Pariwisata/Budaya

Kincai ( Kerinci) sekepal tanah dari surga

kerincitime.co.id -,Kerinci, atau ” Kincai ” adalah sebuah negeri yang berada dikawasan dataran tinggi puncak pengunungan Andalas  ( Bukit Barisan),yang membentang  sepanjang gugus barat Pulau Sumatera. Bentang  alamnya  yang terdiri dari kawasan perbukitan yang  berlapis lapis dan Gunung  Kerinci yang kokoh berdiri dengan ketinggian 3.805.M.Dpl seakan mengawasi dan melindungi Alam Kerinci dari  gangguan dunia  luar.

kerinci
Potret Danau Kerinci Tahun 1920

Pengunungan yang ada di dataran tinggi Kerinci, seperti Gunung Raya, Gunung Tujuh, dan Gunung  Kerinci seakan ikut menjaga irama dan denyut nadi kehidupan masyarakat. Para ahli Geologi dan Ekologi menjuluki Gunung Kerinci sebagai “ Atap Sumatera ”  ( Top Of Sumatera ) dan hutan dikawasan Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai paru paru dunia. Dilain pihak benda cagar budaya yang berada di negeri  atas angin ini menunjukkan alam Kerinci merupakan salah satu pusat peradaban  Melayu tertua yang  ada di atas permukaan bumi.

Kondisi  alamnya yang  indah  dengan panorama alam yang aduhai, tempat kehidupan berbagai spesies flora dan fauna langka, menginspirasikan seorang pujangga asal alam Kerinci Ghazali Burhan Riodja mengibaratkan alam Kerinci ” Bagaikan Sekepal tanah dari surga yang tercampak ke dunia”.

kerinci2
(Danau Kerinci tahun 2013)

Di “Engclave” alam Kerinci terdapat pesona wisata alam seperti air panas bumi di Semurup  Kecamatan Air Hangat,- Sumber air panas bumi di Sungai Medang, dan di Sungai Abu  Kecamatan Air Hangat Timur, sumber panas bumi juga tersimpan di Kecamatan Gunung Raya.

Kombinasi panorama alam yang indah itu juga menyimpan beraneka  ragam  Flora  dan Fauna, setidaknya terdapat  4.000  jenis Spesies Flora termasuk jenis tanaman langka “Harpulia” dan “Vinus Strain Kerinci”  dan kayu sigi, terdapat 139  jenis burung, 37 jenis mamalia, 6 jenis primata dan 3 jenis mahkluk misterius yakni  “ Uhang Pandak ” Cigau dan Kuda liar.

Pesona alam Kerinci dengan beraneka ragam flora-fauna dan ke aneka ragaman seni, budaya dan detak ritme kehidupan masyarakatnya yang begitu sempurna adalah sebuah karunia Tuhan yang belum ditemukan dibelahan dunia lain, Alam Kerinci menggambarkan kesaktian atau keajaiban, potensi  ini merupakan  sebuah anugerah yang tiada ternilai yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta.

Dampak perkembangan zaman dan tuntutan pembangunan ketatanegaraan, Kabupaten Kerinci secara admisitrasi telah dimekarkan menjadi 2(dua) daerah otonom Kabupaten dan Kota, yakni Kabupaten Kerinci  dan Kota Sungai Penuh. Kedua daerah otonom itu secara adat dan kebudayaan merupakan  “ satu kesatuan hukum adat dan satu kultur  budaya “  yang   tidak  dapat dipisahkan, kedua daerah ini ibarat denyut nadi dan nafas  kehidupan  yang  tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.

Dalam dialeg masyarakat disebut kata Kerinci adalah segalanya, Kerinci tidak hanya mejadi nama negeri atau nama daerah, tetapi penduduknya  secara  adat dan  budaya, bahasa, danau, gunung dan hutan serta  alamnya  selalu  menambahkan  suku  kata Kerinci.Antara  masyarakat  Kota Sungai Penuh dan masyarakat Kabupaten Kerinci meski secara administrasi bersifat otonom namun dalam kehidupan dan kebudayaan  tetap satu dan menyatu dalam satu dialeg, satu  bahasa, satu  adat  istiadat  dan  satu  kebudayaan  yang  sama yakni “Kerinci”. Dan harus  diakui, hingga saat ini sejarah dan budaya Kerinci termasuk  tulisan asli  Kerinci / aksara Incung belum terdokumentasi dengan baik, sebahagian belum digali dan sebahagian bahagian lainnya telah terlupakan.

