleh : Budhi VJ Rio Temenggung dan Nurul Anggraini Pratiwi
Dewasa ini sangat sedikit generasi muda di alam Kerinci yang mengetahui dan memahami kisah perjuangan para hulubalang dan para pemimpin adat di Alam Kerinci.
Pada dekade awal KolonialBelanda bercokol di Alam Kerinci, tidak banyak tokoh adat yang berperan dalam pemerintahan ,diantara sedikit tokoh yang menjadi birokrat di dalam sistim Pemerintahan Belanda terdapat seorang tokoh adat yang disegani yakni H.Bakri Depati Simpan Negeri.
Sebagai Pemangku Adat dan tokoh Ulama yang telah mendalami ajaran Islam di Kota Suci Mekah beliau merupakan figur yang diseganioleh para pemangku adat di alamKerinci pada masa itu.Pengaruh yang ada pada H.Bakri Depati Simpan Negeri mendapat perhatian dari Pemimpin Belanda,Residen pada masa itu mengangkat H.Bakri Gelar Depati Simpan Negeri sebagai Kepala Distrik yakni orang kedua setelah Kontler wakil pemerintahan Belanda di alam Kerinci
Niat Belanda yang ingin berdagang dan membeli hasil alam Kerinci yang melimpah berunbah menjadi hendak menguasai,pada awal nya H.Bakri Depati Simpan Negeri bersedia membantu Belanda,akan tetapi setelah beliau mengetahui niat licik Kolonial Belanda yang ingin menguasai alam Kerinci membuat H.Bakri Depati Simpan Negeri marah besar,perbuatan tidak bermoral serdadu Belanda dan Kongtler konon merupakan pemicu amarah H.Bakri Depati Simpan Negeri.
Catatan yang penulis himpun menyebutkan bahwa Pemerintahan di Afdeling Kerinci saat itu dijabat Kontler Gurkom dan Kepala Distrik Kerinci di Jabat oleh. H. Bakri Gelar Depati Simpan Negeri asal Dusun Baru, secara diam diam H.Bakri yang telah dimasuki paham Serikat Islam terus memupuk semangat dan wawasan kebangsaan ditengah tengah masyarakat alam Kerinci, tanpa sepengetahuan Kontler H.Bakri Depati Simpan Negeri menyebarkan paham kebangsaan kepada tokoh tokoh dan pemimpin adat di alam Kerinci untuk melawan Belanda.
Semangat kebangsaan H.Bakri tumbuh setelah melihat tindak tanduk Belanda yang sangat keterlaluan dalam memeras rakyat alam Kerinci, Sebagai tokoh mendapat pengaruh dari gerakkan aktifis Serikat Islam akhirnya sebelum insiden penembakan terhadap Kontler, H.Bakri sejak tahun 1914 hingga ia gugur mulai menjauh dan menunjukkan sikap tidak bersahabat terhadap pemerintah Belanda yang berkuasa di Kerinci saat itu.
Sebelum Insiden penembakkan Kontler Gurkom dan sebelum H.Bakri gugur di tembak serdadu Belanda di lahan persawahan “Tanah Munggok”, H Bakri Depati Simpan Negeri selalu bersikap waspada dan hati hati terhadap gerak gerik Kontleur Belanda yang mulai mencurigainya
Suatu hari menjelang peristiwa penembakan Kontler, H.Bakri sempat menyampaikan kepada,Mat Saleh Kusir Bendi kenderaan Dinasnya ” Sebelum Belanda Menembak saya, maka saya akan menembak Belanda dulu”.
Pada tahun 1915 Serikat Islam di Keresidenan Jambi semakin memantapkan perlawanannya,dan awal dari perselisihan Serikat Islam dengan Belanda terjadi setelah di picu oleh peristiwa penembakan terhadap Kontler Belanda oleh H.Bakri Gelar Depati Simpan Negeri,
H. Bakri merupakan tokoh adat dengan gelar Depati Simpan Negeri, diangkat oleh Pemerintah Belanda sebagai Kepala Distrik Kerinci, pengaruh wawasan Kebangsaan yang dibawa oleh Serikat Islam serta tekanan Belanda terhadap rakyat alam Kerinci inilah yang mendorong kemarahan H.Bakri. Dengan sikap Heroik dan semangat perjuangan yang “Menggelora” H.Bakri lansung melakukan penyerangan ke Jantung Pertahanan Belanda dengan melakukan penembakan terhadap Kontler GURKOM yang saat itu memimpin Pemerintahan Belanda di alam Kerinci. Pada masa itu yang menjadi Residen Jambi adalah A.L.Kamerling (1913-1915) dan A.L.Kamerling di gantikan. H.L.E Qwast (1915-1918).
Pada saat peristiwa gugurnya H.Bakri Depati Simpan Negeri semua anak anak dan istri istrinya mengungsi dan disembunyikan oleh keluarga, bahkan anak tertua dari istri pertama pada saat itu disembunyikan diatas loteng rumah di Dusun Empih sebagian lain mengungsi ke Sandaran Agung, Belui dan Sungai Penuh
Dari 6 Bersaudara H.Bakri memiliki banyak kemenakan, dari sejumlah kemenakan tercatat H,Zainab, Delin. H.M. Sudin, Tafkir, Hj. Taksariah, H.A.Kadir Djamil, Jakfar Ahmad. H.Kamaruddin, Abd.Muluk, H.A.Rauf, Juhariah, Ukumiah, Zahara,Kunci, Sarifah, Ali Sulaiman. Minah dan Hapasah. sebagian besar dari keluarga inilah yang saat ini menjadi bagian dari masyarakat adat yang tergabung dalam komunitas keluarga “Datuk Kodrat Putih” wilayah adat Dusun Baru yang merupakan bagian dari wilayah adat Depati Nan Bertujuh yang merupakan Suluh Bindang Alam Kerinci.
H.Bakri Gelar Depati Simpan Negeri seorang pemangku adat dari Dusun Baru merupakan seorang bangsawan yang cukup disegani di alam Kerinci, setelah Belanda berhasil menaklukkan alam Kerinci yang ditandai dengan kekalahan yang diderita oleh para pejuang dan hulubalang di Pulau Tengah. Dan ditandai dengan berakhirnya perlawanan Pangeran H.Umar. Tahun 1906. Pangeran H. Umar mundur dari perlawanan menghadapi penjajah Belanda atas pertimbangan untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak dari kalangan rakyat tak berdosa.
Pada tanggal 1 Februari 1906 daerah Kerinci di jadikan satu Afdeling, dan disatukan dengan Keresidenan Jambi Selanjutnya pada tahun 1916 Kerinci di bagi dua distrik yaitu Onder Distrik Sanggaran Agung berkedudukan di Sandaran Agung dan Onder Distrik Semurup ber kedudukan di Semurup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button