Opini: Mungkinkah Terjadi Miltansi Pendukung Zulhelmi?
(Meneropong Dinamik Politik Pilwako Sungai Penuh)
Oleh : Syamsul Bahri
Pilwako Sungai Penuh 23 September 2020, telah melakukan proses baik prpsoses tahapan yang dilakukan oleh KPU dan Bawaslu, termasuk proses penjaringan Bacawako oleh masing-masing Partai Politik yang akan menjadi pengusung (koalisi) atau pendukung Bacawako atau pasangan bacawako untuk mendaftar di KPU kota Sungai penuh pada tanggal 16-18 Juni 2020, yang akan ditetapkan pada tanggal 8 Juli 2020.
Berdasarkan pemantauan di lapangan, sekitar 9 Partai yang membuka pendaftaran untuk rekruitmen Bacawako, yang melalui proses secara sistematis dan bertahap diawali dengan pengambilan formulir, dan terlihat ada 5 Bakal Calon Pilwako yang telah mendaftar ke masing-masing Partai dengan kekuatan kursi masing-masing partai di DPRD Kota Sungai Penuh, dengan proses yang sistematis dan bertahap ini, peluang untuk maju sebagai Calon Wali kota memang harus melalui proses terencana, systematis dan bertahap, sehingga peluang Partai untuk memberikan rekomendasai diluar yang mendaftar, tentunya tidak mungkin, sampai saat ini 3 Partai lainnya tidak membukan pendaftaran, seperti PKS, Demokrat dan PKB yang berart akan memunculkan kader atau calon yang sudah dipercaya untuk maju sebagai Calon Walikota tanpa melalui proses pendaftaran.
Berdasarkan perhitungan kekuatan yang bisa menjadi pengusung pasangan bacawako itu harus memiliki kursi minimal 5 kursi di DPRD Kota Sungai Penuh, dan rata-rata Partai haris menjalin koalisi dengan partai lain untuk mencukupi kursi minimal persyaratan untuk mendaftar secara administrative.
Dari data pendaftaran ke setiap Partai, para bakal calon yang sudah secara nyata dan memenuhi persyaratan ada 5 Bakal Calon yaitu Zulhelmi, Fikar Azmi, Ahmadi Zubir, Pusri Amsy, Meidrin Joni, namun sesuai informasi sampai saat ini semua bakal calon secara resmi belum ada yang mendapat rekomendasi atau surat tugas dari Partai.
Jika kita perhatikan judul tulisan diatas, mungkinkah terjadi militansi pendukung Zulhelmi ???, memang pertanyaan tersebut bukan tanpa dasar, karena saat ini tercermin masih ada yang belum menyatakan mendukung tapi berada di dunia lain dalam basis Zulhelmi, dan kondisi tersebut memang suatu hal itu wajar saja, karena sampai saat ini semua Bacawako belum mendapatkan perahu secara resmi, bukan karena tidak ada partai atau karena lemahnya dukungan financial.
Namun Zulhelmi Bersama tim relawan melakukan pendekatan secara inetnsif dengan partai yang akan mendukung memalui proses yang telah ditentukan oleh masing partai, dan sampai saat ini Zulhelmi telah mendaftar di 10 Partai baik yang membukan pendaftaran maupun yang belum.
Jika kita cermati dari Bakal Calon tersebut, maka terkesan fenomena 212 yang sampai saat ini masih bertahan, dimana Zulhelmi dengan basis Kota Bagian Tengah yaitu Kumun Debai, Pondok Tinggi, Dusun Baru, Sungai Penuh, yang saat ini sedang gencar-gencar melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh baik tokoh termasuk tokoh asli yang berasal dari luar kota Sungai Penuh, seperti tokoh-tokoh Ninik Mamak nan Delapan dan 11 kaum, tokoh kagama (Kecamatan Gunung Raya lama), tokoh Siulak dan Semurup yang berada dan menjadi bagian penting dari penduduk kota Sungai Penuh.
