opini

Jangan biarkan Tanah Mendapo Menangis……!

Jangan biarkan Tanah Mendapo Menangis……!

oleh: Budhi Vrihaspathi Jauhari

 

Jelang Pilkada Kota Sungai Penuh beberapa hari terakhir sejumlah kandidat yang sebelum menyatakan akan maju pada pilwako telah mendaftar kesejumlah Partai Politik yang membuka pendaftaran, dilain pihak sejumlah baliho mulai berkibar di Kota Sungai penuh, Namun Baliho dan spanduk yang ada belum mampu menandingi baliho incumben.

Menariknya sejumlah kandidat yang sebelunya menyatakan akan mendukung salah satu kandidat yang lain seperti Ir.H.Ami Taher,Nuzran Joher,M,Si dikabarkan ikut mendaftar ke sejulmlah Partai Politik, kondisi ini ikut mewarnai proses Demokrasi di Kota yang baru berusia 7 tahun.

Sementara itu sebelunya Kandidat Incumben Prof.Dr.KH.Asyafri Jaya Bakri,BA dalam wawancara khususnya dengan wartawan media ini menyatakan siap menghadapi siapapun lawan tanding yang akan maju saya sudah siap untuk maju pada Pilwako yang akan dilaksanakan Desember tahun ini, partai pendukungnya siap bahkan untuk pasanganya selaku Calon Wakil Walikota Sungai Penuh sudah hampir siap.”Mudah mudahan saja ada lawan tanding”,Kalau hari hari yang sebelumnya saya belum melihat kepastian kandidat yang akan muncul,disamping itu balihonya baru muncu 2 hari terakhir,sebelumnya tidak ada yang muncul, mudah mudahan mereka akan lebih siap

Menyinggung tentang lawan tanding yang sepadan,bagi kita siapapun lawan akan kita lawan,kalau lawan tanding tidak kuat,itu lebih enak lagi ujar Prof AJB dengan nada canda.

Untuk pasangan, Prof.Dr.Asafri Jaya Bakri,MA dengan nada optimis mengemukakan,bahwa untuk pasangannya selaku wakil walikota,sudah dapat dipastikan adalah Depati Satmar Lendan,karena itulah yang terbaik buat saya,karena saya melakukan pendekatan wilayah, saya punya wilayah kecil,tentunya mencari wilayah terbesar, dan populasi terbesar dalam pemilihan menurut KPU,dan ini pendekatan politik yang saya katakan secara vulgar saja, orang mau menilai yang lain itu adalah hak mereka “ujar Asafri Jaya Bakri”

Kalau saya mengatakan pendekatan hanya pendekatan wilayah politik (Geopolitik) kemudian saya survey mendapat empat besar atau tiga besar,lalu saya serahkan kepada petinggi Pondok Tinggi,dan mereka menjatuhkan pilihan,dan saya legowo menerimanya,dan saya selalu mengatakan bahwa pilihan terakhir itu adalah pilihan yang terbaik, sebuah isyarat bahwa Pilkada 2015 di dahulukan itulah yang terbaik bagi saya”Pungkas Prof.Dr.H.Asafri Jaya Bakri,MA”

Ditempat terpisah H.Liberty tokoh masyarakat Kerinci Minang secara tegas menyatakan mendukung putra terbaik yang berasal dari wilayah adat Depati Nan Bertujuh, sosok Herman Mukhtar merupakan figur terbaik untuk memimpin Kota Sungai penuh untuk 5 tahun kedepan, sebagai kota Jasa Sungai penuh membutuhkan pemimpin seperti Herman mukhtar.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua HKK Jakarta Dr.H.Basyaruddin,MA, Mantan Anggota DPR-RI,Ir.H.Ami Taher, Mantan Anggota DPD RI H.Nuzran Joher,M.Si dan Guru besar Universitas Andalas Padang Prof.Dr,H.Firwan Tan, Pada

Prinsipnya Kota Sungai Penuh membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki pengalaman organisasi, memiliki jaringan yang luas dan lebih dari itu Ketua MPK-Indonesia H.Herman Mukhtar memiliki Talenta dan secara ekonomi beliau dan beluarganya berasal dari keluarga yang mapan secara ekonomi dan matang secara politik dan telah di kenal secara luas oleh Masyarakat Kerini-Sungai Penuh yang berada di dalam dan di luar daerah

Buhari Rio Temenggung tokoh muda Sungai Penuh berharap agar tokoh tokoh di wilayah adat Depati Nan Bertujuh untuk segera menyatukan kebulatan niat dan tekat serta menyatukan antara kata dengan perbuatan dan jangan ada dusta diantara kita, jangan biarkan “Tanah Mendapo Menangis” sebab diatas tanah Mendapo ini kita semua para pemangku adat telah bersumpah setia dengan karang setiyo

Sesuai dengan sifatnya, kita kita yang telah disumpah di Tanah Mendapo merupakan tumpuan dan harapan masyarakat adat di lingkungannya sesuai dengan kata pepatah,kita ini ibarat Sebatang kayu besar di tengah lapang,Tempat berlindung di waktu hujan, Tempat bernaung di waktu panas,Akarnya tempat duduk dan,Batangnya tempat bersandar

Sekedar untuk mengingatkan, ada beberapa perangai yang mesti dan wajib kita hindari sebagaimana pepatah adat antara lain mengatakan, Burung gedang duo suaro, yaitu Pimpinan atau orang yang dituakan,Ninik Mamak atau Tengganai lainnya, disuatu tempat ia bicara, tetapi di tempat lain sudah lain lagi katanya, padahal masalahnya sama, atau lain kata lain perbuatan atau bermuka dua. Dan Titian galling (Bulek) dalam negeri, yaitu orang yang tidak mempunyai pendirian, sering mungkir janji, kalau terpojok mengatakan lupa atau kilap. Dan jangan sampai terjadi Malin tidak sekitab, yaitu kaum ulama tidak sependapat.

