Naskah Aksara Incung ditulis dengan benda Runcing
KerinciTime.co.id – Sungai Penuh , Nurul Angraini Pratiwi dan Langit Sae Chaerunisa Mahasiswi Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung asal Jambi dan Kalimantan Selatan mengemukakan bahwa Suku Kerinci sejak masa lampau telah dikenal luas sebagai masyarakat yang telah memiliki adat dan peradaban yang tinggi,berbagai peninggalan kebudayaan banyak tersimpan di alam Kerinci,diantara peningalan peradaban dan kebudayaan itu ialah orang Suku Kerinci sejak 6 abad yang silam telah memiliki Kitab Undang Undang Melayu tertua yang berada di Desa Tanjung Tanah Kecamatan Danau Kerinci , dan Suku Kerinci juga telah memiliki aksara yang dijadikan sebagai media komunikasi oleh masyarakat pemakainya
Mengutip pendapat budayawan alam Kerinci Depati H.Alimin dan Depati Hasril Meizal (2012) pada awalnya aksara Incung ditulis pada media tanduk dan ruas buluh dengan memakai sejenis benda runcing yang guratannya mirip dengan tulisan paku Babilonia kuno. Pada naskah-naskah bertuliskan incung tidak ditemukan penunjuk angka untuk bilangan dan penanggalan yang menyebabkan kesulitan dalam mengetahui usia naskah – naskah tersebut
Bentuk grafis aksara incung Kerinci hampir mirip dengan aksara daerah Sumatera lainnya seperti Batak, Rejang, dan Lampung karena berasal dari satu lingkungan kebudayaan Sumatera yang sama pada masa dahulunya.
Kerinci tidak hanya memiliki aksara incung yang telah diciptakan nenek moyang berabad-abad yang lalu tetapi juga aksara Pallawa pada kitab Undang-undang melayu tertua di dunia yang dituliskan pada daun daluang di desa Tanjung Tanah.”Imbuh Nurul dan Langit” ( Budhi VJ)