Para peneliti dan budayawan menyebutkan, hamparan luas renah  alam Kerinci merupakan bahagian pusat alam Melayu,- menurut ANTHONI. J. WHITTEN  Kawasan  alam Kerinci telah didiami manusia semenjak 10.000.Tahun SM. Hasil penelitian dan  catatan sejarah menyebutkan, kelompok manusia  yang  pertama kali datang ke alam Kerinci disebut dengan nama ” Kecik  Wok  Gedang Wok”. Kelompok ini menurut pakar di duga  kuat  merupakan manusia pertama yang mendiami  Pulau Sumatera, Penyebutan Kecik Wok Gedang Wok  diberikan  karena kelompok manusia ini belum memiliki  nama panggilan – diantara  sesama mereka, mereka bertegur sapa dengan sebutan Wok

Peneliti asal Amerika Serikat yang melakukan penelitian pada tahun 1973 bersama tim Lembaga Purbakala dan  peninggalan Nasional  menyebutkan ” Suku Bangsa Kerinci “ lebih tua dibandingkan dari Suku Bangsa INKA ( Indian) di Amerika,- salah satu bukti adalah tentang  manusia  Kecik Wok Gedang Wok yang belum memiliki nama panggilan secara individu, sedangkan Bangsa / Suku Indian  telah memiliki nama seperti   Big Buffalo (  Kerbau Besar  ) Little Fire (Api Kecil).

Para  ahli arkeologi menyatakan manusia Homo Sapiens – telah menghuni alam melayu sejak 35.000 tahun yang silam. Kelompok  manusia ini dapat di golongkan dalam ras dan  rumpun Melayu Polinesia,- Mencermati  pendapat ahli  arkeologi,  maka di duga manusia yang masuk ke alam Kerinci termasuk ke dalam rumpun  Melayu Polinesia.

Pendapat DR. Bennet Bronson yang menyebutkan manusia  ”Kecik Wok Gedang Wok” telah ada jauh sebelum kedatangan gelombang perpindahan suku suku bangsa dari Asia Tenggara ke Indonesia sangat beralasan. Salah  satu  daerah  pedalaman  yang dimasuki ras proto melayu temasuk alam Kerinci yang daerahnya telah didiami  manusia “ Kecik  Wok  Gedang  Wok ”, dalam perkembangannya kedua komonitas ini telah terjadi percampuran darah yang kemudian  melahirkan “Nenek Moyang Orang Suku Kerinci ” dan seiring dengan perkembangan  keturunan  nenek moyang  orang Kerinci membuat pusat pusat  pemukiman  yang tersebar di sejumlah pelosok alam Kerinci.

Menurut sejarawan  dan ahli  arkeologi  sebelum abad  masehi telah tumbuh dan berkembang pemukiman yang didiami manusia. Pesatnya perkembangan manusia telah melahirkan banyak kantong kantong pemukiman, kantong  pemukiman  menjadi negeri,  dan kemudian Negeri  negeri ini memiliki  sistim  tata pemerintahan yang mengatur  tata kehidupan  masyarakat  pada saat itu.

Berdasarkan  catatan  sejarah, pada masa lampau di Kerinci terdapat 3 sistim  Pemerintahan yang berdaulat dan memayungi masyarakat dan negeri. Ketiga  pemerintahan itu ialah pemerintahan “KOYING” atau “ Kerajaan Negeri Koying ”, pemerintahan berikutnya disebut dengan  pemerintahan Segindo atau Negara Segindo alam Kerinci dan  Pemerintahan selanjutnya  dikenal  dengan nama  pemerintahan  Depati atau Negara Depati Empat Alam Kerinci.

Berdasarkan  catatan  sejarah, pada masa lampau di Kerinci terdapat 3 sistim  Pemerintahan yang berdaulat dan memayungi masyarakat dan negeri. Ketiga  pemerintahan itu ialah pemerintahan “KOYING” atau “ Kerajaan Negeri Koying ”, pemerintahan berikutnya disebut dengan  pemerintahan Segindo atau Negara Segindo alam Kerinci dan  Pemerintahan selanjutnya  dikenal  dengan nama  pemerintahan  Depati atau Negara Depati Empat Alam Kerinci.

B.Persatuan Sugindo

Dimasa lalu di kawasan  Kerinci tinggi terdapat Sembilan ( 9 )  orang Sigindo, masing masing Sigindo adalah gelar kepala suku atau /kepala kaum  yang dikenal pada abad ke 14  mereka  yang mengatur kaumnya di wilayah masing masing, merekalah yang memakan habis memancung putus dalam wilayahnya, mereka yang menghitam  memutihkan  dalam wilayahnya

Dan  dalam tiap wilayah  Kerajaan Sigindo  terdapat  beberapa negeri dan dusun yang memiliki rakyat yang cukup banyak yang patuh kepada  Sigindo, antara satu Sigindo dengan Sigindo yang lain terjalin hubungan yang harmonis dan penuh rasa kekeluargaan, ringan sama sama mereka jinjing, berat sama sama dipikul, berbenteng  dado  berkuto betis, menghadap musuh setapak pun tidak surut dalam membantu wilayah Sigindo yang mendapat ganguan dari musuh.

