Di Pilgub Jambi PDIP Disebut ‘Melancurkan Diri’
Kerincitime.co.id, Berita Jambi – Arah dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jambi 2020 hingga saat ini masih menjadi tanda tanya.
Kenapa tidak, plin-plan nya partai berlambang banteng tersebut dalam memutuskan arahnya pada Pilgub Desember mendatang menuai polemik di internal partai seperti dilansir pemayung.com.
Partai politik dengan 9 kursi di DPRD Provinsi Jambi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi semua kandidat bakal calon Gubernur dan wakil gubernur Jambi di Pilkada 9 Desember baik dari internal maupun eksternal partai.
Pasalnya berdasarkan kabar yang santer belakangan ini, PDI-P disinyalir memilih kader diluar partainya ketimbang dua kader terbaiknya yakni Syafrial dan Abdullah Sani.
Isu terhangat saat ini, dukungan PDI-P mengerucut ke pasangan CE-RATU. Tak hanya itu nama Ratu Munawaroh disebut-sebut akan berpindah parpol dari PAN ke PDI-P apabila dirinya mendapatkan dukungan dari partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut.
Kenapa tidak, seperti foto yang beredar CE-Ratu bertemu langsung sekjend DPP PDI-P Hasto Kristiyanto. Pertemuan ini sekaligus mempertegas isu-isu yang berkembang selama ini di mana Ratu yang rela meninggalkan PAN demi meraup restu dari PDIP asalkan bisa diusung di Pilgub Jambi berkoalisi dengan Partai Golkar
Al hasil pertemuan tersebut pun langsung direspon oleh Bupati Tanjung Jabung Barat (Tanjabar) dua periode yang juga kader potensial PDIP, Syafrial.
Menurut Safrial, semua keputusan ada di DPP, dan itu terarah PDIP.
“Kader murni PDIP tidak kalah kualitas dengan pendatang baru, itu terserah PDIP,” kata safrial seperti dirilis ampar.id media partner pemayung.com, pada Jum’at (03/07/2020).
Dalam percakapan melalui telepon seluler pribadinya, dengan nada lantang Syafrial menegaskan dengan menyebutkan apakah partai pemenang “mau melacurkan diri” kita lihat saja, kata Syafrial.
Tak sampai disitu saja, Syafrial kembali menjelaskan seyogyanya berpolitik harus melihat dan beretika, jangan sedikit-sedikit melihat orang dengan materi atau uang.
“Politik juga harus beretika, jangan mengukur orang dengn uang,” tegasnya.
Kabar ini pun mendapat tanggapan dari Pengamat Politik Jambi Asad Isma, menurutnya kemungkinan PDIP ke Ratu tetap ada, misalnya, seperti disetting acara haul ayah ibu ratu ditasikmalaya.
“Dilakukan DPC PDIP taksimalaya, itu simbol dan pertanda ada komunikasi politik, apalagi hari ini (Jum’at) ada pertemuan CE-ratu dengan sekjen DPP PDIP hasto dan ini signal.” kata Asad, Jum’at malam (03/07/2020).
Menurutnya, Bila dukungan PDIP terhadap Ratu terjadi ini pertanda PDIP sudah keluar dari tradisi selama ini, “Dimana PDIP selalu kokoh mendukung kader murni, ini berarti Abdullah Sani dan Safrial Sebagai kader murni, di abaikan,” tuturnya.
Apa efeknya, secara Psikologi politik jika PDIP mengusung diluar kader?
Asad menjelaskan, pasti ada, kesolidan kader akan goyah. Dikatakan nya, Walaupun ada desentralisasi/otonomi dibidang pembangun, namun di bidang politik tetaplah sentralistik, “dimana DPP sangat menentukan, dan ketika pendaftaran di KPU, rekomendasi DPP partai yang menentukan legalitaas dukungan”, sebutnya
“Pola seperti ini, yang mengakibatkan terabainya kader potensial tidak mendapatkan dukungan DPP partai,” tutup Asad. (red)