Jambiopini

Tinggalkan Ratu, PAN Kehilangan Arah?

Oleh : Dr Dedek Kusnadi M Si MM

Gelagat PAN Jambi hendak meninggalkan sang kader murni, Ratu Munawaroh sudah terbaca sedari awal. Ia tak mendapat ruang istimewa. Harus berkompetisi laiknya non kader. Istri pendiri PAN Jambi itu sama sekali tak diprioritaskan. PAN betul-betul sudah kehilangan arah?.

Jika ada yang protes kenapa istri mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin itu berbelok ke partai Banteng, PAN Jambi adalah partai yang paling bertanggungjawab. Laksana pepatah tiada asap tanpa api.

Semua peristiwa yang berkelabat tentu saja ada unsur sebab akibat. Tulisan saya ini bukan bermaksud hendak menuduh PAN Jambi tega menghianati Ratu dan trah Nurdin, yang berdiri tegak di belakangnya. Tapi, saya sedang memotret sebuah fenomena politik yang kini sedang menghinggapi internal PAN Jambi. Dan boleh jadi situasi sama sedang dialami partai-partai lain.

Sebagai partai yang pernah berkuasa selama bertahun-tahun, pengurusnya mendapat tempat dan akses kekuasaan besar, PAN Jambi tentu saja menjadi partai yang sangat diperhitungkan. Sejak kali pertama digenggam Zulkifli Nurdin, pada tahun 1999 silam, PAN langsung merangsek ke papan atas.

Ia besar seiring nama besar Trah Nurdin itu. Zulkifli Nurdin adalah pemegang tongkat komando pertama PAN Jambi. Ia tercatat sebagai anggota DPR RI pertama pula dari PAN.

PAN Jambi kian berkibar ketika Zulkifli Nurdin naik ke tahta Gubernur Jambi, tahun 2000. Ia terpilih dengan mengantongi suara meyakinkan dalam sidang paripurna DPRD Provinsi Jambi, kala itu.

Jubah kebesaran ZN–begitu ia akrab disapa–, otomatis membuat PAN Jambi ikut digdaya. Siapa yang bisa menyangkalnya?. Dua periode menjabat Gubernur, ZN kian mengokohkan PAN Jambi sebagai partai termashur di Jambi.

Semua kepala daerah berduyun-duyun merapat ke PAN. Mereka mengharap perlindungan maupun limpahan kebesaran keluarga Nurdin ini. Sejarah mencatat, selepas di tinggal ZN, PAN terus berjaya di tangan adik kandungnya, Hazrin Nurdin.

Baca juga:  Politisi Kecam Eks Pejabat Pendukung Paslon HTK yang Lecehkan Profesi Petani

Debut Hazrin di PAN tak perlu ditanya lagi. Hampir separoh elit PAN Jambi saat ini adalah orang yang dibesarkan oleh dua kakak beradik ini. Bakri, Ketua DPW PAN Jambi itu juga besar di tangan ZN. Dialah politisi handal yang lahir di bawah naungan ZN.

Karir politik Bakri di senayan, juga mendapat sumbangan insentif elektoral dari kebesaran nama Ratu Munawaroh. Bakri dulu bukan siapa-siapa. Ia kali pertama berselancar ke DPR RI karena memperoleh limpahan suara dari Ratu Munawaroh.

Pemilu legislatif 2009 itu menjadi tonggak sejarah bagi Bakri. Kala itu, Ratu memecah rekor sebagai perempuan pertama PAN sekaligus peraih suara terbanyak.

Data KPU menunjukkan Ratu unggul telak dari anggota DPR RI lain pada Pemilu tahun 2009 itu. Ratu mengantongi 157.651 suara. Sedangkan suara paling buncit adalah Bakri.

Nama besar Ratu, telah mengantar PAN sukses memboyong dua kursi senayan. Bakri diuntungkan karena kebagian limpahan suara Ratu. Padahal, saat itu Bakri hanya berhasil mengumpulkan 18.954 suara.

Bagaimana jika keluarga Nurdin ini kembali terjun ke PAN? Saya, anda pastilah bisa menduga bagaimana nasib Bakri di sana. Tapi, keluarga legenda saudagar kaya Jambi itu tak pernah mengganggu Bakri. Dari jauh, mereka malah terus mensupport anggota DPR RI tiga periode itu. Menjadi wajar, Bakri bisa terus berkiprah di senayan. Ia sukses mempertahankan kekuasaan empuknya di situ. Tanpa sedikitpun gangguan.

Lain dulu lain sekarang. Bakri dulu, mungkin tidak seperti Bakri sekarang. ZN boleh jadi sedang menangis di alam barzah sana. Ia sedih menengok sikap PAN Jambi yang memperlakukan istrinya, sang Ratu.

