Masjid Kuno dan Anak Siak di Tanjung Pauh Kerinci
Masjid Kuno dan Anak Siak di Tanjung Pauh Kerinci
Oleh : Budhi VJ Rio Temenggung dan Isrori Septra Wijaya
Bumi Alam Kerinci dalam konstelasi dan sejarah perkembang agama Islam telah melahirkan karya karya arsitektur klasik,berbagai masjid masjid kuno dan rumah tradisional di alam Kerinci(Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci) memiliki karakter dan corak arsitektur yang berbeda dibandingkan dengan seni arsitektur bangunan di daerah daerah lain.
Pada Umumnya bangunan rumah tradisional dan masjid kuno yang pernah ada di alam Kerinci terbuat dari material bangunan dari kayu,dibangun dengan tanpa menggunakan paku dan dihiasi dengan ukiran ukiran indah bermotifkan fatma.
Salah satu tinggalan budaya masyarakat muslim di alam Kerinci ialah Masjid Kuno di desa Tanjung Pauh Hilir Kecamatan Keliling Danau ,Masjid ini memiliki corak yang sama dengan masjid masjid kuno yang ada di alam Kerinci, hanya saja Masjid ini sejak tahun 1920 telah di Renovasi.
Meski telah di renovasi beberapa kali kondisi bangunan Masjid yang bernama Masjid Raya ini masih memiliki corak asli,kendati bangunan lantai,tiang,dinding dan atap telah diganti dengan material baru.Suana kekunoan masih terasa,bentuk ruang dan bidang bangunan masih khas masjid kuno,hanya material bangunan yang semula dari Kayu diganti dengan bahan bangunan dari semen dan sirtu,atap bangunan mengikuti perubahan zaman terbuat dari atap seng
Meski mulai dilupakan oleh anak anak negeri,namun bangunan Masjid tua ini menyisakan catatan sejarah yang indah, di Masjid Kuno ini telah melahirkan ratusan bahkan ribuan santri santri yang pada zamannya menjadi ulama dan juru dakwah di negeri masing masing.
Untuk mengenal lebih dekat Masjid Kuno/Masjid Raya Tanjung Pauh Hilir Kabupaten Kerinci, Penulis Budhi VJ Rio Temenggung dan Isrori Septra Wijaya selama 2 hari (24-25 Januari 2014) melakukan kunjungan ke Masjid Kuno dan melakukan wawancara dengan sejumlah tokoh, hasil kunjungan dan wawancara di rangkum dalam tulisan ini.
Tanjung Pauh Hilir Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci pada paruh abad ke 20 di kenal sebagai dusun santri yang dipenuhi anak anak siak yang berasal dari daerah daerah tetangga alam Kerinci
Pada era tahun 1950 an di Tanjung Pauh Hilir dikenal tokoh Ulama Kharismatik KH.Yakub Kari ( wafat di Desa Penawar 8 November 1993.M). Pada masa itu ratusan santri seantero alam Kerinci dan daerah daerah tetangga seperti Perentak,Sungai Manau,Bangko, Muko Muko,Inderapura mendalami ilmu agama Islam dan mondok di rumah rumah masyarakat .
Sebelum Masjid Baitul Ikhsan di bangun dengan prakarsa KH.Yakub Kari, di dusun (desa) Tanjung Pauh Hilir telah berdiri bangunan masjid Kuno yang berusia lebih 250 tahun.Pada masa Kolonial Belanda hingga Kabupaten Kerinci masih bergabung dengan Kabupaten PSK(Propinsi Sumatera Tengah) Masjid Kuno yang diberi nama Masjid Raya Tanjung Pauh Hilir telah dilakukan beberapa kali renovasi.
Setelah alam Kerinci berhasil diduduki oleh Kolonial Belanda melalui pertempuran hebat di Pulau Tengah( 1903) Masjid Raya Tanjung Pauh Hilir merupakan salah satu Masjid Tua yang ada di daerah Keliling Danau, Masjid ini disamping disamping sebagai pusat dakwah dan ibadah dimanfaatkan oleh para pejuang untuk mengadakan rapat untuk mengatur siasat dalam menghadapi kolonial Belanda.
