Kabupaten Batang Hari Penyumbang Asap Terbanyak Tahun 2015 dan 2019
Kerincitime.co.id, Muara Bulian –Batanghari termasuk kabupaten penyumbang asap terbanyak pada tahun 2015 dan tahun 2019 lalu. Ini dikarenakan ribuan hektare hutan dan lahan yang ada di wilayah Batanghari terbakar.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batanghari, Samral saat dikonfirmasi mengatakan hutan dan lahan milik masyarakat ataupun perusahaan yang terbakar mencapai 5.703 hektare.
Samral menyebutkan, tahun 2015 lalu lahan yang terbakar mencapai 3.513 hektare, dengan 131 titik api. Sementara itu tahun 2019 lahan yang terbakar seluas 2.190 hektare dengan 612 titik api.
“Untuk tahun 2015 lahan yang terbakar 3.513 hektare. Kesulitan kita saat itu berkurangnya sumber mata air dan akses menuju lokasi kebakaran. Sementara tahun 2019 ada 2.190 hektar lahan yang terbakar. Jika ditotalkan mencapai 5.703 hektar,” ujar Samral, Selasa (2/3/2021).
Dikatakannya lagi, di tahun 2015 ada tiga perusahaan yang lahannya terbakar, yakni PT WKS seluas 2 hektare, PT HAL seluas 1,5 hektare, dan Kedaton 3 hektare. Namun demikian, secara keseluruhan masyarakat yang merambah hutan untuk dijadikan lahan perkebunan dan pertanian menjadi penyumbang terbanyak.
“Kalau PT HAL itu lahan dibakar oleh warga yang mana bersebelahan dengan lahan perusahaan. Untuk tahun itu, kasus karhutla terjadi pada bulan Agustus dengan jumlah titik api 15 dengan luas lahan 0,5 hektare, September 84 titik api dengan luas lahan 153 hektare, Oktober ada 31 titik api dengan luas lahan 3.358 hektare dan November 1 titik api dengan luas lahan 1 hektare. Dan kecamatan terbanyak itu adalah Muara Bulian, dengan luasan 277 hektare,” beber Samral.
Selanjutnya pada tahun 2019, Samral mengatakan ada dua perusahaan yang menyumbang karhutla yakni PT Reki dirambah oleh masyarakat seluas 20 hektare, dan PT APL seluas 77 hektare.
Sepanjang tahun itu, kasus terbanyak pada bulan Juli, Agustus, dan September. Pada bulan Juli terdapat 43 titik api dengan luas lahan yang terbakar 109 hektare, bulan Agustus ada 275 titik api dengan luas lahan 462 hektare, dan pada September terdapat 284 titik api dengan luas lahan 1.584 hektare.
Sementara itu, kecamatan penyumbang titik api terbanyak yakni, Bajubang dengan jumlah 400 titik dengan, luasan 565 hektare. Kemudian 81 titik api di Muara Bulian dengan luasan 286 hektare, dan 18 titik api di Pemayung dengan luasan 968 hektare.
“Sementara pada bulan Oktober ada 2 titik api dengan luas lahan 13 hektare, Januari ada 2 titik api dengan luas lahan 8 hektare, Maret 3 titik api dengan luas lahan 8 hektare, dan Mei ada 3 titik api dengan luas lahan 4,5 hektare,” sebut Samral.
“Masih sama seperti tahun 2015, lahan yang paling banyak terbakar milik masyarakat seperti halnya di desa Bungku dan Senami. Mereka ada yang sudah membakar lalu ditinggal begitu saja dan ini membuat api tidak terkendali,” ujarnya menambahkan.
Untuk tahun 2021 ini, ada 8 titik api pada Februari dan 1 titik api di bulan Maret dengan luasan lahan sekitar 1,6 hektar.
Dengan ini, sebagai langkah untuk meminimalisir adanya karhutla selanjutnya, pihak BPBD akan selalu melakukan sosialiasi kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.
“Harus sosialisasi secara besar- besaran. Walaupun untuk mendapat zero karhutla itu tidak mungkin namun ada upaya yang harus dilakukan. Karena sudah menjadi pekerjaan tahunan, dengan ini kita akan membuat posko di delapan kecamatan. Agar setiap hari dapat terpantau oleh petugas. Sementara untuk perusahaan jika melakukan pembakaran sanksinya itu jelas ada,” demikian Samral. (Irw)
Sumber: Metrojambi.com