HOT NEWS

Sungai Bungkal Kaya Potensi Heritage

Sungai Bungkal Kaya Potensi Heritage

Oleh: Budhy vj

Kecamatan Sungai Bungkal merupakan salah satu Kecamatan baru hasil pemekaran dengan Kecamatan Induk Sungai Penuh,Kecamatan ini diresmikan tanggal 12 Januari 2013,sedangkan pelantikan Camat Sungai Bungkal dilaksanakan 25 Oktober 2013. Meski kecamatan ini relatif muda usia,namun berbagai gebrakan dan penataan pembangunan terus dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan dengan dukungan dari Pemerintah kota Sungai Penuh.

Hal ini disampaikan Camat Sungai Bungka Zulwachdi,M.Si dalam wawancara khususnya dengan penulis Sabtu yang lalu.Kecamatan Sungai Bungkal merupakan wilayah kecamatan yang spesifik sehingga penanganannyapun harus spesifik pula, wilayah kecamatan Sungai Bungkal secara umum terbagi atas 3 zona yakni di Kelurahan Dusun Baru dan Desa Sumur Anyir merupakan daerah yang memiliki lahan basah berupa areal pertanian padi sawah, sedangkan di kawasan Koto Tinggi merupakan zona perdagangan dan pelayanan jasa, dikawasan ini tumbuh menjamur pusat perdagangan dan jasa seperti perhotelan dan pusat pemerintahan Kecamatan dan pusat pendidikan.

Sedangkan dikawasan dataran tinggi di kawasan desa Talang Lindung-desa Sungai Ning dan desa Pelayang Raya merupakan wilayah perkebunan,industri kecil /kreatif dan kedepan dapat dikembangkan kawasan pariwisata alam dan agro wisata karena di dukung adanya kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang kaya dengan Flora-Fauna dan Plasma Nutfah.

Khusus di Desa Talang Lindung masyarakat di daerah ini telah mengembangkan rekreasi wisata air berupa kolam renang Baruna disamping itu juga terdapat Taman Bunga Puti Snang dan usaha pertanian terpadu dengan komodity utama holtikultura,dan kawasan Talang Lindung kedepan memiliki prospek untuk pengembangan agro wisata, sedangka di Desa Sungai Ning merupakan pusat pertumbuhan usaha ekonomi kreatif dan industri rumah tangga terutama industri aneka makanan ringan”Kata Zulwahcdi”

Menjawab pertanyaan tentang Potensi kebudayaan, Camat Sungai Bungkal mengakui bahwa di wilayah Kecamatan Sungai Bungkal memiliki beragam potensi Heritage, berbagai Tanggible dan Intangible banyak tersebar di Kecamatan Sungai Bungkal, diantara peninggalan kebudayaan adalah tersebarnya beragam artefak dan tinggalan tinggalan masa lampau termasuk makam nenek moyang orang sungai penuh yang juga tokoh ulama penyebar agama Islam nenek Siak Lengih.

Di Kecamatan Sungai Bungkal yang wilayah adatnya tidak terlepas dari wilayah adat Depati(Kiyai) nan Bertujuh Sungai Penuh hingga saat disamping terdapat Jirat juga masih banyak terdapat makam makam tua dengan nisan batu, makam makam tua ini diyakini sebagai makam/kuburan nenek moyang orang masyarakat depati nan bertujuh

Menurut Zulwachdi, situs situs budaya termasuk makam nenek moyang masyarakat 6 Luhah Sungai Penuh di Dusun Bernik. Makam makam nenek moyang masyarakat wilayah adat dusun baru termasuk dusun empyh hingga saat masih dirawat oleh masyarakat adat,

biasanya pada setiap acara kenduri Sko (Kenduri Pusaka) makam makam ini ramai dikunjungi oleh anak anak cucu dari masing masing generasi. Pada umumnya makam makam nenek moyang yang tersebar di dusun dusun dalam wilayah Kecamatan Sungai Bungkal umumnya telah bersentuhan dengan agama Islam,disamping adanya menhir menhir sisa peradaban masa prasejarah