kerinci3
Sungai Kerinci di kawasan Sandaran Agung-Talang Kemulun

Kesembilan Sigindo Sigindo tersebut masing masing adalah sebagai berikut: contoh pada tulisan incung yang tertulis pada tanduk yang tersimpan di Koto Bingin  Rawang dan Tanah Kampung  disebutkan bahwa Sigindo Panjang adalah menantu Nenek Siyak Langin (Siyak Lengih) atau dikenal dengan nama “Syekh Samilullah”

Dalam Tambo dikatakan Nik Sigindo Tujuh beradik, dengan demikian artinya mereka  hidup  dalam satu zaman.  Sigindo  tersebut  yakni: Sigindo  Elok  Misai  Sungai Tenang  berkedudukan  di  Koto Tapus (sekarang Jangkat). Sigindo Balak Serampas berkedudukan di Tanjung Kasri ( sekarang  termasuk Kecamatan Jangkat-Kabupaten Merangin). Sigindo Batinting Jerangkang Tinggi berkedudukan di Pulau Sangkar. Sigindo Bauk Tanjung Muara Sekiau berkedudukan di Temiai. Sigindo Kumbang  wilayah  Selatan  Danau Kerinci  berkedudukan di Jujun. Sigindo Kuning wilayah Barat Danau Kerinci  berkedudukan di Seleman. Sigindo Teras wilayah Utara Danau Kerinci berkedudukan di Pengasi.  Sigindo  Panjang  wilayah Rawang berkedudukan di Rawang. Sigindo Sakti wilayah Ujung  Tanjung  Muaro Sekiau di  Muaro Sekiau

.           Pada masa itu persatuan antara satu Sigindo dengan Segindo Segindo yang lain sangat kuat, bagi mereka kesulitan satu Segindo merupakan kesulitan pula bagi Segindo yang lain, Kerajaan Segindo Segindo pada masa itu sangat disegani oleh Kerajaan kerajaan lain, dan setiap satu tahun mereka mengadakan pertemuan untuk membicarakan kepentingan bersama, wadah persatuan mereka disebut dengan” Sakti Alam Kerinci”

C.Persatuan Pamuncak

Kerajaan Sigindo Sigindo bertahan hingga berabad abad, gelar seorang raja yang disebut Segindo mampu mensejahterakan dan memakmurkan rakyat di wilayah Sigindo masing masing. Dan pada akhirnya gelar Sigindo beralih menjadi Pamuncak, pada masa itu perkembangan penduduk tumbuh pesat, lahan lahan pertanian dan perkebunan  semakin luas, Agama  Hindu  dan  Budha  yang berkembang saat itu secara perlahan berangsur menghilang dan digantikan dengan penyebaran agama Islam,  dan pada saat itu gelar  Raja di daerah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah berobah menjadi “ Pamuncak ”  dan pada masa itu ada Sembilan Pamuncak secucur air seguling batu,Enam Pamuncak  berada di Kerinci Tinggi dan Tiga Pamuncak berada di kawasan Kerinci rendah.

Masa Pamuncak diganti dengan Depati, masa Pemerintahan Pamuncak berakhir di wilayah Kerinci Tinggi berakhir sejak masa Adityawarman   menjadi  Raja Pagaruyung  tahun  1347 – 1376 M  Setelah tiga tahun naik Tahta Raja Adityawarman (1350) beberapa orang keturunan dan pengikuti Adityawarman datang ke Kerinci tinggi dan Kerinci rendah, mereka ikut andil dalam menata ketatanegaraan di alam Kerinci sehingga sistim pemerintahan Pemuncak diganti dengan pemerintahan Depati

Dan pada masa itu ada sepuluh Depati dan satu wilayah yakni Tanah Pembarap  masih bergelar  Mangkuyudo, setelah itu tanah  Pembarap diberi gelar Depati  Mangkuyudo, dengan demikian jumlah Depati menjadi sebelas dan kesebelas  Depati itu  diresmikan  Raja Melayu Adityawarman, adapun  Mangkuyudo Pembarap berawal dari usul Pamuncak Tigo Kaum  agar didirikan suatu kerajaan dengan gelar Mangkuyudo dan yang  pertamakali  menjabat  Mangkuyudo adalah cucu dari  Pamuncak Tigo Pulau  Sangkar

(* Muchtar Agus Cholif,SH- Adipati Ganto Anggo Rajo : 158-171 )

Para  Depati yang diresmikan oleh Raja Adityawarman pada saat itu sebanyak 7 orang Depati diwilayah Kerinci Tinggi dan 4 orang di  wilayah Kerinci Rendah.Para Depati yang diresmikan itu merupakan Raja raja  penguasa adat yang memimpin di wilayah masing masing, para Depati itu bergabung dalam wadah persatuan yang disebut dengan  “ Empat Diatas Tigo Dibaruh, Pamuncak dan Pembarap (budhi vj rio temenggung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button