Minim penghargaan Pemkkot Sungai Penuh terhadap Pejuang Mayjen H.A.Thalib Oleh: Aditya Maha Puutra dan Budhi VJ Rio Temenggung
17 Agutus kemaren Republik Indonesia genap berusia 70 tahun, di Usia yang ketujuh puluh tahun banyak cita cita para pejuang yang mulai di wujudkan, dan masih beragam persoalan persoalan yang harus di selesaikan
Orang bijak pernah mengatakan :Bangsa yang besar adalah bangsa yang pandai menghargai jasa jasa dan perjuangan yang dilakukan para pejuang / pahlawan yang dengan rela telah mempertaruhkan segenap jiwa dan raga demi membebaskan tanah air dari belenggu penjajah. Dan Bung Karno pejuang dan tokoh proklamator Republik Indonesia dalam sebuah pidato politiknya mengatakan” kita jangan sekali kali melupakan sejarah”
Seperti daerah daerah lain di nusantara,alam Kerinci (Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci ) pernah mengalami penderitaan akibat dari kekejaman penjajah Belanda dan Jepang yang telah menjajah tanah air dalam waktu cukup panjang
Dari rahim ranouh alam Kincai, tepatnya di dusun Sungai Penuh wilayah adat depati nan bertujuh Kota Sungai Penuh telah lahir seorang tokoh,pejuang,pemimpin dan Mantan Duta Besar berkuasa Penuh Indonesia untuk negara Malaysia dan mantan atase militer untuk Negara India dan Burma
Mayor Jenderal.H.A.Thalib tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat dusun Sungai Penuh saja, beliau merupakan Jenderal Pertama yang lahir dari bumi sepucuk Jambi Sembilah Lurah.
Dimasa perjuangan menghadapi Belanda, beliau pernah ditembak dan dengan pertolongan Tuhan sang jenderal dapat diselamatkan, sebuah lubang peluru bersarang di salah satu paha Jenderal.
Kepergian Mayor Jenderal.H.A.Thalib kepangkuannya tidak hanya ditangisi oleh bangsanya tapi kesedihan juga dirasakan oleh masyarakat dan pemerintahan disejumlah negara tetangga, dan Pemerintah Republik Indonesia memberikan berbagai bintang dan anugerah untuk Sang Pejuang
Jenderal Pertama dari Propinsi Jambi yang lahir dari rahim anouk batino wilayah Adat Depati Nan Bertujuh Sungai Penuh itu dimakamkan secara upacara militer dalam sebuah acara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Nasional di Kalibata Jakarta.
Namun penghargaan dan penghormatan Pemerintah Daerah terhadap sosok Mayjen.H.A.Thalib di kampung halamannya sendiri “nyaris tak terdengar” bahkan monument/patung setengah dada yang semula di harapkan sebagai simbol perjuangan rakyat dan simbol kebanggaan masyarakatnya kini seakan akan tak di hiraukan dan tidak dipandang dengan sebelah matapun.
Buktinya, Monumen/Patung setengah dada Sang Jenderal yang lembut dan tegas itu se akan akan lenyap di tutupi gerobak gerobak sate dan kedai kedai kuliner,dan tumpukan sampah berserakkan dibawah patung setengah dada itu.
Inikah contoh yang terbaik yang diberikan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh ? inikah cara Pemerintah Kota dan masyarakatnya termasuk pedagang kuliner memberikan penghargaan terhadap jasa dan pengorbanan yang telah diberikan pahlawannya yang telah memperjuangkan kemerdekaan untuk rakyat dan bangsanya? Jawabannya mari kita lihat sendiri kondisi objek monumen / patung setengah dada Jenderal yang terlihat merana jika kita pandang dari lantai tiga Kincai Plaza.
Memang sebuah ironi agaknya sosok ,Guru,Pejuang,Pahlawan,buya dan seorang negarawan itu seakan akan sengaja di meranakan oleh masyarakat dan pemimpin di negerinya sendiri.
Memang mesti disadari, apalah artinya sebuah patung dan monumen di pusat kota Sungai Penuh itu, ia hanya sebuah patung dan benda mati yang tak mampu untuk berkata dan tidak mampu untuk angkat senjata lagi! Tapi di balik keberadaan monumen atau pantung itu tersimpan sebuah nilai dan arti sebuah perjuangan dan kemerdekaan.
Mereka mereka yang menjadi pejabat,penguasa,pengusaha dan entah apa lagi judul jabatan dan profesi itu tidak akan pernah ada, manakala para pahlawan tidak berjuang antara hidup dan mati untuk kemerdekaan bangsanya, tapi sebesar inikah apresiasi yang diberikan untuk beliau?
Muhammad Sanusi,SH, anggota DPRD Kota Sungai Penuh ketika di hubungi jelang detik detik peringatan proklamasi mengemukakan, selaku anggota Dewan dan wakil rakyat Kota Sungai Penuh sangat menyayangkan dengan minimnya apresiasi terhadap Pejuang dan Jenderal Pertama asal Propinsi Jambi kelahiran Dusun Sungai Penuh.
Dewan pernah meminta agar Pemerintah Kota dalam hal ini pak walikota untuk menata kawasan yang semula di peruntukan untuk kawasan hijan dan kawasan parkir di depan Kincai Plaza yang juga terdapat monumen patung setengah dada Mayjen.H.A.Thalib, namun saran dan pendapat kami selaku anggota Dewan belum didengar oleh Pemerintah Kota
Setahu saya Monumen Jenderal H.A.Thalib dibangun dimasa Bupati Kerinci di jabat oleh H.Fauzi Siin, maksud beliau membangun monumen ini tidak lain sebagai salah satu cara untuk menghargai Pejuang sekaligus untuk mewarisi nilai nilai perjuangan kepada generasi muda, disamping itu lokasi ini juga dimanfaatkan untuk lokasi parkir dan ruang terbuka”Ujar Muhamas Sanusi.
Belakangan ternyata kawasan ini dijadikan sebagai kawasan pusat jajan( Sungai Penuh scuwer) akibatnya semua monumen Mayjen.H.A.Thalib menjadi tertutup dan tidak dapat di lihat sama sekali, dan kalau mau melihat monumen Mayjen H.A.Thalib pengunjung hanya dapat melihat dari lantai tiga atau lantai dua Bangunan kincai Plaza”kata Muhamas Sanusi
Buhari tokoh muda Sungai Penuh mengemukakan sejumlah kritikan dan pemberitaan di sejumlah media masa yang mempertanyakan Monumen Pejuang Indonesia Mayjen.H.A.Thalib yang tak terurus hingga berita ini di turunkan belum mendapat respon dari SKPD terkait, saya kira telinga,kepekaan jiwa dan perasan beliau beliau agaknya sudah semakin tumpul.
Jika pemerintah Kota Sungai Penuh tidak lagi menaruh hormat terhadap Monumen atau patung Pejuang ini, alangkah lebih baik baiknya Monumen dan patung Mayjen.H.A.Thalib ini di bongkar dan di pindahkan ke dusunnya di Luhah Pemangku Rajo Sungai Penuh atau di masukkan kedalam musium adat yang konon akan dibangun oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh di Hamparan Besar Tanah Rawang,setidaknya di leburkan hingga menyatu dalam tanah dan keabadiannya Cinta Nya.