Dikecamatan Sungai Bungkal tepatnya di Koto Pandan Desa Pelayang Raya terdapat makam Nenek Siyak Lengih dan Datuk Singarapi Putih Sirah Dado ,di dusun bernik terdapat makam Nenek Rio Temenggung,Makam Rio Mangku Bumi,Makam Saleb Bujang,Makam Lelo Mencak,Makam Puti Kecik Beranting Emas,Makam Depati Sentiudo Tuo,Makam Depati Pahlawan Negaro, Makam Saleh Bujang, Makam Ngabi Tuo, Makam Ngabi Nengah, Makam Ngabi Bungsu, Makam Ngabi Pandok, Makam Ngabi Ha

Di dusun dusun tradisional yang masih mempertahankan tradisi masa lampau masih dapat kita temui Batu Pasu dan Batu Lesung, Fungsi batu batu adalah sebagai wadah untuk menyimpan air, biasanya batu ini berada di bawah tangga palasa rumah tradisional, sedangkan batu lesung kemungkinan besar digunakan sebagai media untuk menumbuk padi dan obat tradisional dari tumbuh tumbuhan,di dusun Bernik sebuah batu pasu diletakkan berdekatan dengan batu Pulo Neghoi.

Baca juga:  Zarman Pembina ABK Desak APH dan Bea Cukai Tindak Tegas Rokok Illegal

Menurut Zulwachdi Camat Sungai Bungkal bahwa hal yang menarik, pada era peradaban modren saat ini kita khususnya di Kecamatan Sungai Bungkal termasuk desa desa lain yang ada di dalam kota Sungai Penuh kita masih dapat menyaksikan dan menikmati atraksi tarian purba yang dikenal dengan tarian Asyek dan tarian Tolak Bala termasuk atraksi Lukah Gilo ,tradisi merupakan warisan dari peninggalan masyarakat tempo dulu yang telah tumbuh sejak zaman purba,

Tarian ini menurut Camat Sungai Bungkal Kota Sungai Penuh telah ada saat nenek moyang suku Kerinci menganut\kepercayaan animisme, dinamisme dan tarian ini merupakan sebuah tradisi megalitik yang masih menganut kepercayaan kepada roh roh nenek moyang masyarakat pada masa prasejarah

Perlengkapan tarian ini berupa sesajian berupa nasi putih, lepat, nasi kuning, nasi hitam, lemang, bunga tujuh warna, warna sembilan,limau tujuh macam, telur ayam rebus, benang tiga warna, sedangkan peralatan yang digunakan antara lain arai pinang- keris,kain tenunan kerinci,cembung putih,piring putih,dalam sesajian harus ada satu ekor ayam hitam atau ayam putih,ayam panggang dan kelapa tumbuh.

Acara tari Asyek dilakukan pada malam hati mulai pukul 20.00 Wib hingga dini hari ( pukul 04.30) Dengan ritual yang dilakukan beberapa episode yakni acara” Nyerau” atau “Nyaho”,” masouk bumoi” mujoi gureu, ”Mintoak berkeh “ (minta Berkah) dan” mageih sajin” (memberikan sesajian).Ritual Asyek pada masa lampau berlansung selama satu minggu, berbagai persiapan dilakukan oleh dukun atau “Bilan Salih” , orang yang berobat ( keluarganya )

Upacara selama satu minggu disebut ”Marcok ” pada tingkatan proses akhir roh roh nenek moyang akan memasuki sukma pengunjung atau orang yang berobat ,saat roh roh nenek moyang memasuki jiwa (tubuh mereka menjadi ringan mereka dapat memanjat batang bambu,menari diatas pecahan kaca.

