Muara Sabak

Tanjab Timur Temukan 158 Kasus DBD

Kerincitime.co.id, Berita Tanjab Timur – Memasuki musim penghujan, ancaman nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan Demam Berdarah (DBD) patut diwaspadai, termasuk di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) yang berada di wilayah pesisir.

Meski di tahun ini kasus DBD di Tanjabtim tidak sampai merenggut nyawa, hal tersebut tidak serta merta menimbulkan asumsi bahwasannya kasus DBD di Kabupaten ini tidak terlalu membahayakan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjabtim, Jumati, mengatakan, dari Januari sampai 04 Desember 2019 ini kasus DBD di Tanjabtim telah terdata sebanyak 158 kasus.

Total 158 kasus DBD tersebut diterima oleh pihak Dinkes Tanjabtim dari laporan sebanyak 17 Puskesmas yang ada di Kabupaten ini.

“Dari total 158 kasus DBD yang kita terima dari 17 Puskesmas di Kabupaten ini, alhamdulillah belum ada korban jiwa dan kita berharap jangan sampai itu terjadi,” kata Jumati dilansir Jambidaily.com jaringan Jambiseru.com media partner Kerincitime.co.id.

Kasus DBD di tahun ini terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk tahun 2017, kasus DBD di Tanjabtim sekitar 60 kasus dan untuk di tahun 2018 sendiri kasus DBD ini belum menyentuh angka 100 kasus.

Hal tersebut disebabkan adanya siklus lima tahun dan berganti menjadi siklus tiga tahunan dalam kasus DBD ini. Untuk tahun ini telah memasuki tahapan puncak dalam lingkup siklus tersebut dan hal tersebut menjadi suatu antisipasi tersendiri bagi dinas terkait untuk menekan angka dari dampak kasus DBD ini.

“Kita selalu mensuplai Abatisasi kepada Puskesmas dan pihak – pihak terkait guna pencegahan tumbuh kembangnya nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menyebabkan penyakit DBD,” jelas Jumati.

Untuk di wilayah Tanjabtim, pihak Dinkes setempat telah sering melakukan sosialisasi guna mengajak masyarakat agar senantiasa melakukan pemusnahan tempat – tempat yang dianggap bisa menjadi tempat tumbuh kembangnya sarang nyamuk. Untuk tempat penampungan air bersih, diharapkan masyarakat selalu menjaga kebersihan dan penaburan obat – obatan yang nantinya dapat memusnahkan bibit nyamuk.

“Di Tanjabtim ini, yang paling dikhawatirkan bisa menjadi tempat tumbuh kembangnya nyamuk yang menyebabkan penyakit DBD biasanya yaitu sampah – sampah yang ada di pinggiran sungai dan terkadang juga banyak ditemui di bagian bawah rumah masyarakat yang yang berbentuk panggung,” terangnya.

Untuk diketahui, nyamuk Aedes Aegypti ini sendiri banyak beraktifitas di siang hari. Hal tersebut yang terkadang kurang banyak diketahui oleh masyarakat, karena kebanyakan masyarakat hanya menganggap nyamuk yang muncul pada malam hari lah yang paling sering menyebabkan penyakit DBD tersebut.

“Kami selalu menghimbau kepada masyarakat terutama sekolah – sekolah yang ada, agar selalu menjaga kebersihan di lingkungan masing – masing. Diharapkan untuk anak sekolah, agar memakai lotion anti nyamuk ataupun sejenisnya,” pungkas Jumati. (Irw)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button