Kerincitime.co.id, Berita Jambi – Kurva kematian akibat virus corona di Provinsi Jambi naik tajam dalam sebulan terakhir. Bahkan, dalam lima hari terakhir tercatat 37 pasien Covid yang meninggal dunia di sejumlah daerah. Kematian tertinggi terjadi di Kota Jambi.
“Periode 22-26 Juli 2021 saja jumlah kematian karena terpapar Covid-19 mencapai 37 orang,” ujar juru bicara Satgas Covid-19 Provinsi Jambi Johansyah, Senin (26/7/21) kemaren. Diakuinya, peningkatan angka kematian ini sangat tajam.
Secara rinci, pada 22-23 Juli tercatat per hari tujuh kematian. Lalu, pada 24 Juli terdapat sembilan kematian, yakni tiga di Kota Jambi, tiga di Merangin dan masing-masing satu di Tanjabbar, Tanjabtim dan Tebo.
Selanjutnya, pada 25 Juli 2021 tercatat lagi delapan kematian, yakni empat di Kota Jambi dan masing-masing dua orang di Tanjabbar dan Merangin. “Untuk hari ini (Senin, 26/7), ada enam kematian, yakni dua di Kota Jambi, tiga di Muarojambi dan satu di Tebo,” papar Johansyah.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, total kematian akibat Covid-19 di Provinsi Jambi per 25 Juli mencapai 365 atau naik sebanyak 119 orang dalam tempo sebulan (periode 27 Juni-25 Juli 2021). Kenaikan ini sangat signifikan dibandingkan periode 27 Mei-26 Juni dengan kenaikan 81 kasus.
Lima daerah yang mencatat angka kematian tertinggi adalah Kota Jambi (121), Batanghari (51), Merangin (50), Tebo (40) dan Tanjab Barat (36). Pertambahan signifikan terjadi di Kota Jambi. Bila pada periode 27 Mei-26 Juni terjadi penambahan sebanyak 37 kematian, periode 27 Juni-25 Juli bertambah 51 kematian.
Pertambahan terbesar kedua dalam sebulan terakhir terjadi di Tanjab Barat, yakni sebanyak 32 kasus pada periode 27 Juni-25 Juli 2021. Inilah salah satu yang menyebabkan Tanjab Barat masuk ke dalam zona merah atau berisiko tinggi penularan Covid-19.
Data terakhir yang di-update Satgas Covid-19 Provinsi Jambi menunjukkan sudah sebanyak 18.296 orang terkonfirmasi positif dan 13.364 dinyatakan sembuh dan 4.567 dalam proses perawatan atau penyembuhan.
Apa penyebab lonjakan kasus kematian ini, Johan belum memberikan jawaban. Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Raflizar yang dihubungi terpisah juga belum bisa memberikan keterangan. “Saya juga lagi terpapar,” ujar Raflizar, singkat.
Belum terkonfirmasi apakah meningkatnya kematian itu karena masuknya virus corona varian delta atau penyebab lain. Yang jelas, tak hanya Raflizar, sejumlah pihak yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 kini juga terpapar virus Covid-19.
Di Tanjung Jabung Barat, dokter dan tenaga kesehatan dirawat dan diisolasi karena terpapar virus Covid-19. Di antara mereka adalah dokter dan nakes di Instalasi Gawat Darurat RSUD KH Daud Arif Kualatungkal dan Puskesmas Pijoan Baru di Tebingtinggi.
Informasi yang diperoleh Metro Jambi, di IGD RSUD KH Daud Arif terdapat satu dokter dan empat nakes dinyatakan positif terkena Covid-19. Sedangkan di Puskesmas Pijoan Baru terdapat 12 nakes yang dinyatakan positif.
Jubir Covid 19 Tanjabbar Taharrudin pada Senin (26/7/21) kemaren mengakui adanya sejumlah dokter dan nakes terpapar Covid-19 di IGD RSUD KH Daud Arif dan Puskesmas Pijoan Baru. Karena itu, kata dia, IGD dan puskesmas tersebut ditutup sementara waktu.
Taharrudin menyebutkan, penutupan Puskesmas Pijoan Baru dilakukan hingga Rabu (28/7/21). Selain yang dinyatakan positif, kata dia, sebanyak 23 nakes menjalani isolasi mandiri.
Walau ditutup sementara, lanjut Taharrudin, pelayanan IGD di puskesmas itu bisa dibuka bila memang ada masyarakat yang memerlukan. “Kalau tidak, mau kemana masyarakat berobat kalau ada yang emergensi,” kata dia.
Sedangkan layanan di IGD RSUD KH Daud Arif ditutup selama lima hari, tetapi ada kemungkinan dipercepat menjadi hanya tiga hari. “Layanan di IGD RS ini sementara dialihkan ke puskesmas Tungkal 1 dan Tungkal 2 untuk saling membantu,” ujarnya.
Karena itu, sejumlah peralatan di IGD RSUD dipindahkan ke dua puskesmas tersebut. “Peralatan mulai ada yang digeser ke puskesmas,” ucapnya
Selama tutup, terhadap seluruh nakes dan pegawai IGD dilakukan pengujian dan tracing oleh tim Gugus Covid-19. “Tracing ini kan butuh waktu, makanya ditutup,” jelasnya.
Secara resmi penutupan IGD disampaikan juga oleh Direktur RSUD KH Daud Arif Elfry Syahril. Dalam surat edaran bertanggal 26 Juli, Elfry mengatakan, IGD ditutup selama masa sterilisasi dan tracing nakes yang terdampak.
Selama berlangsungnya proses sterilisasi dan tracing, IGD tidak menerima pasien baru.
Tingginya angka kematian ini cukup mengkhawatirkan banyak pihak. Wali Kota Jambi Syarif Fasha, yang daerahnya harus menerapkan PPKM Level-4, Senin (26/7/21) kemaren siang langsung memanggil para direktur rumah sakit, puskesmas serta berkoordinasi dengan Polda dan Korem.
Salah satu yang menjadi penekanan Fasha adalah penambahan tempat tidur khusus Covid di rumah sakit dan menjamin ketersediaan oksigen. Data per Minggu (25/7/21), bed occupancy rate (BOR) yang mencapai 100 persen hanya di RS Siloam, yang menyediakan sebanyak 23 tempat tidur khusus Covid-19.
Sedangkan di rumah sakit lainnya masih tersedia tempat tidur yang bisa digunakan pasien Covid-19. RS Raden Mattaher menyedian 83 tempat tidur dengan keterisian sebanyak 73 pasien (sisa 7 tempat tidur). Di RS Abdul Manap masih tersisa 14 dari 52 tempat tidur yang disediakan.
Selain soal tempat tidur dan oksigen, kata Fasha, juga dibahas soal keraguan sejumlah RS mendapat jaminan pembayaran dari pemerintah walau tidak bekerja sama dengan BPJS. “Kita sudah nanya ke pusat, itu nanti dibayar,” jelas Fasha. (Irw)
Sumber: Metrojambi.com