( SECARIK PUISI KADO UNTUK BANG SAKTI )
Lah kering peluh di sepanjang negeri
Menetes bersama darah juang
Hingga tak tau lagi mana peluh mana darah, mana air mata mana bahagia
Semua lebur menjadi sejarah.
Wajah wajah kehidupan
Potret potret peradaban
Situs peninggalan
Keindahan alam
Abadi terpampang
Di setiap dinding negeri.
Tak haus pujian
Tak butuh tepuk tangan
Engkau berbuat memang harus berbuat
Sebagai bentuk bukti
Bahwa engkau ada agar lebih berarti.
Sekarang,
Langit biru yang terpampang pada potomu tak lagi biru bersih,
Warna warna saga mulai membias
Hari hari memasuki senja
Tersandar di kursi goyang
Membolak balikan album kenang
Memandang satu persatu potret perjuangan, sewaktu darah membara bercampur cita.
…
Senyum kecil menyungging,
Potret Sakti jadi saksi.
Bangko, 121221-22