Pariwisata/BudayaPendidikan

Sajak-sajak Yeni Purnama Sari

DI KOTA SAMUDERA

 

Tiba di kota samudera

dadaku selalu debarkan resah

seperti gelepar ombak dan riak pecah

semakin mengabur jejak kenang terukir di atas pepasir

seakan tak pernah kota ini menjadi rumah

tempat berpulang segenap rindu, bilik istirah bagi jiwa yang lelah

barangkali kota samudera memang tempat singgah

seperti pelabuhan yang menyambut kedatangan

juga keberangkatan

tanpa harus mengingat wajah-wajah yang datang dan pergi

tiba di kota samudera

udara terasa makin anyir menebar garam di atas luka ingatan

sementara deru ombaknya kian menggila memukul dada.

 

Padang, 5 Maret 2020

 

BADAI PAGI

 

Kecemasan apalagi ditumbuhkan musim di pucuk jantung?

pagi-pagi sekali angin mengamuk

menampar daun-daun hingga terlepas dari tampuk

menjadikan halaman rumahmu bagai gelanggang sehabis perang

namun ada yang lebih ngeri dari badai pagi ini

ialah kabar tentang negeri yang selalu saja nestapa

seakan tak pernah berlalu badai itu

hanya berganti-ganti rupa

dan kita mesti terbiasa mendengar jerit tangis

seperti halnya menyimak lagu-lagu yang diputar radio tiada henti

bagai musik latar yang mengiringi perputaran hari

sampai juga badai itu ke halaman

mendaram-daram pintu dan daun jendela

seperti kecemasan yang memaksa masuk ke rumahmu

melalui corong media di genggaman

meski telah engkau tutup rapat mata dan telinga

melempar koran dan matikan televisi yang sering nyinyir sendiri

berharap terlelap dan menemukan damai dalam mimpi

apa daya…

di pangkal pagi, badai negeri ini telah begitu riuh dan gaduh

mengusik damai tidurmu; satu-satunya jalan ke surga yang kita punya.

 

Baca juga:  Endus Pungli di MAN 1 Sungai Penuh, Kepala Madrasah Dilaporkan ke Kejaksaan

Padang, 5 Maret 2020

 

DENDANG RABAB DARI JAUH

 

Telah disayat sepi malam oleh lengking biola di jari tuan

menusuk ke relung hati yang menyimpan rindu

pada tepian mandi dan laman rumah ibu

kemudian syair-syair yang selalu kisahkan perasaian

terdengar sayup dari bibir si tukang dendang

begitu mahir ia menarikan sakitku

sekaligus menawarnya

oih! betapa pedih sayatnya

kesunyian bilik ini telah diusik kenangan

membentuk siluet di ingatan:

perempuan duduk di pangkal jenjang

di balik kabut yang memudarkan pandang ke halaman

menanti derap kedatangan

sementara ilalang kian meninggi menggapai matahari

lumut hijaukan setapak batu

mencatat gegas laju waktu.

kemudian irama melengking jauh

menjangkau bukit

bergaung di lembah jiwa

menegaskan bunyi kesunyian

diri yang sansai di lengang perantauan

Oi rabab… tolong sampaikan!

 

Baca juga:  Endus Pungli di MAN 1 Sungai Penuh, Kepala Madrasah Dilaporkan ke Kejaksaan

Padang, 5 Maret 2020

 

PETA PERJALANAN

 

Kembali kupatutkan arah langkah

pada peta yang tergambar di ingatan

namun selalu saja

bukan jalan pulang yang kutemu

nama-nama kota tertulis di dada

seperti tawarkan mimpi

hari depan dengan segenap harapan

demi bulan yang kian menepi

dan angka-angka yang ranggas dari almanak dindingĀ  rumah lama

mesti segera kuputuskan setapak mana mesti dijejak

agar sampai tuju ini padamu

sebelum rindu-rindu berguguran dalam tadah doa

membasahi ingatan

tenggelamkan jalan pulang.

 

Padang, 5 Maret 2020

 

NYALA TUNGKU DAPUR IBU

 

Seperti kudengar gemeretak ranting terpanggang api tungku

di dapur ibu

dan jelaga beterbangan tertiup saluang

ialah di sudut rumah paling hangat itu

percakapan kecil kerap terjalin di antara gelegak air tajin

betapa rindu pada masa yang jauh

adalah siksa pedih bagi ingatan

sebab tak ada satupun jalan yang dapat membawaku kembali

ketika angin Rajab membawa semerbak harum senja Ramadan

aku ingin pulang ke dapur ibu

duduk di hadapan tungku

sebagai kekanak yang tak sabar tuntaskan lapar dahaga

mendiamkan gigil di sekujur jiwa

berdiang dalam dekapan jantungnya

sembari menyimak zikir selawat yang dilantunkan anak-anak surau

melepas senja pulang ke palung cakrawala

tungku di dapur ibu nyalakan api kenangan di kepala

sementara baranya menyulut rindu hanguskan dada.

 

Baca juga:  Endus Pungli di MAN 1 Sungai Penuh, Kepala Madrasah Dilaporkan ke Kejaksaan

Padang, 5 Maret 2020

 

*Sajak-sajak ini dimuat di Surat Kabar Haluan edisi Minggu, 12 April 2020.

Biodata Penulis

Yeni Purnama Sari. Lahir 22 Agustus di Kota Kopi Sungai Penuh, Propinsi Jambi. Alumni UIN Imam Bonjol Padang. Pernah bergiat di LPM Suara Kampus, Teater Imambonjol, dan Mantagi Akustik. Karyanya berupa cerpen dan puisi dimuat di berbagai media cetak maupun daring, di antaranya Singgalang, Haluan, Padang Ekspres, Rakyat Sultra, Detikcom, Travesia, Bangai.id, dll.

Tak pernah benar-benar menetap di satu kota. Terkadang pulang ke Padang, sesekali Payakumbuh, dan acapkali ke Sungai Penuh. Menyukai perjalanan, dalam rangka memaknai kepulangan. Sedang mempersiapkan buku puisi tunggalnya yang pertama. Tulisannya yang lain dapat dibaca di blog yenipurnama.wordpress.com.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button