Sebelum tarian asyek dilakukan, pihak penyelenggara ,khususnya keluarga yang datang meminta obat atau yang mempunyai hajat mempersiapkan semua kebutuhan untuk upacara tradisional tari Asyek, para wanita biasanya mempersiapkan aneka bunga bunga dan sesajian yang diperlukan untuk acara itu, kebutuhan aneka dedaunan-tumbuh tumbuhan diperoleh dari hutan atau daerah perladangan disekitar dusun,,dedaunan dan bunga bunga yang diperoleh dari hutan itu diserahkan kepada tetua adat atau dukun yang menyelenggarakan upcara ritual ,bunga bunga dan dedaunan itu itu disusun menjadi pupuh, dan sebelumnya pihak warga telah mempersiapkan “Gelanggang” tempat pusat kegiatan ritual dilaksanakan,bunga bunga dan dedaunan serta aneka manakan seperti Lemang ulu nasi putih dan ulu masakan (gulai) juga dipersiapkan untuk menjadi “Jambe” atau sesajian .

Setelah upacara pengobatan atau hajat selesai dilaksanakan dilanjutkan dengan tari Asyek yang merupakan ritual puncak pada acara ritual tradisional alam Kerinci merupakan suatu persembahan yang dilaksanakan dengan menyediakan sesajian, sedangkan mantera yang dibacakan (dilantunkan secara lisan) dilakukan secara berirama dengan gerak gerik yang dilakukan sangat sederhana namun penuh ritme ritme dengan peresepan yang dihubungkan dengan arti Mantera yang diucapkan

Tari asyek ini merupakan suatu bentuk tarian masyarakat Kerinci di masa purba atau disebut tarian primitif yang pelaksanaan dilakukan pada kesempatan dan waktu tertentu, unsur kerawuhannya (trance) sangat dominan dalam penampilan tarian ini.

Upacara tari Asyek ini tumbuh ditengah tengah masyarakat suku Kerinci termasuk masyarakat di wilayah adat Dusun Baru,Dusun Empyh dan sekitarnya sejak masa lampau,yang sangat menghormati dan memuja roh roh para leluhur mereka, kemudian terbawa arus zaman yang kemudian berasimilasi dengan kebudayaan Hindu yang mempercayai para Dewa dewa, sehingga mantra pemujaannya selain ditujukan kepada roh roh nenek moyang juga ditujukan kepada para Dewa dewa.

Para periode selanjutnya,setelah masuknya ajaran agama Islam yang dibawa oleh nenek Siak Lengih yang bermukim di daerah Koto Pandan Sungai Penuh alam Kerinci sekitar akhir abad ke 13 pengucapan mantra mantra yang digunakan dialih fungsikan dengan memasukkan pengaruh agama Islam, mantra diucapkan secara lisan itu memasuki ranah Islam dengan menggantikan penyebutan dewa dewa-nenek moyang dengan pengucapan Kalimah Tauhid ( Berkat Allah ) dan menyebutkan nama Nabi nabi, para sahabat sahabat nabi dan kota suci umat Islam Mekah dan Madinah ,dengan arah upacara menghadap barat atau kearah Kiblat.

Baca juga:  Janji Kasat Reskrim Polres Kerinci Berantas Rokok Illegal

Tarian asyek ini kegunaannya tidak hanya untuk ritual pengobatan atau penyembuhan, tarian ini juga menjadi media untuk meminta keselamatan, menghindari malapetaka,untuk minta keturunan (anak) memohon untuk mendapat tambahan rezeki atau ada yang memanfaatkan ritual ini untuk meminta hari hujan,dan memohon agar bibit padi yang disemai pada saatnya akan mendatangkan hasil panen yang melimpah

Dalam upacara tradisional tari Asyek meski telah berubah kedalam pengaruh kebudayaan dan agama Islam, akan tetapi pengaruh sisa kebudayaan agama Hindu dan Budha masih terasa, hal ini dapat kita lihat pada pembakaran kemenyan pada waktu berdo’a, membakar kemenyan sebagai sebuah tradisi lama untuk menghormati dan memanggil roh roh nenek moyang, harus diakui pengaruh Hindu dan Budha tidak dapat terelakkan, hal ini kemungkinan besar karena sejak zaman Prasejarah orang suku Kerinci merupakan suku Melayu yang tertua yang ada di dunia, kerpacyaan terhadap roh roh sudah berkembang subur jauh sebelum agama Islam masuk ke bumi alam Kerinci, kegiatan upacara selain ditujukan kepada kekuatan gaib atau kekuatan yang dianggap Sakti, juga diikuti dengan kegiatan keagamaan tetap dominan dan ini dapat terlihat dengan diselenggarakannya shalat Istikha dan pembacaan do’a secara Islam pada waktu kenduri.