Baca juga:  Politisi Kecam Eks Pejabat Pendukung Paslon HTK yang Lecehkan Profesi Petani

Ratu, yang berniat tulus hendak membersihkan nama baik keluarga dari sergapan kasus putra sambungnya Zola, dengan rela bercapek-capek dan bermandi keringat terjun ke politik, harus tetap sabar mengelus dada dari berbagai hujatan, terpaksa kembali menelan pil pahit, justru dari PAN Jambi. Partai yang dibesarkan suaminya.

Sungguh naif.

Entah apa yang sedang dicari PAN Jambi, dengan membuka pintu lebar-lebar kepada non kader. Padahal, sebelum kemunculannya, Ratu sudah berkomunikasi baik-baik, termasuk kepada Bakri.

Ia menyampaikan niat tulusnya untuk berlaga di Pilgub Jambi. Lantaran sinyal dukungan itulah Ratu akhirnya mantap melangkah. Baru selangkah berjalan, ehhhh…..kakinya justru terhenti di ambang pintu partai itu.

Publik sudah terlanjur antusias menyambut Ratu. Di pundak Ratu, mereka menaruh banyak harap. Agar membawa perubahan bagi daerah ini. Sejak awal kemunculannya bersama Cek Endra, Ratu berniat tulus hendak membangun Jambi. Tentu saja bersama PAN, tempatnya bernaung.

Tapi, jalan itu sepertinya tak semulus yang dibayangkan. Ia tak mungkin undur diri. Sebab, langkahnya itu akan mempertaruhkan nama baik, bukan saja bagi dirinya, tapi, lebih besar dari itu, menyangkut martabat dan nama baik Trah Nurdin.

Syukurlah….Partai Banteng itu membuka diri. Edi Purwanto, mantan Bendahara Umum HMI Cabang Jambi itu, aktivis muda yang murah senyum itu, merasa iba dengan posisi Ratu. Ia persilahkan Ratu menggunakan partainya, untuk dapat berlaga di Pilgub mendatang, bersama Cek Endra.

Edi tentu punya alasan, karena Ratu adalah putri kandung ulama NU termashur di Jawa Barat, seorang ulama yang disegani oleh elit PDIP. Ayah Ratu adalah tokoh yang banyak berperan menanamkan nilai-nilai agama ke jajaran pengurus PDIP, baik level nasional maupun lokal di Jawa Barat. Setidaknya, terbukanya pintu PDIP untuk Ratu karena mengingat betapa besar jasa sang ayahanda bagi partai itu.

Baca juga:  Politisi Kecam Eks Pejabat Pendukung Paslon HTK yang Lecehkan Profesi Petani

Cek Endra juga punya histori baik dengan partai Banteng. Dua kali berlaga di Pilbup Sarolangun, PDIP adalah partai yang konsisten mengusungnya. Terakhir, Wakil CE di Sarolangun adalah Hilalatil Badri, kader murni PDIP yang kini tercatat sebagai Ketua DPC PDIP Sarolangun.

Publik tentu sangat berterimakasih kepada Edi, yang telah membuka jalan bagi CE dan Ratu untuk berlaga di Pilgub Jambi. Di saat Ratu terganjal di tempatnya bernaung.

Walaupun dengan jalan itu, Edi malah ikut tertimpa hujatan. Sejak sehari dua ini misalnya, aktivis yang pandai menulis kaligrafi itu dituding macam-macam, bahkan dari oknum internal partainya.

Nah….Kembali ke PAN.

Mungkin langkah ini cukup berat bagi Ratu. Tapi, inilah pilihan terbaik baginya untuk saat ini, ketika partai tempatnya bernaung tak memberi ruang padanya.

Keengganan Romi Haryanto, Bupati Tanjab Timur yang juga Ketua DPD PAN Tanjab Timur melaju ke Pilbup menggunakan tiket PAN, sudah cukup menjadi sinyal bahwa sedang terjadi sesuatu di internal partai ini.

Sejarah akan mencatat, momentum Pilgub 2020 kali ini akan menjadi pertaruhan nama baik sekaligus nama besar PAN Provinsi Jambi. Kembali Berjaya atau tenggelam. Sebaliknya, sejarah akan mengingat Edi dan PDIP sebagai partai yang pandai membalas jasa terhadap tokoh yang pernah berperan penting bagi kebesaran partainya.

***

Penulis Adalah Dosen Pasca Sarjana di UIN STS Jambi, peneliti Pusat Kajian Ilmu Politik (Puskaspol) Provinsi Jambi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button