Forbes Merilis 50 Orang Terkaya di Indonesia
Kerincitime.co.id, Berita Jakarta – Forbes Asia dan Forbes Indonesia kembali merilis daftar orang terkaya Indonesia di 2019. Secara keseluruhan, pada tahun 2019 total kekayaan bersih para pengusaha Indonesia naik US$ 5,6 miliar dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi US$ 134,6 miliar, dilansir Brito.id media partner Kerincitime.co.id.
Dalam edisi cetak per Desember 2019, Forbes Asia dan Forbes Indonesia menyebutkan Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono atau Hartono bersaudara masih menempati urutan teratas orang terkaya di Indonesia selama 11 tahun berturut-turut.
“Nilai kekayaan bersihnya mencapai US$ 37,3 miliar, seiring dengan naiknya harga saham PT Bank Central Asia Tbk,” seperti dikutip dari rilis, Kamis, 5 Desember 2019. Jika dirupiahkan, nilai kekayaan Hartono bersaudara Rp 525,32 triliun.
Pada urutan kedua, terdapat keluarga Widjaja yang terdiri dari beberapa pewaris Grup Sinar Mas dengan total kekayaan bersih US$9,6 miliar. Pendiri Grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja wafat pada Januari lalu. Tahun lalu, ia menempati peringkat ketiga dengan kekayaan sebesar US$ 8,6 miliar.
Adapun taipan dengan kenaikan aset terbesar tahun ini adalah Prajogo Pangestu yang memiliki bisnis utama di bidang petrokimia dan energi. Peringkat kekayaan Prajogo melonjak ke urutan ketiga dengan kekayaan bersih US$ 7,6 miliar, dari US$ 3 miliar tahun lalu.
Kenaikan aset tersebut seiring dengan optimisme investor pada prospek perusahaan yang mengerek harga saham Barito Pacific.
Pengusaha lain yang kekayaannya melonjak signifikan adalah Boenjamin Setiawan. Pendiri Kalbe tersebut berada di urutan kedelapan dengan nilai aset bersih naik 36 persen menjadi US$ 4,35 miliar.
Harga saham operator rumah sakit PT Mitra Keluarga Karyasehat, yang merupakan perusahaan holding terbesar kedua milik Boenjamin, melejit dua kali lipat dalam 12 bulan terakhir setelah mengakuisisi tujuh rumah sakit di Indonesia. Mitra Keluarga sekarang mengoperasikan 28 rumah sakit di seluruh Indonesia.
Forbes mencatat ada lima pendatang baru dalam daftar tahun ini, seperti Winarko Sulistyo (No. 27, US$1,2 miliar), yang menjual 45 persen saham produsen kertas kemasan PT Fajar Surya Wisesa ke Siam Cement Thailand pada Mei seharga $ 557 juta.
Ada juga penggemar mobil Ferrari yang juga pengusaha konstruksi Donald Sihombing (No. 34) dengan kekayaan US$ 970 juta). Donald adalah pendiri dan presiden direktur PT Totalindo Eka Persada, perusahaan konstruksi yang membangun hotel Four Seasons di Jakarta.
Selain keluarga Widjaja, ada dua pendatang baru lainnya yang masuk dalam daftar menggantikan mereka yang meninggal. Keluarga Ciputra (No. 25) mewarisi kekayaan taipan properti Ciputra senilai US$ 1,3 miliar. Ciputra meninggal pada November lalu pada usia 88 tahun.
Sementara Keluarga Hamami (No. 46) dengan kekayaan US$ 660 juta menggantikan almarhum Achmad Hamami, mantan pilot jet yang mendirikan Tiara Marga Trakindo yang merupakan distributor alat berat merek Caterpillar.
Nama pengusaha tekstil Iwan Lukminto kembali masuk dalam daftar Forbes di No. 50 dengan kekayaan US$585 juta, setelah satu tahun absen dalam daftar.
Meskipun nilai tukar rupiah dan pasar saham Indonesia masing-masing naik tipis sebesar 1,5 persen dan 1,6 persen dibandingkan tahun lalu. Sebanyak 20 pengusaha dalam daftar Forbes mengalami penurunan nilai aset bersih.
Di antara mereka adalah Susilo Wonowidjojo yang kekayaannya turun US$2,6 miliar dan tergelincir ke nomor 4 dari nomor 2. Penurunan ini di antaranya dipicu oleh penurunan harga saham Gudang Garam milik Susilo setelah September lalu pemerintah mengumumkan akan menaikkan cukai rokok sebesar 23 persen tahun depan.
Adapun daftar 50 orang terkaya di Indonesia dikompilasi dengan menggunakan data kepemilikan saham dan informasi keuangan yang diperoleh dari keluarga dan individu, bursa efek, laporan tahunan dan analis.
Peringkat Forbes tersebut mencantumkan kekayaan individu dan keluarga, termasuk yang dibagi di antara kerabat. Perusahaan swasta dinilai berdasarkan perusahaan serupa yang diperdagangkan secara publik. Aset perusahaan publik dihitung berdasarkan harga saham dan nilai tukar pada 19 November 2019. (Irw)