Upacara Tradisional Suku Kerinci Kota Sungai Penuh
Penobatan para calon Pemangku Adat di Sungai Penuh
kerincitime.co.id – ,Kota Sungai Penuh secara adat dan kebudayaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat suku Kerinci yang mendiami alam Kerinci,Daerah ini memiliki komunitas masyarakat adat yang masih menjunjung tinggi nilai nilai budaya tradisi dan sangat kental dengan adat.
Depati H.Alimin dan Depati Hasril Meizal mengemukakan bahwa Pemangku Adat merupakan orang yang dituakan di dalam masyarakat, ia mengetuai persekutuan sebagai ketua suatu keluarga besar. Ia adalah pemimpin dari persekutuan hidup di dalam persekutuan. Sifat tradisional pimpinan pemangku adat dapat dikenal dari bunyi pepatah adat yang mengibaratkan :
“Sebatang kayu besar di tengah lapang
Tempat berlindung di waktu hujan
Tempat bernaung di waktu panas
Akarnya tempat duduk dan
Batangnya tempat bersandar”
Setelah acara penobatan Depati dan Permenti, maka para Hulubalang mempersembahkan seni bela diri Pencak Silat,dan semua wanita dewasa,remaja dan anak anak secara masal menarikan tari iyo iyo
Pencak Silat meruapakan salah satu seni olah raga bela diri yang dilakukan oleh 2 – 3 orang hulubalang, Pada umumnya Pencak silat dilakukan oleh dua orang pria tangguh yang menggunakan sebilah pedang, para pesilat mengadu ketrampilan dalam mempermainkan pedang (senjata tajam
“Tari Yo– Iyo ”
Tari Yo iyo artinya – iya – iya (Ya = Benar). Ketika tetua adat menyampaikan Purbayo ( Kata kata Pelantikan ) Penobatan, Kaum wanita pada umumnya menyambut dengan ucapan Iyo- Iyo, maksudnya membenarkan apa yang di ucapkan oleh tetua adat yang membaca Naskah Purbayo. Pada masa lalu kata kata pelantikkan ”Purbayo ” sangat panjang.
Setelah acara ritual pembacaan Purbayo/ setelah penobatan para Pemangku adat dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah prosesi ritual penobatan dan selesai makan siang maka para pemangku adat /Depati dan Permenti yang baru di nobatkan kembali diarak dan diantar kerumah anak betinonya di iringi oleh alunan Gong,Tabuh dan Tale
“Tari Bigea Rbeah”
Budayawsan alam Kerinci Iskandar Zakaria Sebagai bagian dari masyarakat Suku Kerinci yang mendiami puncak Andalas Sumatera, masyarakat Kota Sungai Penuh memiliki beragam seni musik dan tarian daerah. Diantara tarian yang berkembang di wilayah Kota Sungai Penuh adalah tari Bigea Rbeah.
Bigea atau Bigau adalah sejenis tumbuhan semak yang hidup di dalam air terutama di daerah rawa rawa/areal persawahan yang tidak di garap. Tanaman ini secara turun temurun telah dimanfaatkan oleh masyarakat suku Kerinci termasuk masyarakat Kota Sungai Penuh sebagai bahan utama anyaman
Tanaman ini tingginya sekitar 1,5 sampai 2 meter, Jika dihembus angin tanaman ini meliuk liuk menurut irama hembusan angin.Liukkan tanaman ini ibarat seorang gadis yang sedang menari. Dari gerakkan Bigau (bigea) inilah seniman mendapatkan inspirasi untuk menciptakan tari Bigea Rbeah.
Pada awalnya tarian ini dibawakan oleh wanita wanita yang telah memasuki manula dan tarian ini dilakukan para petani di sawah pada saat beristirahat setelah melaksanakan aktifitas menyiangi atau saat panen, akan tetapi belakangan ini tari Bigea Rbeah dibawakan oleh anak anak gadis dan perempuan dewasa, dan tak jarang tarian ini juga digelar pada acara kenduri pusaka atau pada saat acara penyambutan tamu. (Nurul-Aditya dan Budhi VJ). “diulas oleh kerincitime.co.id”