Saat ini acara Asyeik tidak lagi dijadikan sebagai acara pemujaan atau persembahan terhadap roh roh nenek moyang,akan tetapi telah dikreasikan menjadi seni tari pertunjukan untuk memperkaya khasanah kebudayaan Alam Kerinci. Sebuah ke khawatiran cepat atau lambat upacara tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan tradisional Kerinci akan lenyap dimakan zaman, dilain pihak pengaruh modernisasi dan globalisasi disegala sektor dalam kehidupan masyarakat membuat masyarakat lebih berpikir praktis, kritis dan logis, kebudayaan yang telah dilakukan secara turun temurun ikut terambah oleh kemajuan zaman, saat ini satu persatu peningglan kebudayaan masa lampau akan terkubur dan digantikan oleh kebudayaan baru

Masyarakat dusun dusun asli yang berada di wilayah Kecamatan Sungai Bungkal merupakan bagian dari masyarakat suku Kerinci dan secara identitas merupakan bagian dari masyarakat adat Depati nan Bertujuh Sungai Penuh sejak mengenal peradaban dan kebudayaan telah memiliki berbagai tradisi tradisi dan upacara upacara tradisional yang hingga saat ini masih tumbuh dan berkembang dan masih dipertahankan sebagai sebuah identitas budaya masyarakat lokal

Upacara dan tradisi yang masih bertahan ditengah gelombang kemajuan zaman ialah tradisi melaksanakan kenduri adat yang lazim disebut kenduri Sko atau kenduri pusaka

Kenduri Pusaka’Kenduri Sko” di dusun dusun di Kecamatan Sungai Bungkal Kota Sungai Penuh lazimnya dilaksanakan dalamkisaran waktu minimal 10-15 bahkan ada yang lebih 2 tahun satu kali,Pada acara Puncak Kenduri Sko dilaksanakan penobatan dan pengukuhan para Pemangku pemangku adat yang terdiri dari Depati dan Permenti yang dipercayakan oleh anak betino untuk memimpin dan mengatur tatanan kehidupan anak anak negeri terutama anak kemenakan dari kaum adat itu sendiri.

Pada acara kenduri Sko tersebut dilaksanakan penurunan benda benda pusaka(pusaka pedandan) untuk dibersihkan dan diperlihatkan kepada anak negeri dalam luhah /kalbu masing masing. Pelaksanaan acara kenduri sko itu menghanguskan ( mengorbankan )Kerbau seekor,beras seratus gantang.Pusat Penobatan dan Pengukuhan dilaksanakan di Tanah Mendapo atau di lapangan terbuka

Rangkaian acara yang dilaksanakan sebelum Puncak acara Kenduri Sko ialah:

-Pemilihan calon Pemangku adat (Depati dan Permenti)

Baca juga:  Rokok Illegal; Titan, Coffe, Gess, Rama, Rasta dan Luffman Bebas Beredar di Kerinci

-Ajun arah,yakni meminta izin kepada Depatai Ninik mamak untuk

melaksanakan acara Kenduri Sko.

-Pengumpulan Pupao(Pou) yakni pengumpulan dana dan material untuk pelaksanaan acara kenduri sko(Misal:membeli Kerbau,bahan kebutuhan memasak seperti beras,dan bumu bumbu masakahan dan kayu bakar)

-Penurunan benda benda Pusaka( Benda Budaya-Pusaka Pedandan)untuk dibersihkan dan diperlihatkan kepada anggota masyarajat didalam kalbu masing masing luhah

Dalam rangkaian acara kenduri sko khususnya di wilayah Depati Nan bertujuh Kota Sungai Penuh dilaksanakan berbagai rangkaian acara kegiatan antara lain: Mengarak para Calon Pemangku adat ke Tanah Mendapo untuk di nobatkan,Calon Pemangku adat dilepas dari rumah anak betino masing masing,didepan calon Pemangku adat terdapat barisan hulubalang yang membawa benda benda pusaka di dalam peti pusaka pedandan yang berisakan benda pusaka,Tambo diatas tanduk,Piagam,Bendera termasuk keris dan tombak

