Ramayanti Duta Mahasiswa Wakili Jambi Pelajari Gong Buluh dan Incung
Kerincitime.co.id, Sungai Penuh – Maya, demikian sapaan akrab Ramayanti lajang kelahiran Temiai ,18 Agustus 1993 salah seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sungai Penuh – Kerinci tahun ini terpilih sebagai Duta Mahasiswa mewakili Propinsi Jambi ke Tingkat Nasional.
Anak Bungsu dari tiga bersaudara buah hati Martinah ( ibu) dan Syamsuddin (ayah) ini tercatat sebagai Mahasiswi Semester VI Jurusan Tadris Bahasa Inggeris STAIN Kerinci dikenal sebagai gadis kreatif dan terlibat dalam berbagai organisasi kemahasiswaan dan kini tercatat sebagai aktifis kebudayaan da tergabung sebaga anggotai Sanggar Seni Incung alam Kerinci yang bermarkas di umah empat jenis kota Sungai Penuh.
Sebagai duta mahasiwa wakil dari Propinsi Jambi yang akan dikirim ketingkat Nasioal pada bulan Mei 2014 mendatang -maya dan sejumlah anggota sanggar seni incung (sarung) melaksanakan berbagai aktifitas pengembangan bakat dan menggali potensi seni dan kebudayaan di alam Kerinci termasuk menggali dan mempelajari aksara Incung, alat musik Gong buluh dan mendalami seni sike dan tale kincai.
Alhamdulillah saat ini, saya bersama sama kawan – kawan anggota sanggar seni incung telah mulai memmahami berbagai adat,budaya dan seni tradisi yang ada di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.
Menurut Ramayanti alam Kerinci yang berada dikawasan puncak andalas pulau Sumatera merupakan dua daerah otonom yakni Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci memiiki kebudayaan dan peradaban yang sudah tinggi.dari catatan sejarah telah membuktikan bahwa di bumi alam Kerinci terdapat berbagai peninggalan kebudayaan dan peradaban yang tinggi, berbagai tinggalan masa lampau dalam bentuk batu Silindrik Menhir, Dolmen, Umpak batu dan lain lain.
Diantara banyak peninggalan kebudayaan dan seni yang tumbuh dan berkembang di sejak masa lalu ialah “Aksara Incung”. Aksara incung yang digunakan masyarakat suku Kerinci pada masa lalu memiliki kesamaan akar dengan aksara Batak, aksara Rejang, aksara Lampung dan aksara Jawa kuno yang merupakan interaksi kreatif dari aksara Palawa India.
Namun saat ini harus diakui kondisi aksara incung Suku Kerinci belum terdokumentasi dengan baik, sebahagian diantaranya belum digali dan sebahagian lain telah terkubur oleh kemajuan peradaban zaman, Fakta dilapangan menunjukkan saat ini sangat sedikit orang suku Kerinci yang mengenal dan memahami aksara incung sebagai sebuah identitas budayanya.
Menyadari akan kondisi aksara incung suku Kerinci yang diambang kepunahan dan telah tergerus oleh globalisasi, maka kami sebagai generasi muda anggota sanggar seni incung yang lahir dan dibesarkan di bumi ” Ranouh Alam Kincai “ merasa prihatin dan merasa harus ikut bertanggung jawab terhadap upaya pelestarian kebudayaan di alam Kerinci termasuk keberadaan aksara incung-suku Kerinci.
Dalam lapangan kesusastraan di bumi alam Kerinci (wilayah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci) banyak ditemui dokumen dokumen atau naskah naskah yang ditulis dalam tulisan/Aksara “I N C U N G”.Tulisan yang telah di pergunakan oleh masyarakat suku Kerinci sebelum datangnya tulisan Arab – Melayu bersamaan dengan masuknya agama Islam di bumi alam Kerinci dan sampai saat ini masih disimpan oleh masyarakat adat suku Kerinci sebagai benda pusaka yang dirawat secara turun temurun.
Catatan terakhir menyebutkan bahwa sampai tahun 1825 aksara Incung masih dipergunakan oleh masyarakat suku Kerinci, seiring dengan masuknya agama Islam di bumi alam Kerinci,maka pada awal abad ke XX aksara Incung secara perlahan tidak lagi digunakan sebagai media komunikasi tertulis akan tetapi seiring dengan masuknya pengaruh kebudayaan Islam masyarakat suku Kerinci tidak lagi menggunakan aksara Incung, dan hingga saat ini tokoh dan budayawan yang dapat menulis, memahami dan melestarikan aksara Incung hanya tinggal beberapa orang, mereka mereka yang memahami aksara Incung pada umumnya telah berusia lanjut.
Menjawab pertanyaan Ramayanti menyebutkan sejak masa lalu masyarakat suku Kerinci telah memiliki beragam peralatan hiburan dan kesenian tradisional diantaranya Gong Buluh, Ketipung buluh, kesenian tale. Akan tetapi karena pengaruh ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berkembang pesat memungkinkan adanya pergeseran nilai ditengah tengah masyarakat baik secara perlahan maupun secara cepat,saat ini sudah banyak alat hibuan dan kesenian tradisional yang sudah tenggelam dan terkubur dalam deru dan derap pembangunan, yang tertinggalpun belum mendapat perawatan semestinya.
“Sebagai generasi muda yang mencintai budaya ranouh alam kincai,saya mengharapkan pemerintah dan SKPD terkait untuk melakukan penggalian,pembinaan dan pengambangan seni budaya tradisi yang saat ini nyaris hanyut dan tenggelam dalam pusaran kemajuan zaman” Ujar Maya.(budi/adv)