Fikar Azmi dengan basis Kecamatan Tanah kampung, Pusri Amsy dengan basis pendukung Rawang dan Tanah kampung, begitu juga dengan Meidrin Joni dengan basis pendukung Kecamatan Pesisir Bukit dan Pasar Sungai Penuh, dan Ahmadi Zubir dengan basis Pesisir Bukit dan Koto Baru.
Memang tidak dapat dipungkiri politik entitas yang berdasarkan kedekatan emosional dan atau penciptaan kedekatan emosional sesuatu yang tidak dapat ditolak serta berdasarkan melihat sejarah kewilayah menjadi factor penentu untuk seseorang untuk melakukan pilihan disamping factor objektif yang rasional tetap menjadi pedoman dalam menentukkan pilihan pada Pilwako nentinya.
Jika kita lihat dari aspek kedekatan emosional dan basis memang diakui untuk wilayah tengah (Kumun Debai, Pondok Tinggi, Dusun Baru, Sungai Penuh) yang juga didomisli penduduk asli yang berasal dari luar kota Sungai Penuh, saat ini hanya memiliki satu-satunya Bakal Calon Wali Kota yaitu H. Zulhelmi, yang akan maju menuju Wali kota Sungai Penuh, dengan basis yang sangat kuat dan besar menjadi fenomena yang menarik.
Sebagaimana diketahui bahwa selama 2 Periode Pilwako di kota Sungai Penuh, basis ini cenderung menjadi ajang pertaruhan untuk dipecah belahkan oleh calon lain, dengan munculnya lebih dari 1 Calon Walikota dan beberapa wakil wali kota, yang membuat suara wilayah ini terpecah belah dan tidak mungkin untuk dapat meraih sebagai Pasangan Wali Kota Terpilih untuk kota Sungai penuh.
Apalagi jika kita lihat sejarah pembentukan kota Sungai Penuh (dari banyak kesaksian dari tokoh senior) yang diperjuangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci dalam hal ini H. Fauzi Si’in almarhum bersama dengan DPRD Kabupaten Kerinci, dengan segela konsekwensi yang dialami oleh Almarhum Faui Si’in, seyogyannya masyarakat terutama masyarakat adat Depati nan Batujuh, bersyukur dan berusaha memperjuangkan beliau sebagai Pahlawan Kota Sungai Penuh.
Begitu juga perjuangan leluhur pada tahun 1909 yang berhasil membuat dan menetap Wilayah Sungai Penuh menjadi Ibu Kota, yang harus dipertahankan sampai seterusnya dan ini menjadi catatan sejarah bagi Kota Sungai Penuh yang tidak dapat diabaikan dari catatan tersebut, baik pembentukan, maupuh menjadikan wilayah Kecamatan Sungai penuh dsk menjadi ibu kota baik PSK maupun Kabupaten Kerinci.
Kondisi kekuatan basis ini menjadi persoalan bagi bacawako lainnya untuk merebut dan mendapatkan simpatisan dengan berbagai cara, baik menjanjikan jabatan, menjadi wakil Wali kota, serta startegi invisible Hand menjadi strategi yang akan terus dimainkan untuk memecah suara basis Zulhelmi, sebagaimana periode periode sebelumnya.
Dan sesuai pengamatan di akar rumput, walaupun basis ini sampai saat ini masih ada yang belum menunjukan militansinya terhadap perjuangan Wo Zulhelmi, namun secara bertahap untuk mewujudkan militansi dengan menyampaikan sejarah perjuangan menjadi Kota dan menjadi Ibu Kota PSK, Kabupaten Kerinci dan menjadi Kota Sungai penuh, Tim relawan meyakini bahwa militansi masyarakat tersebut akan terwujud.
Proses pendekatan melalui tokoh masyarakat dan tokoh adat, menjadi bagian yang terys dilakukan sampai saat ini, untuk mendaatkan simpatisan bahkan militansi dari masyarakat. ***