Pariwisata/Budaya

HMI Cabang Kerinci gagas Training Of Training Aksara Incung Kerinci

Berita Sungai Penuh, Kerincitime.co.id – Dalam rangka untuk ikut ambil bagian menyelamatkan kebudayaan suku Kerinci termasuk Aksara Incung suku Kerinci yang saat ini berada di pintu gerbang ambang kepunahan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kerinci pekan depan akan menggagas dan menggelar Training Of Trainer Aksara Incung Suku Kerinci yang akan di ikuti semua pengurus dan sejumlah anggota HMI Cabang Kerinci

Hal ini disampaikan Pitria Nova Asriani Ketua Umum HMI Cabang Kerinci pada forum diskusi Solusi Bersama HMI yang bertajuk Kebudayaan Suku Kerinci yang digelar Sabtu 25/4 kemaren di Sekretariat HMI Jalan H.Bakri Dusun Baru Sungai Penuh.-Alam Kerinci yang berada dikawasan puncak andalas pulau Sumatera merupakan dua daerah otonom yang termasuk wilayah administrasi Propinsi Jambi.walau tata kelola pemerintahan kedua daerah ini berbeda,akan tetapi secara adat dan kebudayaan Kerinci dan Sungai Penuh tidak dapat di pisah pisahkan.

Memang harus kita akui bersama bahwa banyak peninggalan budaya suku Kerinci termasuk aksara Incung yang saat ini nyaris karam dan tenggelam, buktinya saat ini hanya tersisa 3-5 orang lagi yang dapat membaca dan memahasi aksara Incung itu sendiri, kalau ini dibiarkan terus, maka kita khawatir aksara Incung ini akan punah “Kata Pitria”

Menjawab pertanyaan peserta diskusi budaya HMI , Pembicara dan Pemerhati Budaya Suku Kerinci Budhi VJ Rio Temenggung Tuo secara panjang lebar mengemukakan bahwa Catatan sejarah telah membuktikan bahwa di alam Kerinci terdapat berbagai peninggalan kebudayaan dan peradaban yang tinggi, berbagai tinggalan masa lampau dalam bentuk batu Silindrik Menhir, Dolmen, Umpak batu dan lain lain.

Diantara banyak peninggalan kebudayaan dan seni yang tumbuh dan berkembang di alam Kerinci adalah “Aksara Incung”. Aksara Incung yang digunakan masyarakat suku Kerinci pada masa lalu memiliki kesamaan akar dengan aksara Batak, aksara Rejang, aksara Lampung dan aksara Jawa kuno yang merupakan interaksi kreatif dari aksara Palawa India.”Kata BJ.Rio Temenggung Penerima Anugerah Kebudayaan Tingkat Nasional itu”

Baca juga:  Bukit keramat Bisu

Saat ini harus diakui kondisi aksara incung Suku Kerinci belum terdokumentasi dengan baik, sebahagian diantaranya belum digali dan sebahagian lain telah terkubur oleh kemajuan peradaban zaman.Fakta dilapangan menunjukkan saat ini sangat sedikit orang suku Kerinci yang mengenal dan memahami aksara incung sebagai sebuah identitas budayanya.

Menyadari akan kondisi aksara incung suku Kerinci yang diambang kepunahan dan telah tergerus oleh globalisasi, maka kami yang lahir dan dibesarkan di ” Ranouh Alam Kincai “ merasa prihatin dan merasa harus ikut bertanggung jawab terhadap upaya pelestarian kebudayaan di alam Kerinci termasuk keberadaan aksara incung-suku Kerinci daerah Jambi.”Ujar BJ Rio Temenggung”

Ahli Antropologi C.W. Watson seorang peneliti asing yang melakukan penelitian di Kerinci sejak tahun 1970 menyebutkan bahwa Alam Kerinci adalah daerah yang penting di Indonesia. Suku Kerinci dikenal sebagai suku yang memiliki kecerdasan dan peradaban yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya naskah kuno di Desa Tanjung Tanah Kecamatan Danau Kerinci. Naskah Kuno Tanjung Tanah diduga berasal dari abad ke XIV dengan menggunakan media kulit kayu sebagai media tulis.

Catatan hasil penelitian para ahli mengungkapkan, hampir semua naskah Kerinci ditulis pada lima jenis media yakni bambu, kulit kayu, daun lontar, tanduk dan kertas dengan menggunakan tiga jenis aksara yakni Aksara / surat incung, Jawi, dan sejenis aksara yang oleh Voorhoeve disebut “Jawa Kuno”. Uniknya di Tanjung Tanah ditemui Aksara yang ditulis pada media tidak lazim yakni ditulis di daluang.

