opini

Fenomena Media, antara Rindu dan Benci Tergantung Sudut Pandang

Ika Sonizar

Ketika sepuluh tahun aktivitas Media Online Kerinci Time, tentu banyak pasang surut yang di alami. Baik pasang surut Media ini sendiri, maupun pasang surut kondisi bangsa selama sepuluh tahun. Tentunya sebuah perjalanan yang amat terjal dikala kondisi tidak elok atau kondisi yang ngadem ketika kondisi sedang bagus.

Seorang pendiri media sekaligus seorang pujangga yang sangat puitis, mampu memagari media kerinci Time dari segala problematika di intern media.

Baik intimidasi secara personal maupun intimidasi ke manajemen. Sebenarnya hampir semua media mengalami hal itu itu, tapi cara mengatasi dengan penuh kedamaian itu yang di meliki oleh seorang pendiri Media ini.

Dalam kesaharian Tuan Martono atau oton ini juga sanngat aktif di berbagaai kegiatan pentas seni. Di tengan kesibungan dia juga mampu mengelola media ini secara arif dan bijaksana.

Dalam aktifitas sebagai media publik, tentu Kerinci Time banyak di elukan pembaca karena objeknya adalah sesuai selera mereka.

Dan banyak juga mendapatkan intimidasi secara langsung atau “dipukul anak disendir menantukan” oleh pihak yang tidak berkenan.

Itu biasa dalam pergolakan media, apalagi masa kebebasan berpendapat dan kebebasan mencari pendapatan sekarang ini.

Kerinci Time yang menyandang nama “Kerinci” yang merupakan lambang kesaktian daerah tempat berdirinya selalu akses di setiap masa.

Mampu meng-update-kan setiap situasi bangsa dan terlebih mampu mempromosikan karakter ekonomis, Sosial dan budaya Sakti Alam Kerinci. Inilah yang membuat selalu akses sampai sekarang dan membuat iri mereka yang tenggelam tidak berdaya.

Saya yakin dan percaya, Kerinci Time yang sekarang lebih baik dari kmaren, Besok lebih baik dari hari ini dan lusa lebih baik dari hari esok. Teruslah berkarya demi negeri ini.

Kalaupun ada yang rindu dan ada yang benci, mungkin mereka berbeda cara memandang. Karena Gunung kerinci terlalu tinggi, Danau kerinci terlalu luas, batang marao terlalu panjang, goa semurup terlalu panas. Kita tanyakan dimana mereka berdiri dan memandang, itulah jawaban mereka.

Ika Sonizar
Pengamat sosial

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button