Wawancara penulis dengan H.Syaidina Umar (80 tahun) Sutan Rani( 78 tahun) dan Hj.Siderhana( wawancara Tanjung Pauh Hilir 24-25 Januari 2014) mengemukakan,berdasarkan informasi dan penuturan generasi sebelumnya menyebutkan sampai tahun 1919 Masjid Raya merupakan bangunan masjid kuno yang dibangun dengan arsitektur khas bangunan masjid kuno yang ada di alam Kerinci.
Masjid ini memiliki atap bertingkat tiga dan memiliki satu buah Kubah, Masjid Raya Tanjung Pauh Hilir memiliki luas 18,5 meter X 18,5 meter, halaman muka yang dibatasi dengan tembok terdapat sebuah kolam berbentuk oval yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengambil wudhu dan terdapat beberapa buah toilet.
Unieknya disamping memiliki atap bertingkat tiga,pada tingkat keempat terdapat Qubah yang dihiasai Mustaka yang berbentuk bulan sabit.
Hj.Ruskina Salam- 74 tahun(wawancara 24:1:2014) menyebutkan berdasarkan penuturan yang disampaikan ayahanda beliaa Salam- ( wafat 1980 dalam usia lebih 100 tahun) – menyebutkan karena kondisi bangunan Masjid yang semakin renta dan beberapa komponen bangunan terutama tiang dan dinding banyak lapuk di makan rayap, maka oleh tokoh tokoh masyarakat dan para ulama yang ada pada itu disepakati untuk melakukan renovasi dan perbaikan pada beberapa bagian bangunan yang telah lapuk.
Pada tahun 1920, Masjid Kuno Tanjung Pauh Hilir mengalami perbaikan, Tiang tiang penyangga, Dinding dan lantai papan yang berada satu meter di atas tanah dilakukan perbaikan dengan melakukan pembangunan pada lapisan pondasi hingga 50 cm dari tanah ,Pasca Gempa tahun 1995 Tiang Tiang Bangunan Masjid Kecuali tiang saka guru diganti dengan tiang semen, dan beberapa tahun kemudian tiang saka guru kembali diganti dengan tiang permanen.
Pengamatan di lapangan kondisi Masjid Raya Tanjung Pauh Hilir telah mengalami beberapa kali renovasi,dan beberapa komponen bangunan terutama bagian atap,qubah dan bentuk bangunan masjid masih mempertahankan nilai nilai tradisi meski pada bagian dinding ,tiang ,mihrab dan mimbar telah mengalami sentuhan modernisasi.
Masjid ini memiliki dua buah pintu masuk berdaun pintu ganda yang berhiasan ukiran motif geometris dan pada bagian bawah dan pada dinding terdapat tempelan keramik yang di datangkan dari luar negeri (Belanda).Pada setiap sisi bangunan terdapat empat buah pintu jendela berdaun ganda.
Bangunan Mimbar dan Mihrab merupakan bangunan permanen yang dihiasi tempelan keramik .Pada bagian atas mihrab terdapat atap gabungan berbentuk limas dan qubah dan diatasnya terdapat mustaka berbentuk bulan sabit.Sedangkan bangunan mimbar memiliki atap berbentuk limas,ukuran mimbar 2,10 x 1,80 x 2,25 meter dan terdapat hiasan dengan ukiran bentuk motif sulur-suluran dan geometris dan terdapat tempelan keramik berkualitas tinggi ,pada bagian depan terdapat bentuk lengkung yang dihias dengan ukiran motif bunga cengkeh.
Pada masanya Masjid Tanjung Pauh Hilir dimanfaatkan sebagai pusat ibadah dan para era tahun 1950an hingga dekade tahun 1960 an Masjid ini masih dimanfaatkan untuk pusat pelaksanaan kegiatan Pengajian ,dan di dalam Masjid ini para santri asuhan KH Yakub Kari dijadikan sebagai tempat ujian/munakasah, para santri santri kelas VIII yang berasal dari madrasah madrasah disekitar Hilir Kerinci dan santri dari daerah tetangga di asah dan dibekali dengan ilmu ilmu agama Islam.
Belakangan sejak KH, Yakub Kari wafat,keadaan pengajian berangsur sepi,santri santri yang berhasil menggali ilmu agama islam kembali ketempat asal dusun masing masing,dan beberapa orang santriawan yang disebut anak siak berasal dari daerah lain banyak yang jatuh cinta pada santri –gadis Tanjung Pauh yang menawan.