Pada acara mengarak Calon Pemangku adat juga bawa bendera bedera adat dan dibunyikan bunyi bunyian berupa Gong dan gendang.pada prosesi arakan pemangku adat juga didampingi “Penatih” istri Depati,Dayang(anak Betino)(sdri Perempuan Calon Pemangku Adat) dan dara dara (anak anak gadis) yang menggunakan pakaian kuluk.

Dalam ritual Kenduri Sko sebelum acara penobatan dilaksanakan terdapat tradisi nantek mendah yang artinya adalah menunggu tamu. Dilokasi upacara biasanya di Tanah Mendapo /tempat upacara penobatan para calon pemangku adat dinanti dan disambut secara adat, dan calon pemangku adat disungguhkan sirih dan sekapur,rokok nan sebatang.

Untuk memeriahkan acara kenduri sko digelar acara kesenian tari Rangguk, dan sike .Tarian rangguk merupakan tarian masyarakat suku Kerinci yang telah muncul pada awal penyebaran agama islam di alam Kerinci.

Rangguk>berarti\ mengangguk,pada penampilan tarian rangguk yang dibawakan dengan gemulai oleh penari penari yang biasanya dibawakan oleh dara dara jelita (gadis dusun). Dalam tarian ini terhimpun tiga jenis seni yakni seni tari,seni music dan seni suara dengan jumlah penari berjumlah ganjil yakni 7 penari,9 penari,17 penari dan seterusnya dengan angka bilangan ganjil

“Penobatan/ para calon Pemangku Adat”

Penobatan para calon Pemangku Adat yang terdiri Depati dan Permenti di lakukan oleh tetua adat yang di tunjuk.Depati yakni orang yang memenggal putus,memakan habis dan membunuh mati.Keputusan Kaum adat (Depati) adalah keputusan yang tertinggi dan tidak dapat diganggu gugat.

Pemangku Adat merupakan orang yang dituakan di dalam masyarakat, ia mengetuai persekutuan sebagai ketua suatu keluarga besar. Ia adalah pemimpin dari persekutuan hidup di dalam persekutuan. Sifat tradisional pimpinan pemangku adat dapat dikenal dari bunyi pepatah adat yang mengibaratkan :

“Sebatang kayu besar di tengah lapang

Tempat berlindung di waktu hujan

Tempat bernaung di waktu panas

Akarnya tempat duduk dan

Batangnya tempat bersandar”

Setelah acara penobatan Depati dan Permenti, maka para Hulubalang mempersembahkan seni bela diri Pencak Silat,dan semua wanita dewasa,remaja dan anak anak secara masal menarikan tari iyo iyo

Pencak Silat meruapakan salah satu seni olah raga bela diri yang dilakkukan oleh 2-3 orang hulubalang,Pada umumnya Pencak silat dilakukan oleh dua orang pria tangguh yang menggunakan sebilah pedang,para pesilat mengadu ketrampilan dalam mempermainkan pedang(senjata tajam)

Tari Yo iyo artinya- iya-iya (Ya = Benar). Ketika tetua adat menyampaikan Purbayo ( Kata kata Pelantikan ) Penobatan, Kaum wanita pada umumnya menyambut dengan ucapan Iyo – Iyo, maksudnya membenarkan apa yang di ucapkan oleh tetua adat yang membaca Naskah Purbayo. Pada masa lalu kata kata pelantikkan”Purbayo” sangat panjang.

Setelah acara ritual pembacaan Purbayo/setelah penobatan para Pemangku adat dilanjutkan dengan makan bersama.Setelah prosesi ritual penobatan dan selesai makan siang maka para Pemangku Adat/Depati dan Permenti yang baru di nobatkan kembali diarak dan diantar kerumah anak betinonya di iringi oleh alunan Gong,Tabuh dan Tale.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button