Kerincitime.co.id, Berita Politik – Komedian Alfiansyah Komeng viral karena fotonya di surat suara Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jawa Barat pada Pemilu 2024. Ia mendapatkan suara terbesar dalam perhitungan KPU sementara. Pengamat menilai masyarakat masih mengedepankan sosok yang terkenal dalam memilih perwakilan daerah ataupun calon legislatif.
Berdasarkan hasil perhitungan suara sementara di situs Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga pukul 07:30 WIB, Sabtu (17/02) dengan data masuk mencapai 49,69%, Komeng meraup 1.380.427 suara (12,26%).
Angka tersebut jauh melebihi calon-calon lain pada surat suara DPD Jawa Barat. Di peringkat kedua, ada aktris Jihan Fahira dengan perolehan suara 512.161 (4,73%).
Pengamat politik dari Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN), Devi Darmawan, mengatakan bahwa dalam politik Indonesia, masih sangat ditentukan oleh sosok dan figuritas, ketimbang pengalaman dan gagasan.
“Masyarakat merasa sosok Komeng bisa dianggap sebagai sosok yang fresh untuk dipercaya sebagai perwakilan dari daerah Jawa Barat ini untuk bisa masuk ke parlemen,” kata Devi.
Ia menyatakan bahwa peran dan fungsi perwakilan rakyat, baik di tingkat DPR, DPD maupun DPRD, masih dipandang sebagai posisi yang simbolis atau hanya sebagai formalitas oleh para pemilih saat ikut serta dalam pemilihan umum.
Oleh karena itu, masyarakat memiliki kecenderungan untuk memilih sosok yang familiar bagi mereka, seperti tetangga, kenalan atau dalam konteks ini, selebritas.
Lantas, bagaimana seharusnya masyarakat menyikapi fenomena popularitas pesohor atau figur publik saat pemilihan umum?
Warganet: ‘Komeng adalah mockingjay kami’
Pada hari pencoblosan, banyak pemilih di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat terkejut saat melihat foto komedian ternama Alfiansyah Bustami Komeng di kotak suara. Dengan mata melotot dan mulut mangap, foto Komeng memang terkesan unik dari calon-calon lain.
Komeng sendiri mengaku sengaja menggunakan foto ‘nyeleneh’ tersebut. Apalagi tidak ada larangan penggunaan foto dengan gaya seperti itu.
“Itu kan suratnya enggak bersuara, makanya saya bikin bersuara. Ya saya demen [suka] saja, anti-mainstream, enggak sama kayak orang lain,” ujar Komeng kepada detikcom, Rabu (14/2).
Lebih lanjut Komeng menegaskan bahwa pose ‘nyeleneh’ tersebut bukan semata mendapat banyak suara dari publik, tapi ia ingin tampil beda dan menghibur.
“Tujuan ke situ sih enggak ada. Memang saya pada dasarnya, kalau konsep ngelawak saja suka. Ingin sesuatu yang baru,” ucapnya.
Akun di media sosial X @medioclubID, menyebut Komeng sebagai “legend“ karena mampu memenangkan mayoritas suara dalam hasil pemilihan DPD sementara tanpa bantuan partai dan tanpa berkampanye besar-besaran.
“Mari kita sambut legenda yang asli, Alfiansyah Bustami alias KOMENG! 🔥,” cuitnya.
Bahkan ada pula yang memandangnya sebagai “mockingjay” alias simbol perlawanan dalam serial film Hunger Games. Musababnya, kehadiran sosok pelawak seperti Komeng, merupakan kontras terhadap kondisi pemilihan umum tahun ini yang penuh dengan isu dan ketegangan.
“Memilih Komeng adalah simbol protes terhadap demokrasi komedi ini. Komeng adalah mockingjay kami,” tulis akun @nramadhita dalam cuitan berbahasa Inggris.
Namun, tidak semua warganet merayakan besarnya perolehan suara Komeng dalam ajang pemilihan DPD pada pemilu lalu.
Pengguna akun @LadPsycho menyayangkan terpilihnya Komeng ketimbang calon-calon DPD lain yang tidak memiliki tingkat popularitas sebesar sang komedian.
“Kemenangan Komeng di DPD sebagai komedian tercinta bukanlah sebuah kejutan. Tapi saya patah hati dengan kenyataan bahwa ada orang yang punya cita-cita mengubah bangsa tapi tidak mendapat sorotan,” tulis @LadPsycho dalam cuitan berbahasa Inggris.
Ia kemudian menyebut dua calon DPD Jawa Barat lain yang mengusung program-program seperti kestabilan kehidupan bagi penyandang disabilitas dan memajukan pelayanan kesehatan.
Komeng menyatakan bahwa ia terdorong untuk terjun ke dunia politik karena Indonesia tidak mempunyai hari komedi. Padahal, Komeng mengaku sudah mengajukan usulan tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
“Yang saya kesal itu, kok saya mengajukan hari komedi, enggak bisa-bisa, ke DPR sudah. Tapi, kata DPR, itu yang menentukan [adanya hari komedi adalah] eksekutif,” ungkap Komeng saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/2).
Jika terpilih menjadi anggota DPD, Komeng berjanji akan memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia Internasional.
“Bagaimana caranya [agar] kita bisa ‘menjajah’ negara lewat budaya. Kan selama ini kita [Indonesia] ‘dijajah’ [budayanya] oleh Korea dengan drama Korea sampai ke makanannya,” kata Komeng. (bbc.com)