Suasana Duka Keluarga Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat
Kerincitime.co.id, Berita Jambi – Suasana duka tak henti menyelimuti kediaman keluarga Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat, polisi yang tewas ditembak di rumah dinas Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo pada Jumat pekan lalu.
Pantauan Metro Jambi, Rabu (13/7) siang kemaren, rumah sederhana di Komplek Perumahan Guru SD 74 Sukamakmur itu kembali ramai. Rohani Simanjuntak, tante Yosua, menyampaikan bahwa pihaknya dikunjungi Kapolda Jambi Irjen Pol A Rachmad Wibowo dan tim kesehatan.
Dia menyampaikan, ibu Yosua tak henti menangis. Dia kurang tidur dan istirahat.
“Kepikiran dan bersedih meninggal dunia anaknya. Jadi, wajar kesehatannya kurang,” tuturnya.
Bahkan, saat Kapolda Rachmad berkunjung ke keluarga itu, ibu Yosua kembali mengeluarkan air mata. Ayah Yosua, Samuel Hutabarat, menyebut isterinya bertambah pucat.
Dalam suasana duka dan lemas itu, keluarganya menjalani pemeriksaan oleh Biddokkes Polda Jambi dan tim trauma healing.
Kisah sedih lainnya mengemuka dari keluarga ini. Ama Jairo Simanjuntak, pamannya Brigpol Yosua, meninggal dunia pada Selasa (12/7) sore lalu. Keluarga menyebut dia meninggal dunia karena tidak bisa menahan kesedihan ditinggal Yosua.
Siang Selasa itu lalu, Metro Jambi sempat menyaksikan Jairo muntah-muntah saat duduk-duduk bersama anggota keluarga lainnya. Jairo meninggal dunia dalam perjalanan dari rumah duka ke RSUD Sungai Bahar.
Kemarin, tenda dan kursi masih dipasang di halaman rumah. Warga dan kerabat Brigadir Yosua datang silih berganti. Tampak pula sejumlah polisi berpakaian dinas.
Sementara itu, aplikasi pesan media sosial di handphone keluarga Yosua masih belum bisa diakses. “Seandainya ada keluarga menanyakan kesehatan, tidak bisa kami menjawab karena WhatsApp dan Facebook belum bisa dibuka sampai saat ini,” ungkap Samuel.
Menurut Samuel, ada lima handphone milik anggota keluarganya yang tak bisa dibuka aplikasi WhatsApp dan Facebooknya, yang diduga karena diretas.
Dari Jakarta dilaporkan bahwa Menko Polhukam Mahfud MD juga menyebut kasus penembakan di kediaman Ferdy Sambo itu banyak kejanggalan.
“Kasus itu memang tak bisa dibiarkan mengalir begitu saja karena banyak kejanggalan yang muncul pada penanganan maupun penjelasan Polri sendiri yang tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya,” kata Mahfud di akun Instagramnya @mohmahfudmd, Rabu (13/7).
Menurut dia, kredibilitas Polri dan pemerintah menjadi taruhan dalam kasus ini. “Dalam lebih dari setahun terakhir, Polri selalu mendapat penilaian atau persepsi positif yang tinggi dari publik, sesuai dengan hasil berbagai lembaga survei,” katanya.
Polisi sendiri masih mengolah tempat kejadian perkara, rumah dinas Kadiv Propam di Duren Tiga No 46, Jakarta Selatan. Garis kuning tak dipasang kembali setelah dilepas pada Selasa malam seusai olah TKP pertama kali.
Pukul 12.30 WIB, sejumlah polisi memeriksa kamar yang menjadi tempat kejadian berdarah yang menewaskan Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Tim Puslabfor Polri membawa satu koper dan petugas Indonesia Automatic Fingerprint System (Inafis) berseragam putih membawa tiga koper dari rumah tersebut. Anggota kepolisian kesana kemari menaruh barang ke dalam mobil.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo membentuk tim khusus untuk membantu mengungkap kasus ini. Inspektur Pengawasan Umum Polri Komjen Pol Agung Budi Maryoto mengungkapkan, tim khusus akan bekerja objektif, transparan, dan akuntabel.
“Tim khusus bekerja mandiri, melaksanakan pendalaman olah tempat kejadian perkara, sudah melakukan pemeriksaan saksi, termasuk pendalaman hasil autopsi dengan memedomani ‘scietific crime investigation’,” kata Agung Budi di Mabes Polri, Rabu (13/7) kemaren.
Selain melibatkan satuan internal Polri, tim khusus ini juga melibatkan Komisi Kepolisian Nasional dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Agung Budi ditunjuk sebagai ketua tim.
Komisioner Kompolnas Benny Mamoto menyebutkan langkah Kapolri membentuk timsus dalam kasus ini sebagai wujud transparansi dan memastikan bahwa proses penyidikan sesuai dengan aturan dan objektif.
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menyatakan pihaknya bekerja secara mandiri dan independen sesuai mekanisme internal lembaga tersebut. Katanya, Komnas HAM akan memanatau jalannya proses pengungkapan kasus.
Peristiwa penembakan antaranggota polisi di rumah dinas Kadiv Propam terjadi pada Jumat (8/7) lalu, pukul 17.00 WIB. Menurut polisi, penembakan bermula saat Yosua diduga melecehkan dan menodong isteri Kadiv Propam, Putri Ferdy Sambo.
Teriakan Putri didengar oleh petugas lain yang ada di rumah tersebut, yakni Brigadir E. Sempat tembak menembak, Yosua tewas dengan empat peluru mengenai sejumlah bagian badannya. Brigadir E sendiri tidak terkena tembakan. (Irw)
Sumber: Metrojambi.com