Kerincitime.co.id, Berita Jambi – Erna, seorang eksportir itu lebih memilih memboyong Kopi Arabica Kerinci lewat Pelabuhan Belawan, Kota Medan. Dunia akhirnya mengenal Kopi Arabica Kerinci North Sumatera–Sumatera Utara–, bukan lagi Kopi Kerinci Jambi.
Tiga kontainer setiap bulannya, Kopi Arabica Kerinci itu di ekspor Erna ke sejumlah negara–Utamanya Amerika Serikat–, lewat Pelabuhan Belawan, Medan dilansir jambilink.com media partner kerincitime.co.id.
“Dunia pun kini mengenal Kopi Arabica Kerinci North Sumatera, bukan lagi kopi Kerinci Jambi,”cerita Guntur, Kepala Balai Karantina Pertanian Provinsi Jambi, pada acara pelepasan ekspor komoditas pertanian Provinsi Jambi di halaman Pelabuhan Talang Duku, Kamis 15 Agustus 2019.
Guntur takjub. Daerah paling ujung barat Provinsi Jambi itu rupanya menyimpan banyak harta karun. Potensi Kopi misalnya, arabica Kerinci bisa memproduksi 60 ton tiap bulannya. Arabica terhampar subur di lahan seluas 30 Ribu hektar. Sementara robusta terhampar di 20 Ribu hektar lahan.
Belum lagi kayu manis alias Cassiavera-nya. Cassiavera Kerinci adalah komoditi ekspor kelas wahid di dunia.
Permintaannya tinggi, menurut Guntur, terutama di negara-negara eropa.
Tapi sayang. Tiga kontainer tiap bulannya, Cassiavera Kerinci itu diboyong ke luar lewat Pelabuhan Tanjung Priuk. Sebagiannya di ekspor lewat Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Semestinya, Jambi bisa mendapat inkome besar bila dua komoditi itu di ekspor lewat Pelabuhan Talang Duku Jambi.
Sampai-sampai tim Pelindo, Dinas Perdagangan Provinsi Jambi dan Balai Karantina bergegas turun ke Kerinci, beberapa pekan lalu. Mereka mencari info kenapa eksportir ogah menggunakan Pelabuhan Talang Duku?
Padahal, Pelabuhan Talang Duku, yang dibawah kontrol PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II itu, sebenarnya tak kalah hebat.
Sandha Trisharjantho, General Manager Pelabuhan Talang Duku mengklaim, mereka punya dermaga lumayan gede. Ada kargo dan pergudangan. Mereka juga punya alat bongkar muat lumayan canggih dan peti kemas standar dunia.
Pelabuhan Talang Duku diklaim sangat mumpuni untuk mengeskpor Cassiavera ataupun Arabica Kerinci ke Luar Negeri.
Sejak tiga tahun belakangan( 2017-2018), ekspor komoditi pertanian memang nihil di Pelabuhan Talang Duku. Baru tahun inilah, ekspor komoditi pertanian bergeliat lagi. Tapi, komoditi Cassiavera dan Kopi Kerinci yang mendunia itu tak kunjung mampir.
“Makanya kita ajak Balai Karantina kerjasama bawa komoditi Kerinci ekspor lewat sini,”kata Sandha Trisharjantho.
M Dianto, Sekretaris Daerah Provinsi Jambi pun menaruh asa yang sama.
Datang mewakili Gubernur Jambi, Dianto yang mengenakan batik corak merah itu heran kenapa produk Jambi banyak di ekspor lewat pelabuhan Belawan Medan, Teluk Bayur Padang dan Bengkulu.
Akibatnya, kata Dianto, sumbangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor ekspor di Jambi sangat minim, hanya urutan keenam di Sumatera, malah di bawah Bengkulu.
“Kami mohon dukungan Pelindo,,”singkatnya.
“Tolong ajak eksportir Jambi kirim hasil pertanian lewat pelabuhan Talang Duku. Supaya Nilai ekspor bisa naik,”katanya.
Pelepasan ekspor komoditi pertanian Provinsi Jambi senilai Rp 23 Miliar hari itu menegaskan satu hal : Pelabuhan Talang Duku bersiap diri.
Ada 6 komoditas yang dilepas resmi oleh Kepala Badan Karantina Pertanian bersama Gubernur Jambi itu.
Berikut rinciannya.
- PT Indonesia Fibreboard Industry dengan komditas kayu olahan senilai Rp 1,6 Miliar dengan tujuan ekspor ke Negara Jepang.
- PT Spicelinx dengan komiditi Pinang senilai Rp 1,8 Miliar tujuan ekspor Thailand.
- PT Erasakti Wiraforestama dengan komoditi Cangkang Kelapa Sawit senilai Rp 9,7 Miliar tujuan negara Jepang.
- PT Bintang Selamanya dengan komoditi Pinang senilai Rp 5,9 Miliar tujuan thailand dan Iran
- PT Super Home Product Indonesia dengan komoditi kayu olahan senilai Rp 153 juta tujuan China dan.
- PT Hok Tong dengan komoditi karet senilai Rp 3,8 Miliar tujuan China
Adapun Ali Jamil, Kepala Badan Karantina yang turut hadir ke Jambi memaparkan potensi komoditi ekspor dalam negeri.
Ia misalnya, menjelaskan 50 ton sarang walet asal Jambi telah di ekspor keluar. Ekspor walet secara nasional, kata dia, berjumlah lebih dari 1.500 ton atau setara Rp 40 Triliun.
Ali Jamil pun membeberkan potensi besar cangkang sawit sebagai salah satu komoditi ekspor. “Kalau dulu tak laku, sekarang susah nyarinya,”ujar Ali Jamil sembari melempar senyum.
Komoditas lain, seperti Lipan kering laku dijual Rp 1,2 Juta per kilogram di Vietnam. Sedangkan larva dihargai Rp 1 juta perkilogram di Belanda dan Perancis.
Ali Jamil pun mendorong provinsi jambi membuat terobosan komoditas ekspor.
“Kalau pengen tahu di mana saja pasarnya, datang ke kantor saya di Jakarta,”ujarnya bernada serius.
Sementara Dr Jafar Ahmad Kepala Perwakilan Ombudsman Provinsi Jambi menegaskan pihaknya siap membantu PT Pelindo meningkatkan kenyamanan pelayanan eksportir. Sehingga berdampak pada meningkatnya arus ekspor di pelabuhan tersebut.
“Kita siap memastikan proses pelayanan publik di pelabuhan berjalan baik,”katanya.
Ombudsman, kata dia, bersiap memelototi pergerakan ekspor di pelabuhan Talang Duku agar praktik pungli enyah. Sehingga para eksportir nyaman menggunakan pelabuhan Talang Duku dan agar tak ada lagi produk asli Jambi yang diklaim orang luar.(red)