Kerincitime.co.id, Berita Kerinci – Buntut banyaknya keluhan masyarakat Bumi Sakti Alam Kerinci terkait persoalan pelayanan, seperti ketersedian obat-obatan yang sering beli diluar ternyata pihak BPJS belum menebus tagihan dari RSU MH Thalib Kerinci sejak bulan Oktober 2018 hingga Januari 2019.
Selama empat bulan belum dibayar, setiap bulannya Rp. 2,5 M hingga 2,7 M, “selama 4 bulan itu BPJB belum bayar sekitar Rp. 10 M lebih” ungkap Kabid Pelayanan RSU M.H Thalib Yuliman kepada kerincitime.co.id.
Bukan itu saja, dampak dari belum ditebusnya BPJS juga berimbas kepada gaji pegawai honorer, sejak bulan oktober 2018 hingga januari 2019 ini belum juga dibayar.
“dampak dari lambannya BPJS membayar tagihan ini, sebanyak 400 orang lebih tenaga honorer belum terima gaji” ungkapnya.
Selain itu terkait ruangan yang sering kurang, lantaran memang RSU Kerinci kekurangan ruangan, idealnya RSU Kerinci harus memiliki ruangan sebanyak 350 kamar, yang ada saat ini adalah 150 kamar, artinya kurang 200 kamar.
Untuk booking kamar sudah diatur sesuai dengan daftar urut pasian yang lebih dulu masuk, “kamar memang kurang, wajar setiap pasien datang harus menunggu” ungkapnya.
Terkait soal ada pengakuan pasien yang bayinya di biarkan meninggal 3 jam didalam perut, secara medis memang itu yang harus dilakukan, bayi yang meninggal di dalam kandungan harus diupayakan keluar dengan normal, jika dalam tiga hari tidak keluar maka akan ditambah hari hingga 6 hari.
“bayi yang meninggal didalam kandungan, secara menis aturanhya adalah diupayakan keluar dengan normal tidak di operasi, bahkan jika belum keluar dalam tiga hari, maka ditambah hingga 6 hari” ungkapnya.
Soal dokter masuk sering dianggap telat, jadwal pagi Dokter harus ke pasien rawat inap terlebih dahulu, untuk di poli masuk jam 11.00 wib, “dokter pagi periksa pasien rawat inap, didahulukan yang memang kondisinya parah, jadi tidak harus berurutan, setelah itu baru ke poli” ungkapnya.
Untuk operasi, banyak juga keluhan masyarakat, dikit-dikit operasi melahirkan, ditegaskannya bahwa untuk RSU Kerinci bisa dicek bahwa untuk melahirkan diarahkan bagaimana pun bisa normal.
“banyak yang normal melahirkan pasien RSU Kerinci dan sedikit sekali yang operasi, bisa kita cek” ungkapnya.
Namun disisi lain ternyata ada dugaan pasian yang banyak operasi melahirkan adalah pasien dari klinik, bukan dari RSU Kerinci, diduga ada permainan Dokter Spesialis kandungan yang selalu mengarahkan agar pasien operasi, sebab operasi biayanya banyak dan menguntungkan bagi dokter.
Untuk pembelian obat, pasien yang di VIP boleh beli obat diluar, “boleh beli diluar tapi dijelaskan, obat di RS ada yang ini misalnya, sementara jika mau beli diluar silahkan, mau makai obat yang ada di RS silahkan, itu aturanya” ungkapnya.
Parah lagi di lobi antrian pendaftaran, pasien harus antrian panjang jika terkendala jaringan internet, apa lagi kerinci sering gangguan jaringan, diperparah lagi pasien tidak tahu aturan untuk masuk dalam sistim. Contohnya untuk bisa mendaftar pasien harus bawa KTP, KK dan kartu BPJS, “pasien hanya bawa BPJS, jika tidak ada KK maka tidak bisa masuk dalam sistim online” terangnya.
Diakuinya bahwa kelemahan RSU Kerinci adalah Program Komunikasi Efektif, Komunikasi Efektif ini menjadi penting sekali lantaran setiap apa yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien harus dijelaskan, penjelasannya harus rinci sehingga pasien dan keluarga pasien tidak binggung. “contoh perawat atau dokter sudah memberikan obat melalui infus, tapi masyarakat kadang tidak tahu, kok sudah 4 jam di rawat obat tidak ada, padahal obat sudah di masukkan dalam infus, nah ini perlu komunikasi efektif dari perawat” terangnya. (red)