HOT NEWS

Gawat! PLTA Ancam Wisata Air Terjun Telun Berasap

Kerincitime.co.id, Berita Kerinci – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Telun Berasap di Kecamatan Gunung Tujuh, Kerinci, mengancam Air Terjun Telun Berasap, salah satu obyek wisata ikonik Provinsi Jambi. Berlindung di balik sejumlah dokumen, PT Salsabila Hydro Energy (PT SHE) ngotot mengobrak-abrik eksistensi kawasan wisata tersebut.

Ancaman terhadap Telun Berasap terbaca secara nyata dalam dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang diajukan oleh PT SHE pada April 2020.

“Dari sekian banyak pengajuan AMDAL, pembahasan dokumen PLTA Telun Berasap ini terbilang alot dan lama,” ujar sumber Metro Jambi di Komisi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Provinsi Jambi, Rabu (3/2/2021)

Sumber lain di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi mengungkapkan, poin pembahasan yang lama menjadi bahan diskusi adalah ancaman terhadap Air Terjun Telun Berasap akibat berkurangnya debit air secara drastis. Bila Air Terjun Telun Berasap tidak lagi lagi berasap, maka hilangnya ikon wisata alam tersebut.

Dari salinan dokumen yang didapat Metro Jambi diketahui bahwa, PLTA Telun Berasap Dalam direncanakan dibangun dengan kapasitas 2×8 Megawatt (16 MW) di atas area seluas sekitar 24 hektar. PLTA ini dibangun di aliran Sungai Batang Sangir.

Bendungannya dibangun di bagian atas Air Terjun Telun Berasap, sedangkan turbinnya dibangun di bagian bawah. Saat operasional nantinya, sebagian aliran air yang selama ini menuju air terjun akan dialihkan melalui pipa besar untuk menggerakkan turbin.

Baca juga:  Politisi Kecam Eks Pejabat Pendukung Paslon HTK yang Lecehkan Profesi Petani

PT SHE menyatakan, PLTA ini membutuhkan debit air sebesar 11 meter kubik per detik untuk menggerakkan dua turbin masing-masing berkapasitas 8 MW itu. Sedangkan rerata debit air Sungai Batang Sangir adalah 23,09 meter kubik per detik.

Angka rerata debit ait itu didapat dari data pengujian dengan tiga instrumen Automatic Water Level Recording (AWLR) milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Air SDA Bandung (Pusair), Dinas PSDA Sumatera Barat dan Hobo milik PT SHE sendiri.

Maka, pada tahap operasional PLTA, debit Air Terjun Telun Berasap hanya tinggal 12,09 meter kubik per detik atau hilang sebanyak 50 persen lebih. “Pada musim kering atau kemarau, debitnya bisa sampai 9 meter kubik per detik,” tambah sumber tersebut.

Namun, angka 9 meter kubik per detik itu bisa saja lebih kecil mengingat di musim kemarau kebutuhan air untuk PLTA tetap 11 meter kubik, sementara debit Sungai Batang Sangir saat itu bisa saja mencapai di bawah 20 meter kubik per detik.

Inilah yang mengkhawatirkan masyarakat yang selama ini hidup dari potensi wisata Air Terjun Telun Berasap, antara lain masyarakat Desa Telun Berasap sendiri, Desa Pelompek, Pelompek Pasar Baru dan Desa Sungai Jernih.

Permasalahan ini sudah sering disampaikan oleh tokoh masyarakat setempat, terutama ketika PT SHE mengadakan sosialisasi sejak 2017.

Baca juga:  Puluhan Ribu Warga Memadati Kampanye Akbar AZ-FER di Lapangan Merdeka

“Berapa persen air terjun Telun Berasap yang akan diambil dan akan dialirkan ke turbin? Bila berkurang debit air terjun tersebut maka air terjun kami bukan Air Terjun Telun Berasap lagi,” ujar Ahmad Benyamin, salah seorang warga dalam pertemuan yang dihelat di Kantor Camat Gunung Tujuh pada 8 Desember 2017.

Ada pula yang mengingatkan bahwa air terjun itu “didapat” melalui “perang besar” pada 1980-an karena letaknya di perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Barat. “Mohon dikaji dampak positif dan negatif kegiatan ini. Mohon dipertimbangkan bahwa Air Terjun Telun Berasap sebagai tempat wisata kami,” kata Zakaria, Ketua BPD Pelompek Pasar Baru di masa itu.

Tidak satu pun perwakilan PT SHE menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar ancaman terhadap objek wisata yang dulu sempat tenar dengan nama Letter W itu. “Untuk dampak-dampak yang ditimbulkan akan dikaji mendalam pada studi AMDAL,” jawab perwakilan PT SHE kala itu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci Juanda Sasmita mengakui pernah diundang berdiskusi dengan Komisi AMDAL dan pihak terkait lainnya untuk membahas kajian PLTA Telun Berasap pada 2020 lalu. Rapat diadakan di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi.

Dijelaskannya, PT SHE memang akan membangun bendungan sebelum air terjun untuk dialihkan ke pembangkit. Artinya, akan ada pengurangan debit air terjun.
Karena itu, saat itu Juanda meminta tim konsultan penyusun ANDAL menjelaskan soal berkurangnya debit Air Terjun Telun Berasap itu. Dia menanyakan, apakah ikon pariwisata Provinsi Jambi, yakni Air Terjun Telun Berasap masih berasap. “Tim teknis menjawab masih bisa berasap,” ujarnya, Selasa (2/2/2021).

Baca juga:  Monadi-Murison Raih Dukungan Tokoh Besar

Mantan Kadis Sosial Kerinci ini mengatakan, dengan adanya PLTA ekonomi masyarakat akan terbantu. Sebab, selain menjadi obyek wisata, proyek ini akan menyerap tenaga kerja. Dia mengaku mendengar adanya penolakan. “Tapi pihak PT SHE berjanji akan menyelesaikannya,” tandasnya.

Direktur PT SHE Paisal Kadni SE yang dihubungi per telepon pekan lalu sempat menanyakan pentingnya mengkritik proyek yang kini sedang dalam tahap pembebasan lahan itu.

“Kalau sudah dibangun, sudah jalan, mau dikritik silakan. Ini mulai saja belum. Nggak usaha lah (dikritik) dulu,” ujarnya.

Adanya protes masyarakat yang belum terjawab dalam dokumen ANDAL dan dalam Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL). “Semua sudah sesuai prosedur itu. Tidak ada yang disalahi. AMDAL kan sudah selesai. Apalagi?” ujarnya.

Namun, dia tidak bisa menjelaskan solusi atas hilangnya pendapatan masyarakat akibat turunnya nilai wisata Telun Berasap. Dia hanya menegaskan, PLTA yang dibangunnya nanti akan memberikan pendapatan asli daerah (PAD) lebih besar lagi dibandingkan PAD dari sektor wisata.

Sumber : Metrojambi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button