Dalam sudut pandang saya pribadi, Kiyai Nan Bertujuh adalah” Soleuh Bindeang Alam Kincai” ibarat cahaya atau lentera dari sinilah cahaya atau lentera itu dipancarkan diseluruh penjuru alam Kerinci, dan saat ini lentera itu mulai redup, dan kebudayaan kita mulai mengalami degradasi,sebagai anak muda yang lahir,dibesarkan bahkan wafatpun akan di kuburkan disini, saya memohon agar kita semua berpikir dengan menggunakan logika dan nalar akal sehat untuk menentukan sosok calon yang akan memimpin Kota Sungai Penuh.

Sekedar untuk dicermati, Adakah kita semua pernah memperhatikan sapu lidi? Lidi lidi itu bila hanya 1 atau 2 batang saja, maka ia tidak akan pernah dapat di gunakan untuk menyapu rumah kita yang penuh dengan sampah sampah dan debu debu yang berterbangan,Sapu lidi yang jumlahnya hanya 1-2 batang itu paling banter ia hanya bisa berfungsi untuk mengusir lalat atau kecoa, demikian juga bila jumlah lidi lidi itu banyak,akan tetapi antara satu lidi dengan lidi yang lain saling tercerai- berai,tetap saja sapu lidi itu tidak akan ada gunanya.

Atau bila batang lidi lidi yang jumlahnya banyak dan diikat menjadi satu,tetapi panjang masing masing batang lidi panjangnya tidak sama,tentunya tetap saja tidak”powerful”.

Jika kita yang dulukan selangkah itu dapat mengetahui hikmah apa yang dapat di ambil dari cerita diatas,pasti kita dengan mudah dapat mewujudkan harapan dan impian untuk menjadikan kota sungai Penuh yang lebih beradat dan lebih beradab.

Batang batang lidi itu adalah”keyakinan”, dan Sampah beserta debu debu itu adalah persoalan yang mesti kita hadapi, dengan demikian jika kita tidak cukup memiliki keyakinan,maka sangat mustahil kita dapat mewujudkan sebuah impian menjadi kenyataan, dan semestinya bukan keadaan yang merubah kita, akan tetapi kita semualah yang merubah keadaan

Kalau kita mau bicara dengan sejujur jujurnya tanpa ada maksud untuk memojokkan pihak lain, kita pasti akan mengatakan bahwa adat dan kebudayaan kita telah mengalami degradasi,dilain pihak janji janji untuk menggali,merawat dan mengabadikan heritage yang ada di daerah kita hanya tinggal janji dan hanya manis dibibir, banyak benda benda budaya kita yang telah terkubur di dalam pusaranan peradaban zaman, yang adapun tidak terawat dengan baik.

Bidang kebudayaan dan Pariwisata umpamanya,Pembangunan kebudayaan(Maaf!) hanya di identikan dengan kegiatan tari menari atau sekedar kegiatan studi banding yang tak jelas manfaatya atau pekan harmoni yang hanya melibatkan sedikit orang adat,seniman dan budayawan diantara banyak orang adat seniman dan budayawan yang ada ,bahkan”gezahnya” nyaris terkesan mubazir dan menghambur hamburkan duit.

Gagasan untuk memperkenalkan dan menunjuk ajarkan budaya ,tradisi dan Aksara Incung di setiap lembaga lembaga pendidikan dasar dan menengah sampai hari ini entah kapan akan terwujud,kegiatan berkesenian selama ini terkesan itu ke itu saja,Sanggar sanggar seni yang ada di kelompok masyarakat hanya dipandang dengan sebelah mata,bahkan ketika Pemerintah Pusat memberikan PIN Emas dan Anugerah Kebudayaan Tingkat Nasional kepada putra daerahnya sendiri,justru pengambil kebijakan atau pemimpin dinegeri ini seakan akan tidak mengangap,jangankan melihat,menoleh pun tidak.

Ketika sekelompok anak anak muda mencoba menggagas gerakkan hanya RP.1.000,- (Seribu Rupiah) untuk renovasi kecil kecilan dan membersihkan”Umouh Empat Jenis) yang dibiarkan lebih 6 tahun merana tak terurus,mereka seakan tutup mata

Terlepas siapa yang paling bertanggung jawab untuk mengurus dan merawat rumah empat jenis itu, yang jelas gedung itu ada di kota kita, dan setidaknya mereka harus prihatin,minimal berbasa basi dengan cara membantu hanya Rp.1.000.- sekedar untuk menunjukkan bahwa gedung ini sama sama milik kita yang telah diberi kesempatan untuk menghirup nafas dari udara yang dihasilkan oleh hutan TNKS yang juga milik kita.

Terlepas siapa yang kelak akan menjadi pemimpin(walikota) di kota Kita yang kita cintai ini, hanya ada satu harapan dari sekian banyak harapan yang tersimpan di dada yakni” mari kita rawat kembali kebudayaan dan aset wisata alam yang telah dititipkan oleh anak cucu kepada kita.**

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button