Nasional

Belajar Online itu Bukan Memberi Tugas Online Ya

Kerincitime.co.id, Berita Jakarta – Saat pemberlakuan social distancing dalam upaya memumutus penyebaran virus Corona (Covid-19), sejumlah sekolah meniadakan aktivitas belajar mengajar di sekolah. Dengan begitu, pihak sekolah pun membuat kebijakan belajar dari rumah dengan memanfaatkan teknologi.

Namun dalam prakteknya, banyak keluhan yang dialami baik siswa maupun orang tua siswa. Seorang siswa kelas X di salah satu SMA di Kuningan, Jawa Barat mengeluh karena tensi darahnya naik karena mendapatkan banyak tugas dan dikerjakan menggunakan telefon genggam. Siswa itu merasa mendapatkan tugas online yang lebih berat bobotnya ketimbang tugas di sekolah.

“Sejak belajar di rumah tugasnya melebihi seperti sekolah, sampai tensi saya naik bapak, ibu, 180/100, padahal usia saya masih 16 tahun, tapi anak seeumuran saya sudah kena darah tinggi, tensi saya naik karena saya menghadap ke telepon genggam terus selama berjam-jam untuk mengerjakan tugas-tugas,” ujarnya.

Selain siswa, orangtua pun ada yang mengadu akibat banyaknya tugas yang diberikan guru kepada anaknya, sang anak yang masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD), namun setiap harinya sang anak harus mengerjakan 40 sampai 50 soal. Seorang siswa kelas VII SMP juga melaporkan hal yang sama. Ia harus mengerjakan soal mulai pukul 07.00 sampai 17.00 WIB. Kalau dihitung, siswa SMP tersebut harus mengerjakan 255 soal dalam satu hari.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku menerima pengaduan sejumlah orang tua yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stress karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya. KPAI menduga, kemungkinan besar, para guru memahami home learning adalah dengan memberikan tugas-tugas secara online, dan pengumpulannya pun online.

“Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari 1 jam. Akibatnya, tugas makin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan,” kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangannya, pada pekan lalu.

Menurut Retno, maksud belajar dari rumah sesungguhnya adalah memberikan aktivitas belajar rutin pada para siswa agar tetap terbiasa belajar, menjaga keteraturan. Karena, keteraturan itu penting bagi anak-anak, agar ketika masuk sekolah kembali semangat belajarnya tidak padam dan materi pembelajaran tidak tertinggal.

“Jadi ritmenya bisa diatur bukan malah membuat anak tertekan, perasaaan tertekan dan kelelahan justru dapat berdampak pada penurunan imun pada tubuh anak,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim melihat selama ini pembelajaran online yang diberlakukan sebagian sekolah sangat berbeda dengan yang seharusnya diterapkan. Sebab, metodenya justru membuat stres siswa.

“Pembelajaran daring sebenarnya sangat bagus dan sesuai dengan abad 21. Sayangnya, metode pembelajaran yang dipakai tenaga pengajar malah menyusahkan siswa. Sebab, bukan pembelajaran online tetapi pemberian tugas secara online,” kata Ramli dikutip dari JPNN.com, Senin (13/4/2020).

Menurut Ramli, ada perbedaan antara pembelajaran online dengan pemberian tugas melalui media online. Pembelajaran online adalah metode tatap muka antara guru dan siswa melalui dunia maya.

“Jadi pembelajaran melalui platform pendidikan sebenarnya juga bukan sebuah pembelajaran online yang dilakukan oleh sekolah tetapi pembelajaran online yang dilakukan oleh siswa secara mandiri. Bukan oleh sekolah,” tegas praktis dan pengamat pendidikan ini.

Itu sebabnya IGI mendorong pembelajaran online yang sesungguhnya. Di mana interaksi tatap muka antara siswa dengan guru selalu terjadi pada setiap pembelajaran sesuai jam pelajaran yang telah ditentukan.

Ramli mengungkapkan, berdasarkan pantauan IGI, masalah terbesar para dan siswa-siswa dalam pembelajaran online adalah persoalan kuota data yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pembelajaran dunia maya.

Seharusnya pemerintah melakukan fasilitasi terhadap kuota online ini. Bukan memberikan kuota online kepada platform platform pendidikan tetapi diberikan langsung kepada siswa dan gurunya untuk digunakan dalam pembelajaran online, dikutip dari laman Indopolitika.com.

“Kami saat ini sedang menggalakkan banyak pelatihan online karena teman-teman guru sebenarnya sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran online. Jadi sekarang guru-gurunya lagi dilatih pembelajaran online,” tandasnya. (Irw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button