Baca juga:  Engkaulah Nafas Nafas

Beberapa aksara Incung di alam Kerinci di tulis diatas bambu, terdapat sekitar 34 naskah aksara Incung yang ditulis diatas bambu, kebanyakkan naskah tersebut mengandung nilai kesusastraan, naskah tersebut isinya antara lain kata-kata percintaan, ratapan tangis seorang jejaka terhadap sang kekasih pujaan hati, karena patah hati cinta ditolak sang kekasih.

Pada masa lalu ketika masyarakat masih menganut kepercayaan animisme mereka menganggap semua makhluk hidup termasuk flora dianggap bernyawa, bambu diketahui selama ratusan tahun sanggup menciptakan alunan nada yang lembut, santai dan syahdu bila dihembus angin.

Alam Kerinci sejak lama telah mengenal Aksara dan memiliki bahasa tersendiri yang berbeda dengan bahasa-bahasa daerah lainnya yang ada di Pulau Sumatera. Bahasa Kerinci memiliki banyak dialeg, antara satu dusun dengan dusun yang lain memiliki dialeg tersendiri dan terkadang sulit dimengerti oleh sesama pengguna bahasa Kerinci.

Aksara Incung oleh para ilmuawan dikenal dengan sebutan Aksara Ka-Ga-Nga, aksara ini sebagian besar ditulis pada media tanduk, ruas bambu, tulang, tapak gajah, setelah kebudayaan baru masuk sebagian lain Aksara ini ditulis di atas kertas.

Di Kota Sungai Penuh aksara sebagian di tulis pada tanduk kerbau, sedangkan di Hiang Kecamatan Sitinjau laut Kabupaten Kerinci aksara incung ada yang di tulis di atas tanduk kambing hutan. dan menurut Dr. P. Voorhove, di alam Kerinci terdapat 271 Naskah Kuno dan 158 bertuliskan rencong yang ditulis pada 82 potong tanduk kerbau. 59 ruas buluh, 13 lembar diatas kertas 1 potong tulang, 2 potong kulit kayu dan 1 potong tapak gajah.

Didalam naskah Kuno termasukaksara Incung yang ditulis pada media tanduk kerbau, buluh, kertas, tulang dan tapak Gajah terungkap beberapa cerita sejarah, syair kerinduan, ungkapan hati/ perasaan, dan lain-lain yang secara sastra dan kebudayaan bernilai sangat tinggi dan berisikan pesan-pesan moral.

Baca juga:  Lukisan Terakhir

Dewasa ini Aksara Incung telah mulai memasuki pintu ambang kepunahan, oleh sebab itu kita berharap agar kaum intelektual terutama para budayawan, ilmuwan dan cendekiawan yang lahir di bumi alam Kincai untuk mengambil langkah yang kongkrit untuk menggali kembali, menyelamatkan dan melestarikan kebudayaan suku Kerinci.

Secara pribadi dan penggiat sejarah dan kebudayaan suku Kerinci, saya sangat mendukung ide dan gagasan HMI Cabang Kerinci yang akan menggelar T O T aksara Incung Suku Kerinci,”Insya Allah” saya akan sumbangkan buku dan data tentang sejarah dan Perkembangan aksara Incung kepada teman teman HMI Cabang Kerinci.

Gagasan segar ini perlu didukung oleh semua pihak, selama ini sudah puluhan juta dana APBD telah di habiskan untuk melakukan seminar tentang aksara Incung termasuk kebudayaan suku Kerinci.

Namun sayangnya tumpukan tumpukan hasil seminar seminar itu hanya dijadikan sebagai dokumen yang pada suatu saat akan dimasukkan kedalam tong sampah, Kegiatan TOT atau seminar Incung yang dilakukan oleh SKPD terkait terkesan hanya sebatas untuk menghabiskan dana di ujung tahun anggaran, Janji manis Pemerintah Kota Sungai Penuh untuk menjadikan Incung sebagai mata pelajaran mulok hanya tinggal janji yang entah kapan waktunya akan ditepati

Upaya untuk mentradisikan kembali budaya yang terdistorsi itu bukan berarti untuk menumbuhkan semangat kedaerahan dalam makna yang sempit, tetapi justru untuk menjadikannya sebagai bagian dari identitas bangsa dalam kerangka NKRI. Kita berharap Aksara Kerinci termasuk bahasa Kerinci dan Antalogi penyair Alam Kerinci akan membumi……Semoga. (Budhi.VJ)

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button